Suara Memelas Petani Garam: Tolong, Pak Jokowi Jangan Lakukan Impor

Konten Media Partner
1 Agustus 2017 18:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suara Memelas Petani Garam: Tolong, Pak Jokowi Jangan Lakukan Impor
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
SURABAYA, kabarbisnis.com: Ketua Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Jawa Timur, Mohammad Hasan mengatakan, saat ini petani sudah mulai perlahan memproduksi garamnya. Sehingga, pada akhir Agustus mendatang, produksi itu sudah bisa dilakukan walaupun belum maksimal.
ADVERTISEMENT
Akhir Agustus 2017 ini, diperkirakan produksi garam nasional mencapai 400 ribu ton. Ini dengan prediksi produksi sebesar 15 hingga 20 ton per hektar dikalikan luas lahan tambak garam 26 ribu hektar. Sehingga dengan kondisi ini, pemerintah diminta untuk mengkaji ulang rencana impor bahan baku garam dari beberapa negara.
“Sehingga kalau mau impor, pemerintah juga harus memperhitungkan waktu pemesanan hingga barangnya itu datang. Kalau sama-sama membutuhkan waktu satu bulan, ya buat apa impor. Toh bulan depan, produksi garam sudah mencukupi untuk kebutuhan nasional. Bahkan bisa untuk tiga bulan ke depan dengan asumsi kebutuhan per bulan sebesar 135 ribu hingga 140 ribu ton. Sudahlah kita nikmati harga garam yang memang agak sedikit mahal demi keuntungan untuk petani. Karena bulan depan sudah ada stok yang cukup,” jelas Hasan, Surabaya, Selasa (1/8/2017).
ADVERTISEMENT
Jika impor itu tetap dilakukan, ia khawatir akan terjadi over stok bahan baku garam di Indonesia. Sehingga harga garam akan terus anjlok. “Pemerintah harus benar-benar mengkaji itu. Kami minta jangan asal impor karena kenaikan harga akibat kelangkaan garam,” tutur Hasan.
Hasan memperkirakan, kelangkaan garam ini tidak akan berlangsung lama. Setelah Agustus, kondisi seperti ini tidak akan terjadi. Karena diperkirakan hingga akhir 2017 ini produksi garam nasional bisa mencapai 2,5 juta ton.
Target itu, jika tercapai sudah sangat bagus. Bahkan sudah mulai mendekati produksi garam nasional pada 2015 yang mencapai 2,9 juta ton. “Kalau sudah seperti itu tidak akan terjadi kelangkaan, saya jamin,” tandasnya.
Kelangkaan yang berdampak pada kenaikan harga garam baik konsumsi rumah tangga maupun industri tidak lain karena produksi garam nasional pada 2016 lalu anjlok. Petani hanya mampu memproduksi sebesar 145 ribu ton atau hanya 5 persen dari total produksi garam nasional pada 2015 yang mencapai 2,9 juta ton.
ADVERTISEMENT
Dari 145 ribu ton produksi garam nasional pada 2016 itu, 90 ribu tonnya merupakan produksi dari petani garam yang ada di Jawa Timur. Sehingga kontribusi Jawa Timur terhadap produksi garam nasional sangatlah besar.
“Kalau tidak ada sumbangan dari Jawa Timur, seakan tidak ada produksi garam di Indonesia ini. Makanya, Jawa Timur ini sangat penting bagi produksi garam nasional. Dari 26 ribu hektar lahan, 11,350 hektarnya berada di Jatim,” ujarnya.
Hasan berharap cuaca pada 2017 ini bisa lebih baik dibandingkan 2016 lalu. Karena bagaimanapun petani garam di Indonesia ini sangat berharap dan menggantungkan produksi dari cuaca. Karena itu, terkadang, petani memanen garamnya itu berkerjaran dengan cuaca. Sehingga dalam waktu satu atau sepuluh hari garam sudah mulai dipanen. Ini yang terkadang kualitas garam Indonesia masih lebih rendah dibandingkan kualitas garam impor.
ADVERTISEMENT