Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Ini Tips Jitu Atasi Tanaman Tembakau yang Terkena Penyakit Ker-ker
18 Juli 2017 9:46 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Probolinggo (Kabarpas.com) – Saat ini Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo bersama petani setempat, sedang melakukan pengendalian dan penanganan tanaman tembakau yang terkena virus phytopthora atau penyakit keriting (penyakit ker-ker).Kepala DKPP Kabupaten Probolinggo Ahmad Hasyim Ashari melalui Kasi Perlindungan Tanaman Perkebunan Suparman mengatakan bahwa berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa musim tanam tembakau, bisa dimulai minggu kedua Mei 2017. Karena menurutnya musim kemarau terjadi pada waktu tersebut.“Sebagian petani sudah ada yang menanam pada minggu tersebut. Namun dalam perjalanan pemeliharaan tanaman tembakau masih turun hujan bahwa hingga beberapa kali. Sehingga tidak sedikit tanaman mati atau layu karena hujan. Sedangkan yang bertahan hidup pada akhirnya terkena virus phytopthora (penyakit ker-ker),” katanya kepada Kabarpas.com biro Probolinggo.Menurut Suparman, penyakit ker-ker ni disebabkan karena cuaca yang kurang mendukung. Tanaman yang terseang virus phytopthora memang tidak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, bahkan menjadi sumber virus pada tanaman yang sehat.“Oleh karena itu, tanaman tembakau yang terserang penyakit ker-ker harus dicabut dan dikubur. Hal ini untuk mencegah agar tidak menyebar kepada tanaman yang sehat,” jelanya.Suparman menerangkan bahwa virus phytopthora hingga saat ini belum ada obatnya, sehingga agar tidak menular kepada yang sehat, satu-satunya cara hanya dengan dicabut. Sedangkan untuk pengendalian agar tidak terserang penyakit ker-ker bisa dilakukan dengan penyemprotan trichoderma.“Trichoderma ini merupakan jenis jamur antagonis yang bisa mengendalikan penyakit yang ditimbulkan oleh jamur yang lain,” tegasnya.Lebih lanjut Suparman menegaskan bahwa luas tanaman tembakau hingga minggu pertama Juli 2017 mencapai + 16.900 hektar. Sementara yang terkena penyakit ker-ker tidak lebih dari 5% atau sekitar 30 hektar yang tersebar di beberapa desa di 7 (tujuh) kecamatan wilayah potensi tembakau.“Hal ini pun sudah dikendalikan oleh petani dengan menggunakan tips jitu mereka, yaitu tanaman yang terserang itu dicabut dan diganti dengan tanaman yang baru dengan menambah abu dapur pada bekas tanah yang terserang virus,” terangnya.Dengan situasi yang kadangkala masih turun hujan, Suparman mengharapkan kepada petani untuk dapatnya menyikapi dengan membuat saluran drainase sehingga selain bisa menekan terjadinya serangan virus juga menghindari tanaman mati dan kebanjiran. “Biasanya tanaman yang terserang penyakit ker-ker adalah tanaman umur 2 hingga 3 minggu setelah tanam,” tegasnya.Selain faktor cuaca, hal lain yang mengganggu tanaman tembakau bagi petani adalah vektor (serangga) atau pembawa virus berupa trip/majjuz atau sebangsa kutu-kutuan dimana berfungsi sebagai penghisap dari tanaman yang terserang pindah ke tanaman yang sehat. “Kalau ini bisa dikendalikan dengan pesnab (pestisida nabati). Bila situasinya sudah tidak memungkin maka bisa menggunakan pestisida kimia yang sistanik,” pungkasnya. (*).
ADVERTISEMENT
Reporter : Dimaz Zidan
Editor : Titin Sukmawati