Konten Media Partner

Keren, Indonesia Kini Miliki Tower Listrik Tertinggi di Dunia

16 Oktober 2017 11:30 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Keren, Indonesia Kini Miliki Tower Listrik Tertinggi di Dunia
zoom-in-whitePerbesar
Banyuwangi (Kabarpas.com) – Jawa-Bali Crossing (JBC) menjadi jaminan pemenuhan kebutuhan listrik di Pulau Bali agar bisa tetap menyala. Bahkan, proyek penyaluran listrik dari Pulau Jawa ke Bali menyeberangi Selat Bali itu, akan menjadikan kapasitas listrik di Pulau Dewata tersebut mencapai sebesar 2.800 mega watt (MW). Selama ini, untuk pemenuhan kebutuhan listrik di Bali berasal dari pembangkit PLTU Paiton yang disalurkan melalui kabel bawah tanah menyeberangi Selat Bali. Total hingga saat ini, kapasitas listrik di Bali mencapai 1.290 MW dengan daya mampu sebesar 1.100 MW dan terpakai sekitar 860 MW. Dengan perkembangan di Bali saat ini, terutama perkembangan dunia pariwisata, diperkirakan pada 2021 nanti terjadi lonjakan kebutuhan listrik. Sehingga kapasitas terpasang sebesar 1.280 MW tersebut tidak mencukupi lagi. “Listrik di Bali bakal byar pet dan harus dilakukan pemadaman bergiliran, pada 2021 nanti, karena kapasitasnya tidak mampu lagi memenuhinya. Untuk mengantisipasi itu, pemerintah menyiapkan pembangunan JBC, agar Pulau Dewata tetap menyala,” kata Manager Unit Pelaksana Pembangunan (UPP) Jaringan II PLN Jawa-Bali, Indra Yoga.
ADVERTISEMENT
Proyek JBC yang dimulai pada 2018 dan diperkirakan selesai pada 2019 nanti itu, menjadikan kapasitas listrik di Bali mencapai 2.800 MW, sehingga listrik tak bakal byar pet. Adanya JBC itu, hingga belasan tahun ke depan, pemenuhan listrik di Pulau Dewata akan aman dan perkembangan dunia pariwisata tak akan terganggu. Pengerjaan proyek JBC itu dilakukan dengan menyeberangi Selat Bali dengan pembangunan sebanyak 520 tower listrik. Bahkan dua tower listrik crossing di Selat Bali, akan menjadi tower listrik tertinggi di dunia dengan ketinggian mencapai 376 meter, mengalahkan Menara Eiffel Paris setinggi 324 meter.
Kedua tower itu masing-masing berada di Banyuwangi dan Buleleng Bali akan membentang Selat Bali dengan jarak 2,68 kilometer. Sedangkan tapak kaki kedua tower, masing-masing memiliki luasan sebesar 1 hektar (ha), berada di sekitar Pantai Watu Dodol Banyuwangi dan pantai Taman Nasional Bali Barat di Kabupaten Buleleng. “Bentangan 2,68 km itu jarak terpendek Selat Bali dan kabel transmisi akan menyalurkan tegangan sebesar 500 kilo volt (KV). Jarak terendah kabel dari permukaan laut, setinggi 70 meter dan tetap aman jika ada kapal menyeberang. Karena ketinggian kapal maksimal 42 meter,” urai Yoga, pengendali Proyek JBC ini. Proyek JBC akan dibangun dengan biaya sebesar Rp 4,8 miliar yang anggarannnya diperoleh dari loan atau hutang lunak Bank Dunia dan lembaga perbankan lainnya. Sementara itu, Manager Komunikasi Hukum dan Administrasi PLN Distribusi Jawa Timur, Wisnu Yulianto menyampaikan, bahwa Proyek JBC jauh lebih effisen dibandingkan memasok listrik melalui kabel bawah laut. Selain itu, perawatan listrik menggunakan tower di udara, juga menjadi lebih mudah.
ADVERTISEMENT
“Pemenuhan kebutuhan listrik di Bali tidak bisa ditunda lagi dan JBC ini harus diwujudkan. Untuk pembangunannya kami pilih lewat udara dengan membangun 520 tower, karena jauh lebih effisien dibanding kabel bawah laut. Selain biaya pembangunan lebih murah dan lebih aman, perawatan juga lebih mudah karena tampak mata,” tandas Wisnu. Menurut Wisnu, dengan kabel bawah laut, biaya yang dikeluarkan bisa mencapai dua kali lipat. Selain itu, kabel bawah laut juga mudah rusak dengan terobeknya lapisan pengaman. Sedangklan saat perbaikan atau perwatan, juga membutuhkan waktu lebih lama, karena harus mencari lebih dulu kabel yang terputus. “Kabel bawah laut itu harus besar, karena banyak lapisan pengamannya, mulai dari karet hingga logam kuningan metal khusus. Selain melindungi kabel dari jalur pelayaran kapal, juga agar tidak berkarat akibat air laut,” imbuh Wisnu.
ADVERTISEMENT
Padahal ukuran penampang kabel untuk penyaluran listrik itu, intinya hanya berdiameter 380 milimeter (mm) atau 3,8 centimeter (cm). Dengan kabel bawah laut, penampang akan menjadi jauh lebih besar bisa mencapai 30 cm.(*).
Reporter : ajo
Editor : Agus Harianto