Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Mengintip Tradisi Mepe Kasur Warga Kampung Adat Using Banyuwangi
21 Juni 2017 15:36 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB

ADVERTISEMENT
Banyuwangi (Kabarpas.com) – Suasana di Kampung Adat Using, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi terlihat berbeda dari hari-hari biasanya. Ratusan warga nampak kompak mepe kasur (jemur kasur.red), di sepanjang jalan desa setempat atau sejauh tiga kilometer.
ADVERTISEMENT
Pagi itu, Kabarpas.com berkunjung ke desa ini untuk melihat tradisi tahunan yang dilakukan warga setempat. Tampak ibu-ibu terus memukul – mukul alas tidur milik mereka itu dengan penebah yang terbuat dari anyaman rotan.
Dan saat diamati ternyata ada yang unik dari barisan kasur-kasur yang dijemur oleh warga tersebut. Yakni, warna kasurnya memiliki warna yang sama, yaitu kombinasi merah dan hitam.
Asih, salah satu warga setempat menuturkan, bahwa tradisi mepe kasur di kampungnya itu, sudah dilakukan dari turun temurun sejak nenek moyang mereka ada. Sehingga dari situlah, warga terus melestarikannya hingga sekarang.
“Memang di setiap bulan haji seluruh warga di sini (Desa Kemiren.red), selalu jemur kasur bersamaan. Jadi jangan kaget jika ada warga dari daerah lain yang melintas desa kami melihat banyak kasur yang dijemur di pinggir jalan,” ujarnya kepada Kabarpas.com, Kamis (17/09/2015).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, para warga setempat beranggapan bahwa sumber penyakit datangnya dari tempat tidur. Sehingga dengan mengeluarkan kasur lalu di jemur, maka segala penyakit akan hilang. “Tradisi jemur kasur juga diartikan sebagai sebuah nasehat untuk selalu berpola hidup bersih. Sehingga dengan menjemur kasur, kutu bisa hilang,” imbuhnya.

Selain itu, ia juga menjelaskan asal mula terkait kesamaan kombinasi warna merah dan hitam pada kasur yang dimiliki warga tersebut. Menurutnya, konon setiap pengantin baru, untuk mempelai wanita keturunan suku Using harus membawa kasur warna merah dan hitam.
“Sebab kasur dengan kombinasi warna merah dan hitam itu, dijadikan alas tidur untuk kedua mempelai. Bahkan, diyakini jika tak menggunakan kasur bercorak merah dan hitam ini, bisa mendatangkan bencana,” terangnya kepada Kabarpas.com.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, ia menambahkan, bahwa dalam tradisi mepe kasur di kampungnya itu ada aturannya, tidak dilakukan dengan asal-asalan. Ia mengatakan, untuk menjemur kasur dimulai pada pagi hari yaitu dengan mengeluarkan kasur dari dalam rumah. Selanjutnya, kasur di jemur dan di pukuli dengan sapu atau penebah kasur berkali-keli.
“Kalau matahari sudah berada tepat di atas kepala atau bayangan manusia yang terkena sinar matahari berada di bawah kaki. Maka kasur pun harus segera digulung dan dimasukan ke dalam rumah kembali. Karena jika hal tersebut tidak dilakukan atau kasur tetep dibiarkan hingga matahari terbenam. Maka khasiat untuk menghilangkan penyakit tidak akan ada hasilnya,” pungkasnya. (*).
Oleh: Pendik¸ (Kontributor Kabarpas.com Banyuwangi)