Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Paradise Papers: Betapa Keserakahan Tiada Batasnya
10 November 2017 12:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
(KABARPAS.COM) – DARI akhir pekan kemarin, publik Inggris, dan juga dunia, dihebohkan dengan Paradise Papers. 13,4 juta lembar dokumen penggelapan pajak yang dibocorkan hacker ke publik lewat surat kabar Jerman Süddeutsche Zeitung, diolah tak kurang 100 media lintas negara, dikabarkan ke segenap penjuru dunia.
ADVERTISEMENT
Meski secara jumlah, dokumen dalam Paradise Papers ini tak sebanyak kasus bocoran sebelumnya–Panama Papers–namun efeknya lebih terasa karena nama-nama besar dunia yang terindikasi terkait di dalamnya. Dari aristokrat Inggris, kolega pemimpin adikuasa Amerika Serikat dan Russia, penyayi kelas atas, pembalap Formula 1 dan masih banyak lagi. Di tanah air, beberapa anggota keluarga Cendana disebut-sebut termasuk yang namanya ada di dalam dokumen tadi.
Khusus di Inggris, BBC melakukan investigasi mendalam selama tak kurang dari 1 tahun terkait skandal Paradise Papers ini. Lewat program BBC Panorama: Offshore Secrets of the Rich Exposed, dipaparkan secara dalam bagaimana praktek penggelapan pajak menggunakan celah tax haven ramai-ramai dilakukan kaum super kaya Britania.
BBC Panorama menjelaskan, meski secara legal formal tak ada aturan yang dilanggar, namun pemanfaatan layanan tax haven di negeri macam Bermuda–yang menjadi asal penyebutan Paradise Papers–adalah praktek tidak etis. Karena yang terjadi adalah, kaum super kaya memasukkan dana dalam jumlah besar ke shell company di Bermuda dan semacamnya, untuk menghindari kewajiban pajak, lalu mengirimkan kembali dana tersebut sebagai pinjaman bebas pajak kepada dirinya sendiri untuk selanjutnya digunakan dalam berbagai hal, seperti pembelian properti, barang mewah dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Yang mengejutkan dalam investigasi BBC tersebut, ternyata tak perlu jauh-jauh ke Bermuda atau Panama untuk menikmati layanan tax haven seperti ini. Karena paling tidak ada 2 wilayah Britania Raya yang menawarkan fasilias serupa, yaitu Isle of Man dan Channel Island of Jersey.
Bagi banyak dari kita, warga negara biasa, mungkin tak terbayang hal-hal semacam ini. Boro-boro memikirkan menyembunyikan uang untuk hindari pajak. Memastikan semua tagihan bulanan tercukupi saja sudah menghabiskan energi dan pikiran. Juga, mungkin tak nampak jelas apa signifikansi Paradise Papers bagi kehidupan kita sehari-hari.
Namun, bagi negara macam Inggris, dan banyak negara Eropa lain yang pembangunan serta pengelolaan negara juga pemerataan kesejahteraan warganya tergantung pada pajak yang ditariknya, Paradise Papers amat sangat menyentak kesadaran. Bagaimana sebagian kecil orang, yang menguasai sebagian besar kapital, bisa secara tidak fair menafikkan kewajibannya berkontribusi balik kepada publik lewat pajak. Bagaimana gaya hidup mewah mereka terfasilitasi dengan subsidi dari publik luas yang taat membayar pajak sementara mereka berkolusi menghindarinya.
ADVERTISEMENT
Paradise Papers adalah, sekali lagi, bukti nyata bagaimana keserakahan, greed, tak mengenal batas. Bahwa kekayaan dan penguasaan kapital serta sumber daya, tak menjadikan manusia-manusia pemegangnya merasa cukup. Paradise Papers adalah sisi gelap ketimpangan dunia modern kita. Di mana yang kaya semakin kaya, yang miskin dipinggirkan tanpa daya. (*).
Oleh : Brando Alfonso, KaBiro Kabarpas Malang