Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Bertarung atau Melarikan Diri: Reaksi Otak Terhadap Ancaman Fisik dan Mental
4 Desember 2024 13:53 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kadek Citra Dwi Kanaya Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada era serba digital seperti saat ini, kita jarang sekali menemukan ancaman dari hewan buas atau predator yang dapat membahayakan diri kita, seperti pada zaman dahulu saat nenek moyang kita hidup. Dulu, manusia harus berburu dan bertarung untuk mendapatkan makanan atau tempat hidup yang layak dengan alat seadanya atau bahkan tangan kosong. Tapi sekarang, kita bisa cukup duduk manis melakukan semuanya menggunakan ponsel. Terdapat perubahan yang sangat signifikan terhadap cara kita untuk memenuhi kebutuhan bertahan hidup. Namun, adakah perbedaan terhadap bagaimana cara otak kita merespons ancaman pada masa kini dan masa lalu?
ADVERTISEMENT
Otak merupakan bagian yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Semua aktivitas yang kita lakukan bersumber dari otak, tak terkecuali mengenai bagaimana kita harus bertindak saat menghadapi ancaman. Pada saat kita menerima adanya rangsangan akan bahaya, area otak yang bernama amygdala akan mengaktifkan sistem saraf otonom yang berfungsi untuk mengontrol sistem saraf simpatik dan parasimpatik. Saat menerima ancaman, bagian dari sistem saraf otonom yang aktif adalah saraf simpatik. Saraf simpatik ini akan memunculkan reaksi fight or flight terhadap ancaman yang ada. Fight or flight merupakan salah satu cara manusia untuk bertahan hidup; kondisi ini merupakan respons psikologis yang terjadi ketika suatu makhluk hidup menerima ancaman terhadap hidup mereka. Sistem saraf ini membantu manusia untuk meningkatkan adrenalin dan melepaskan hormon kortisol. Ketika adrenalin meningkat dan hormon kortisol dilepaskan, terjadi perubahan fisiologis pada manusia, seperti pupil yang membesar, jantung yang berdegup kencang, atau terhambatnya aktivitas pada lambung.
ADVERTISEMENT
Pupil mata yang membesar dulunya dipergunakan untuk mempertajam penglihatan sehingga menjadi lebih fokus dan membantu ekspresi wajah untuk menakut-nakuti lawan. Jantung yang berdegup kencang membantu kita untuk memasok oksigen yang lebih banyak untuk membantu melarikan diri dengan cepat atau mempersiapkan diri untuk bertarung. Selain itu, aktivitas lambung yang terhambat bertujuan untuk mencegah terjadinya gangguan yang tidak diperlukan dan membantu kita untuk lebih fokus terhadap ancaman yang ada.
Respons ini tidak berubah dari zaman nenek moyang kita hingga kita hidup pada era serba digital seperti saat ini. Hal ini terbukti dengan bagaimana kita merespons terhadap ancaman dari media sosial. Ketika kita diserang oleh komentar negatif atau kritik di media sosial, pupil mata kita otomatis akan membesar atau jantung berdegup kencang, padahal tidak ada ancaman fisik yang mengancam kehidupan kita. Otak kita masih menganggap ancaman sosial sebagai bahaya yang perlu diwaspadai, meskipun tidak ada ancaman fisik yang nyata.
ADVERTISEMENT
Meskipun respons ini sangat berguna di masa lalu untuk bertahan hidup, sekarang bisa menyebabkan stres kronis jika terlalu sering aktif jika tidak ada ancaman fisik yang memerlukan kita untuk bertarung atau melarikan diri. Ini menunjukkan bahwa meskipun dunia kita berubah, cara otak merespons ancaman tetap sama. Tantangan kita kini adalah mengelola respons stres ini dengan cara yang lebih sehat, seperti melalui mindfulness atau pernapasan dalam, agar kita tidak terjebak dalam kecemasan yang tidak perlu.
Sumber :
Milosevic, I., & McCabe, R. E. (2015). Phobias: The psychology of irrational fear (pp.179-180). Bloomsbury Publishing USA. https://books.google.com/books/about/Phobias.html?id=5hXHEAAAQBAJ
Hadjikhani, N., Hoge, R., Snyder, J., & de Gelder, B. (2008). Pointing with the eyes: The role of gaze in communicating danger. NeuroReport, 68, 4-8. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0278262608000249
ADVERTISEMENT