Konten dari Pengguna

Kesibukan Bukan Solusi: Mengapa Banyak Remaja Yang Kehilangan Diri?

Kalila Najwa Muthia
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3 Desember 2024 10:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kalila Najwa Muthia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seorang remaja belajar di meja dengan banyak buku dan laptop, mencerminkan burnout akibat tekanan akademik. Sumber: foto pribadi penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang remaja belajar di meja dengan banyak buku dan laptop, mencerminkan burnout akibat tekanan akademik. Sumber: foto pribadi penulis.
ADVERTISEMENT
Rutinitas remaja saat ini sering sekali membuat kita terheran-heran. Dari pagi sampai malam, waktu mereka dihabiskan untuk sekolah, les, tugas dan seabrek kegiatan lain yang seolah tak ada habisnya. Ditengah semua itu, media sosial juga gak boleh ketinggalan. Sayangnya, di balik semua kesibukan ini, banyak remaja justru merasa lelah, kosong, dan kehilangan semangat. Apa yang salah?
ADVERTISEMENT
Fenomena ini disebut Burnout. Bukan sekadar kelelahan biasa, burnout dapat membuat mereka kehilangan motivasi, bahkan kehilangan identitas diri. Data dari American Psychological Association (APA) menunjukan bahwa lebih dari 30% remaja melaporkan merasa kewalahan dengan tekanan hidup sehari-hari, terutama tekanan akademik dan sosial. Tapi kenapa fenomena ini sering terjadi?

Kesibukan Itu Menjebak

Siapa bilang jadi sibuk itu selalu keren? Banyak remaja yang terjebak dalam anggapan bahwa semakin padat jadwal mereka, semakin sukses hidupnya. Namun, Menurut psikolog Dr. Herbert Freudenberger, burnout terjadi saat seseorang mengalami stres kronis yang tak terkelola. Bayangkan remaja setiap hari nya harus menghadapi PR, ujian, dan kegiatan ekstrakurikuler. Belum lagi tekanan dari media sosial, yang menampilkan standar hidup yang tampak sempuna. Akibatnya, mereka merasa seperti robot yang menjalani hari tanpa makna
ADVERTISEMENT

Burnout Itu Apa Sih?

Burnout bukan cuma capek fisik, tapi juga capek jiwa. Ini semacam kombinasi antara stres akut, kehilangan motivasi, dan perasaan gagal total. Pada remaja, ini sering disebabkan oleh tekanan akademik, tuntutan sosial, atau ekspetasi keluarga yang tinggi. Ciri-cirinya? Tidak ada energi, kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu bikin happy, sulit berkonsentrasi dan selalu merasa nggak cukup baik.

Kenapa Banyak Remaja Kehilangan Diri?

Dari PR bertumpuk sampai jadwal les yang bikin pusing, sering kali membuat remaja merasa hidup mereka hanya untuk memenuhi ekspetasi dan lupa kalau hidup itu juga harus dinikmati. Data dari UNICEF menunjukan bahwa 70% remaja di Asia Pasifik merasa stres karena pendidikan.
ADVERTISEMENT
Media sosial menampilkan kehidupan yang tampak ideal. Remaja sering kali membandingkan diri mereka dengan orang lain di Instagram atau TikTok, lalu merasa minder dan lelah mengejar kesempurnaan yang sebenernya hanya ilusi.
Stigma soal kesehatan mental bikin banyak remaja nggak berani curhat soal apa yang mereka rasakan, karena takut dianggap "lemah." Akibatnya, mereka menumpuk stres sendiri sampai akhirnya gak kuat.

Cara Melawan Burnout: Santai Dulu Yuk!

Belajar bilang "tidak" pada aktivitas yang nggak perlu. Fokuslah pada kegiatan yang benar-benar buat kamu bahagia.
Media Sosial itu seru, tapi kalau bikin stres coba detox dulu. Ganti waktu scrolling dengan baca buku atau jalan-jalan santai. Begitu juga dengan waktu tidur yang cukup.
ADVERTISEMENT
Jangan takut curhat ke teman, keluarga, atau guru. Kalau sudah terasa berat, berbicaralah dengan psikolog atau konselor. Perlu diingat, mendapat bantuan bukan tanda kelemahan, tapi bukti bahwa kita peduli terhadap kesehatan diri.

Kesimpulan

Burnout bukan tanda kelemahan, tapi peringatan bahwa ada sesuatu yang perlu diubah. Jangan biarkan kondisi ini merusak masa muda. Jika mulai merasa kehilangan arah, cobalah untuk berhenti sejenak, tarik napas, dan tanya pada diri sendiri, "Apakah aku bahagia?" Karena hidup bukan soal seberapa sibuk kamu, tapi bagaimana kamu bisa menikmati perjalanan. Apakah anda pernah mengalami burnout atau melihat teman yang mengalaminya? Bagikan cerita anda di kolom komentar!