Konten dari Pengguna

Angka Kelahiran di Indonesia Menurun, Apa yang Harus Kita Khawatirkan?

Kalila Shessa Krisadiva Basara
Mahasiswa program studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran angkatan 2022
7 Juli 2024 12:25 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kalila Shessa Krisadiva Basara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Ilustrasi Populasi. Sumber: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Foto Ilustrasi Populasi. Sumber: Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pusat Statistik mengeluarkan data proyeksi penduduk Indonesia tahun 2015–2045 dari hasil sensus penduduk tahun 2020. Hasil tersebut menunjukkan jumlah kelahiran di Indonesia berada pada angka 4,62 juta pada tahun 2023. Angka tersebut merupakan penurunan apabila dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 4,65 juta. Apabila dibandingkan dengan satu dekade sebelumnya, jumlah angka kelahiran di Indonesia menurun sebanyak 6,6% pada tahun 2013 dimana angka jumlah kelahiran mencapai 4,95 juta kelahiran.
ADVERTISEMENT
Hal ini dikonfirmasi oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Republik Indonesia, Hasto Wardoyo yang menyebutkan angka kelahiran di Indonesia menurun. Angka penurunan menunjukkan progresif turun dan mencapai angka ideal yaitu 2,18 pada satu dekade terakhir. Oleh karena itu, ia berencana untuk menargetkan setiap pasangan suami istri melahirkan setidaknya satu anak perempuan agar regenerasi berjalan terus di masa mendatang.
Angka penurunan kelahiran penduduk telah mencapai angka ideal karena dua anak dapat menggantikan orang tuanya. Terdapat perbedaan angka kelahiran di berbagai daerah di Indonesia. Pulau Jawa sendiri angka kelahiran sudah menurun dan mencapai 2,0. Provinsi lain di luar Pulau Jawa seperti Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat, dan Maluku sebaliknya, mereka memiliki angka kelahiran sangat tinggi. Angka penurunan yang sangat berbeda antara Pulau Jawa dan wilayah NTT juga Papua ini menjadi hal yang harus disikapi oleh BKKBN. Lembaga tersebut berencana untuk mendorong kebijakan yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap pemerintah daerah.
ADVERTISEMENT

Apa yang Kita Harus Khawatirkan?

Lantas, apa yang harus dikhawatirkan melihat angka kelahiran di Indonesia menunjukkan penurunan yang progresif? Dilansir dari BBC Indonesia, dengan adanya penurunan angka kelahiran, maka ada resiko yang harus dihadapi oleh Indonesia. Resikonya adalah terdampaknya ekonomi negara. Ekonomi suatu negara dapat terjadi kemacetan apabila tenaga kerja yang ada jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pekerja pensiun. Hal ini dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara dan efek domino pun terjadi.
Angka kelahiran menurun, kemudian populasi warga usia produktif juga menurun, terdapat krisis tenaga kerja, populasi kian menua dan di saat bersamaan jumlah kelahiran menurun, perusahaan tidak dapat mempekerjakan tenaga kerja dengan jumlah yang dibutuhkan, tenaga kerja sedikit mengakibatkan ketidakmampuan perusahaan dalam membiayai uang pensiun untuk populasi pekerja pensiun yang lebih banyak. Hal ini menjadi mimpi buruk bagi ahli ekonomi pemerintah dan harus ada sikap yang diambil untuk mencegah mimpi buruk tersebut terjadi. Selain melihat dari sisi ekonomi, terdapat ancaman yang nyata dari sisi demografi. Apabila angka kelahiran suatu negara terus menurun maka ancaman punahnya populasi suatu negara dapat semakin nyata terjadi.
ADVERTISEMENT
Negara harus mengambil upaya untuk meningkatkan angka kelahiran. Salah satu caranya adalah dengan membuat perempuan mau memiliki anak. Cara-cara yang bisa ditempuh adalah dengan memberikan insentif bonus bayi bagi pasangan suami istri yang telah melahirkan anak. Cara lain yang bisa ditempuh adalah mempermudah perempuan merawat anak dengan menyediakan layanan daycare yang terjangkau dan lebih banyak, pemberian cuti hamil dan kelahiran yang mudah, dan biaya kelahiran anak ditanggung penuh. Kebijakan ini diharapkan dapat menghambat penurunan angka kelahiran.
Mengutip dari Koran Tempo, John Aitken, profesor sains reproduksi University of Newcastle, terdapat langkah intervensi untuk mencegah sebuah populasi dari jebakan kelahiran yaitu dengan upaya adanya perubahan sosial dimana keluarga muda didukung penuh untuk memiliki anak seperti pemberian insentif untuk anak, alur perizinan cuti untuk kedua orangtua mengurus anak, dan fasilitas perawatan dan kesehatan anak yang mumpuni. Upaya lain yaitu memberikan harga properti yang terjangkau untuk memenuhi kehidupan layak bagi keluarga, memperpanjang masa usia pensiun, dan melakukan pengawasan terhadap kadar bahan berbahaya reproduksi dari lingkungan. Lalu, pemerintah dan masyarakat juga harus memahami dan akan kesadaran sosial politik terhadap perubahan demografi yang tidak dapat diprediksi dengan antisipasi berbagai rencana.
ADVERTISEMENT

Peran Negara

Setiap negara tentunya memiliki cara masing-masing untuk mengatasi permasalahan angka kelahiran penduduk yang menurun. Indonesia sendiri memiliki cara penanggulangan. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, salah satu cara meningkatkan angka kelahiran adalah dengan menanggulanginya mendorong pasangan suami istri untuk melahirkan anak setidaknya satu anak perempuan. Hal ini dilakukan untuk menjaga proses regenerasi tetap berjalan di setiap keluarga. Anak perempuan diharapkan dapat mendorong kelahiran anak lainnya sehingga terdapat kenaikan dalam angka kelahiran penduduk. Cara ini memang benar, namun kurang efektif karena permasalahan penurunan angka kelahiran tidak melulu bicara soal perempuan sebagai alat regenerasi, melainkan masalah lain seperti faktor sosial, kesehatan, ekonomi, dan lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya riset mendalam dan pencarian akar masalah yang detail dan komprehensif untuk membentuk kebijakan peningkatan angka kelahiran penduduk dengan cara yang efektif dan efisien.
ADVERTISEMENT