news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Berani Tidak Disukai: Cara Meraih Kebebasan Hidup

Zukhruf Kalyana Mukti
Bachelor of psychology from Sarjanawiyata Tamansiswa University. Interested in social and psychological issues
Konten dari Pengguna
24 April 2023 17:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zukhruf Kalyana Mukti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi bebas. Foto: Pexels/Oleksandr Pidvalnyi
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi bebas. Foto: Pexels/Oleksandr Pidvalnyi
ADVERTISEMENT
Apakah kamu pernah memikirkan makna "kebebasan" sebelumnya? Kebebasan menjadi hal yang mungkin diinginkan oleh semua orang. Kebebasan memberikan kita kesempatan untuk memilih cara hidup atau membuat keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai kita sebagai individu.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga memungkinkan kita memegang kontrol penuh atas hidup dan menggapai kebahagiaan, tentunya dengan tidak melanggar hak orang lain. Namun, bagaimana cara seseorang meraih kebebasan?
Sebuah buku berjudul "Berani Tidak Disukai" menjelaskan makna kebebasan menurut seorang pakar psikologi, Alfred Adler, yang telah menciptakan teori psikologi individual. Adler menganggap kebebasan sebagai kemampuan untuk mengarahkan hidup kita sendiri yang barengi dengan tanggung jawab dan pertimbangan atas dampak keputusan kita terhadap masyarakat.
Lantas, bagaimana cara meraih kebebasan hidup? Begini Alfred Adler merumuskannya dalam buku "Berani Tidak Disukai".

Nggak Ada Sebab-Akibat, Melainkan Pilihan Kita Saat Ini

Ilustrasi perempuan. Foto: brizmaker/Shutterstock
Kita sering mendengar soal trauma. Trauma merupakan perwujudan dari sebab (apa yang terjadi di masa lalu) dan akibat (perilaku sekarang yang dipengaruhi kejadian masa lalu). Seringkali kita temui seseorang yang berperilaku buruk, namun beralasan perilakunya saat ini berasal dari masa lalu yang buruk, sehingga hal tersebut harus dimaklumi.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan dalam buku ini bahwa setiap manusia memiliki pilihan. Kita tidak ditentukan oleh masa lalu (yang tidak bisa diubah) ataupun masa depan (yang tidak diketahui), sebab hidup kita ditentukan oleh saat ini. Maka dari itu, Adler sangat menentang trauma. Menurutnya, jika seseorang ingin meraih kebebasan dan kebahagiaan, orang tersebut harus berani untuk membuat pilihan tanpa dibayangi masa lalu.

Pembagian Tugas

Ilustrasi keluarga dengan dua anak. Foto: Hananeko_Studio/Shutterstock
Setiap manusia berdasarkan usia perkembangannya, memiliki tugas perkembangan masing-masing. Anggaplah seorang anak yang memiliki tugas belajar dan berteman pada usianya. Maka sang anak harus menuntaskan tugasnya sesuai usianya agar berkembang sebagai individu, sehingga orang lain tidak boleh mengintervensi tugas anak.
Biarkan anak belajar, melakukan kesalahan, mencoba memperbaikinya, berkelahi dengan teman kemudian berbaikan kembali, sebab sang anak memang membutuhkan itu untuk berkembang.
ADVERTISEMENT
Intervensi yang dilakukan orang lain (misalnya dalam kasus ini orang tua) yang kerap ikut campur urusan anak, akan menjadikan anak tidak mandiri dan bebas sehingga perkembangannya terganggu. Pihak luar, hanya bisa memberikan dorongan dan bantuan jika memang diperlukan, tapi tidak boleh ikut campur dan biarkan anak memilih pilihannya sendiri.

Akar Permasalahan Manusia Adalah Hubungan Interpersonal

Ilustrasi mengobrol dengan teman. Foto: fizkes/Shutterstock
Meski manusia digadang-gadang sebagai makhluk sosial, Adler menyebutkan bahwa akar permasalahan manusia adalah hubungan interpersonal. Selalu ada variabel orang lain dalam masalah yang kita miliki. Pada buku ini dijelaskan bahwa tugas perkembangan yang diintervensi orang lain, akan menyebabkan terganggunya kebebasan orang lain.
Manusia memang makhluk sosial, namun kita tetap harus memiliki sedikit jarak dengan orang lain. Cukup jauh untuk wajah bisa saling menatap. namun juga cukup dekat untuk bisa saling mengulurkan tangan saat dibutuhkan.
ADVERTISEMENT

Hidup untuk Saat Ini

Ilustrasi traveling sendirian ke pantai. Foto: Shutterstock
Hidup untuk saat ini artinya kita memfokuskan diri pada pilihan yang kita buat saat ini, alih-alih bersedih karena masa lalu dan mencemaskan masa depan yang belum terjadi. Melalui pola pikir "hidup pada saat ini, detik ini, dan sekarang" kita jadi menyadari banyak hal yang sebelumnya tidak terasa atau terlihat.
Hidup untuk saat ini juga bermakna bahwa kita telah (atau setidaknya) menerima diri apa adanya. Sehingga kita dapat memaafkan diri sendiri karena kesalahan di masa lalu serta mengurangi rasa cemas akan masa depan. Melalui fokus pada kehidupan saat ini, seseorang bisa mencapai kebebasan.

Menjadi Bagian dari Masyarakat

Ilustrasi masyarakat yang menggunakan masker di bandara. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Demi menjadi bebas dan bahagia, seseorang harus menjadi bagian masyarakat sebab manusia juga memiliki kebutuhan akan interaksi sosial, pertemanan dan dicintai. Menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat akan mencegah seseorang dari sifat egois atau menganggap dirinya sebagai pusat perhatian.
ADVERTISEMENT
Menjadi bagian dari masyarakat (entah dalam keluarga, komunitas sosial dan sebagainya) dapat menumbuhkan perasaan bermakna bagi seseorang. Namun, perlu diingat ya untuk tetap memberi jarak yang cukup dan menyadari bahwa kita memiliki kehendak bebas untuk memilih.
Beberapa cara tersebut menjadi landasan seseorang dapat mencapai hidup yang bebas dan kebahagiaan sejati menurut Adler. Tentu saja ini hanyalah sedikit rangkuman dari buku "Berani Tidak Disukai. Kamu dapat membacanya sendiri untuk memahami secara penuh. Semoga bermanfaat ya!