Konten dari Pengguna

Cerita dari Ternate: KKP Mengerek Ekonomi Masyarakat Pesisir melalui CCDP

Kamaruddin Azis
Blogger di www.denun.id. Cinta pesisir dan laut Indonesia.
13 Desember 2017 11:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kamaruddin Azis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cerita dari Ternate: KKP Mengerek Ekonomi Masyarakat Pesisir melalui CCDP
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu corak bantuan CCDP (foto: Kamaruddin Azis)
Ada perbaikan kualitas hidup
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kota Ternate, Maluku Utara melalui Wali Kota Burhan Abdurahman pada pertengahan tahun ini menyatakan bahwa sesuai nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), angka kemiskinan masyarakat di kota sekitar kaki Gamalama itu mengalami penurunan. Menurut Burhan, ada penurunan jika membandingkan angka kemiskinan pada tahun 2015 yang besarannya 2,99 persen, menurun dibanding 2014 yang mencapai 3,16 persen.
"Pemerintah dengan bermacam-macam program pengentasan kemiskinan yang dilakukan diharapkan akan menekan angka kemiskinan sampai pada tingkat yang serendah-rendahnya," kata Burhan. Dia merujuk pada data lain bahwa sesuai data yang diterbitkan BPS Kota Ternate pada 2016 tercatat nilai IPM mencapai 77,64, meningkat dibandingkan 2015 yang hanya sebesar 77,00.
Angka tersebut diklaim sebagai nilai IPM kategori tinggi atau tertinggi dari seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara. Capaian tersebut merupakan kombinasi capaian dari aspek perbaikan kesehatan, pendidikan dan kenaikan pada indeks pendapatan masyarakat. Pada pendapatan perkapita menunjukan adanya kenaikan daya beli masyarakat, hal ini sejalan dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Berkaitan dengan gambaran tersebut di atas, maka amat relevan untuk melihat geliat ekonomi dan partisipasi masyarakat Kota Ternate untuk menjadi bagian dari perbaikan kualitas hidup seperti yang disampaikan Wali Kota Burhan tersebut.
Salah satu proyek yang ikut mewarnai perjalanan pembangunan Kota Ternate yang mempunyai kelurahan dominan pesisir dan pulau ini adalah Coastal Community Development Project (CCDP) yang berjalan sejak tahun 2013 hingga 2017.
Menurut Sufyani M. Sahami dari kantor pelaksana kegiatan CCDP di Kota Ternate, selama lima tahun ini terdapat tujuh belas kelurahan di Kota Ternate yang mendapat perhatian dan bantun dari Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui CCDP-IFAD yaitu meliputi 5 di Kecamatan Pulau Ternate, 6 di Kecamatan Pulau Hiri serta 6 di Kecamatan Moti telah mendapat manfaat dari proyek CCDP-IFAD.
ADVERTISEMENT
"Ada 176 kelompok masyarakat pesisir telah diperkuat, ada 1.085 pria dan 339 perempuan telah ikut serta dalam proyek ini. Totalnya 1.424 sebagai penerima manfaat langsung," kata Sufyani.
Siapa saja yang menjadi target dan seperti apa luaran kegiatan CCDP di Kota Ternate? Mari simak cerita dari Kelurahan Tobololo.
***
Abon tulang dari Tobololo
Melalui fasilitasi tenaga pendamping yang disiapkan oleh CCDP bernama Khusnul, perempuan-perempuan Tobololo mulai berkemas menata potensi diri, sumber daya alam melalui usaha pengolahan. Adalah Rita Suartiningsih yang kini menjadi motor kelompok Mekar Jaya.
Cerita dari Ternate: KKP Mengerek Ekonomi Masyarakat Pesisir melalui CCDP (1)
zoom-in-whitePerbesar
Rita dan abon tulangnya (foto: Kamaruddin Azis)
Rita bersama perempuan setempat mulai mengembangkan usaha pembuatan bakso dan produk olahan lainnya seperti abon ikan. Mereka berhimpun menjadi satu kelompok dan berinovasi dengan membangun komunikasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate melalui Project Implementation Unit (PIU).
ADVERTISEMENT
“Jujur saja pak, usaha abon tak berjalan bagus tapi setelah Dinas Perikanan Ternate (PIU CCDP) bawa saya ke Surabaya, akhirnya ada ide bikin abon tulang ikan,” katanya.
Gagasan membuat abon tulang ikan (plus daging yang masih melekat) itu menurutnya unik dan pasti diminati pembeli sebab berguna untuk pembentukan tulang balita dan penguatan tulang orang tua. Rita lalu membuatnya dengan memanfaatkan alat yang sudah diperoleh sebelumnya dari bantuan CCDP.
“Proses pembuatannya dengan di-vakum, lalu blender,” kata ketua yang sebelumnya menjabat bendahara ini.
“Ini usaha satu-satunya di Kota Ternate yang produksi abon tulang ikan, hanya kelompok kita. Produk yang tinggi kalsiumnya,” kata Rita sambil memperlihatkan buku kas dan kode PIRT kelompoknya. PIRT adalah akronim dari produk industri rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Bantuan yang diberikan oleh CCDP dibelikan dengan membeli kompor hock, ember, timbangan, loyang, pisau, tempat duduk, saringan, hingga bahan-bahan olahan.
Usaha Rita ini menjadi kian berkembang sebab dia kerap ikut pameran produk olahan. Dia pernah menjadi peserta pameran dinas pariwisata.
“Beberapa waktu lalu juga ikut pameran dan dapat uang dari pembeli hingga 450ribu selama pameran dua hari itu,” katanya.
“Ada produk stik, ada abon tulang ikan. Abon tulang ikan ini yang paling laku. Pembeli tahu kalau abon tulang ikan bagus untuk mereka,” kata teman sekelompok ibu Rosita, Saila dan Zaleha ini.
“Salah satu cara kami agar laku, kami jual abon dengan paket kecil. Abon dijual deng 10ribu saja. Kalau bikin besar hingga 50 ribu/bungkus banyak yang keberatan,” tandas perempuan yang mengaku telah punya akumulasi uang dari usaha yang dikelolanya ini mencapai 40 juta.
ADVERTISEMENT
Dengan pengalaman dan keberhasilannya itu, Rita pernah mewakili kelompoknya ke Aceh dan memamerkan produk olahannya.
“Terima kasih kepada Dinas Perikanan Ternate yang sudah kirim ke Surabay dan belajar cara bikin abon tulang ikan ini,” katanya.
Sementara itu Masita (46) yang juga anggota kelompok Mekar Jaya mengaku senang sebagai anggota kelompok. Meski tidak banyak, dia mengaku telah mendapat uang dari usaha berkelompok ini hingga 1 juta.
***
Produktif dengan rumpon
Di Kelurahan Rua, lelaki Hadad (46) yang juga menerima bantuan CCDP mengaku bahwa dengan mempunyai perahu dan rumpon, dia bisa memperoleh pendapatan satu juta saat melaut. Hal itu dibenarkan oleh nelayan Burhan, (35) dan Ikram (32) yang ada di sampingnya dan disaksikan oleh Adi Pasaribu dari PMO CCDP serta Sufyani M. Sahami dari PIU Ternate.
Cerita dari Ternate: KKP Mengerek Ekonomi Masyarakat Pesisir melalui CCDP (2)
zoom-in-whitePerbesar
Hadad (ujung kiri) dan koleganya (foto: Kamaruddin Azis)
ADVERTISEMENT
Hadad kedua rekannya adalah pewakilan kelompok nelayan ‘Kelompok Setia’ dan ‘Kelompok Doroici’. Semuanya mendapat bantuan dari CCDP untuk membuat rumpon. Rumpon adalah wahana mereka mencari ikan dengan menggunakan perahu milik sendiri.
“Dana CCDP katong pakai beli bahan tali untuk rumpon, bambu juga,” katanya saat ditemui di pantai wisata Rua.
“Waktu itu dapat 50 juta, katong bikin dua paket rumpon. Ada juga bambu swadaya masyarakat, setelah rumpon selesai katong memancing atau pasang jaring di sana. Ikannya ada cakalang, tongkol, tuna,” kata Hadad.
“Minggu lalu dapat satu ton lebih, ikan tongkol,” kata Hadad yang mengaku menjaring di sekitar rumpon. Harganya, 10 ribu/kilo.
“Katong dapat 10 juta, pakai bodi pajeko (perahu). Uang 10 juta kita bagi rata dengan anggota dan ada 35 persen untuk rumpon itu (pengelola),” ungkap ketua kelompok yang mengaku isi tabungan kelompoknya telah sampai 45 juta hanya dalam beberapa bulan saja.
ADVERTISEMENT
“Pernah tinggal tersisa di rekening 4 juta saja sebab uang 16 juta dari hasil usaha rumpon kita bagi ke anggota untuk usaha lagi,” katanya.
Bagi Hadad tabungan menjadi penting bagi kelompok sebab dengan itu, dia bisa menyimpan dana untuk perbaikan anda ada perahu rusah. Bisa juga dipinjam untuk modal bagi anggota.
Selain Hadad dan kelompoknya, di Rua, kelompok ibu-ibu juga tak ketinggalan. Mereka jadi pedagang ikan dan membawanya ke Kota Ternate. salah satunya Sumarni Gero.
“Katong dapat 50 juta dari IFAD (CCDP). Dipakai beli coldbox Delta yang besar, kulkas, bokor atau baskom, pisau, juga loyang. Bantuan diterima bulan April tahun 2016,” kata Sumarni.
“Dengan berkelompok kita bisa mulai menabung. Pernah ada isi 12 juta tapi kita bagikan lagi, jadi modal. Sekarang isi ada 2 juta,” katanya.
ADVERTISEMENT
Untuk melanggengkan kegiatan usaha jual beli ikan itu, Sumarni dan kelompoknya sepakat untuk menyetor 130ribu perbulan ke kas kelompok.
“Kalau tara modal. Kita manfaatkan uang itu,” kata ibu dari anak bernama Ardi dan Mawar ini.
Sumarni mengaku bahwa dengan menjadi bagian dari kelompok usaha perikanan ini dia bisa menyekolahkan anaknya dan menggunakan dana keuntungan untuk merenovasi rumahnya.
***
Sepuluh juta sebuan
Pagi ini tak seperti kemarin. Puncak gunung Hiri terihat cerah. Awan tipis berada di sisinya. Di seberang, Gunung Gamalama terlihat serupa.
Hari itu, 8 Desember 2017, lelaki Ono tak sedang ke laut, dia ada di rumah menemani istrinya Damayanti. Dari jendela belakang rumahnya terlihat puncak Gamalama di seberang.
ADVERTISEMENT
Pisang goreng sedia di atas meja. Tiga gelas teh disiapkan untuk Kamaruddin Azis, Adi Priana Pasaribu, Syahnul Titaheluw sebagai konsultan CCDP, Sufyani M. Sahami dan Muhammad Yatim dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate. Ada pula tenaga pedamping Sumanti. Mereka sedang ke Pulau Hiri untuk mendengarkan cerita salah seorang penerima bantuan CCDP-IFAD.
“Perahu sedang di darat, lagi doking,” kata Ono, pria gempal warga Dora saat menerima kami.
“Nama Kelompok kami Rimoi, artinya kerjasama, katong dapat bantuan tahun 2014, dapat bantuan perahu 2 GT, pancing dan mesin 15 GT merek Yamaha,” kata Ono perihal kelompok dan usaha yang dijalaninya atas dukungan CCDP IFAD Kota Ternate.
“Minggu lalu ada dapat 23 kilo ikan tuna. Kali sudah dengan 39 ribu perkilo. Kalau masuk grade AB dapat begitu, sekitar 800 ribu. Kalau C murah,” kata Ono.
Cerita dari Ternate: KKP Mengerek Ekonomi Masyarakat Pesisir melalui CCDP (3)
zoom-in-whitePerbesar
Bahagia bersama CCDP, Ono dan istrinya (foto: Kamaruddin Azis)
ADVERTISEMENT
Menurut Ono, selama bulan 11 dia sudah menjual ikan sebanyak 10 kali ke Ternate. Jualnya ke Pak Upi.
“10 kali, x 1 juta, ongkos satu jalan 450ribu. Bisa dapat 10 juta,” sebutnya. Kebutuhan operasional Ono lumayan besar hingga 450 ribu sekali jalan. untuk beli bensi, oli dan logistik lainnya.
“Tapi bolehlah kalau 10 juta didapat selama bulan 11 itu,” katanya bangga. Dia bangga sebab dengan itu anaknya bisa sekolah. Ada tiga anak perempuannya, dua masih sekolah, satunya tamat SMA.
“Yang tamat SMA perempuan, tidak mau kuliah, padahal katong su bilang kuliah sudaaa…” pungkasnya menyungging senyum.
Hari itu kami pulang kembali ke Kota Ternate dengan menumpang speedboat, gunung Gamalama terlihat eksotis disapu awan tipis. Pemandangan nan itu menjadi istimewa saat melihat sebuah pesawat persis di pucuk gunung, terlihat pula peperahu di di laut antara Ternate dan Hiri. Burung-burung laut beterbangan.
ADVERTISEMENT
Kami kembali dengan perasaan bahagia, setelah bertemu Ono dan anggota keluarganya.
***
Berdasarkan laporan PMO-CCDP IFAD, kegiatan CCDP dimulai pada tahun 2013 dan telah dikembangkan di 181 desa/kelurahan dan 56 kecamatan, tersebar di 12 kabupaten/kota salah satunya Ternate.
Cerita dari Ternate: KKP Mengerek Ekonomi Masyarakat Pesisir melalui CCDP (4)
zoom-in-whitePerbesar
Sufyami, Syahnul, Sumanti dan Adi Priana Pasaribu saat tandang ke Pulau Hiri (foto: Kamaruddin Azis)
Hasil kerjasama
Adapun hasil pelaksanaan di 181 desa/kelurahan adalah bahwa telah ada 181 pokmas infrastruktur, 180 pokmas PSDA, 1.607 pokmas usaha, 181 unit pondok informasi, 570 unit infrastruktur desa, 30 lokasi eko-wisata bahari hingga 299 sertifikasi hasil produk olahan (PIRT) serta 101 sertifikat halal. Ada pula 12 koperasi binaan CCDP yang telah beroperasi.
Kelompok-kelompok di Kota Ternata yang disebutkan di cerita di atas adalah salah satu bagian dari capaian besar CCDP tersebut. Capaian ini menunjukkan sebagian besar target CCDP sudah terpenuhi.
ADVERTISEMENT
“Capaian tersebut merupakan hasil kerjasama yang sangat baik dari para pengelola dan pelaksana proyek baik di tingkat PMO maupun PIU, yang didukung para konsultan dan TPD, serta mitra usaha dari swasta,” kata Ir. Balok Budiyanto, MM, Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang bertanggungjawab atas implementasi CCDP saat memberikan motivasi pada pemangku pelaksanaan CCDP di Bogor beberapa waktu lalu.
Menurutnya, dengan teamwork yang solid dan penerapan model perencanaan dan pelaksanaan yang mantap membuat CCDP telah diakui sebagai proyek yang “sukses” dan dijadikan tempat pembelajaran (lesson learned) oleh berbagai pihak dari dalam dan luar negeri.
Joint Review Mission (JRM) IFAD bersama beberapa Kementerian Lembaga yang dilaksanakan awal Mei yang lalu juga telah memberikan penilaian satisfactory atau memuaskan atas pelaksanaan dan capaian hasil CCDP.
ADVERTISEMENT
***
Jika membaca narasi dari lokasi penerima bantuan CCDP di Kota Ternate dan membaca penilaian Balok Budiyanto dari Kementerian Kelautan dan Perikanan maka dapat dikatakan bahwa CCDP telah mengerek ekonomi pesisir masyarakat Kota Ternate dan merupakan salah satu kontributor dalam perbaikan posisi IPM yang disebutkan Wali Kota Burhan di awal tulisan ini.