news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Curhat Operator Wisata di Banda Neira kepada Menteri Susi

Kamaruddin Azis
Blogger di www.denun.id. Cinta pesisir dan laut Indonesia.
Konten dari Pengguna
3 Desember 2017 12:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kamaruddin Azis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Curhat Operator Wisata di Banda Neira kepada Menteri Susi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Reza bersama Menteri Susi di depan hotelnya (foto: Kamaruddin Azis)
ADVERTISEMENT
Saat pelaksanaan Pesta Rakyat Banda 2017 dari tanggal 11 Oktober hingga 11 November, penerbangan adalah salah satu isu yang juga banyak dibahas. Hal ini saya dengar dari beberapa tamu dan juga operator pariwisata di sana.
***
Hingga akhir 2016, Pemerintah mengklaim telah mencapai nilai 13,5 juta dollar AS per tahun dari ceruk bisnis pariwisata. Ada peningkatan nyata sebab pada sebelumnya, pariwisata masih ada di peringkat keempat sebagai sektor penyumbang devisa terbesar.
Di acara Sail Sabang di Aceh (02/12), dengan anteng Jusuf Kalla mengatakan bahwa kalau kita mendapatkan 10 juta wisatawan mancanegara berarti akan diperoleh 12 miiar dollar AS devisa. Sekarang nyaris mencapai 14 miliar dollar AS.
Sayangnya, kemajuan ini masih bertumpu pada lokasi-lokasi wisata gemuk seperti Bali, Lombok, Raja Ampat, Labuhan Bajo, Wakatobi atau Toraja. Pulau-pulau kecil terluar yang tidak kalah potensinya masih terpuruk atau megap-megap.
ADVERTISEMENT
Beberapa ada yang kolaps namun tidak sedikit juga yang terus memupuk optimisme. Mereka masih percaya bahwa dengan tata kelola yang baik, waktu dan kesempatan emas akan berpihak ke mereka. Hanya perlu kesungguhan atas bawah, muka belakang, kiri kanan, kita semua. Indonesia Timur terutama Banda Neira tidak kalah dengan Bali atau Lombok sekalipun.
Curhat Operator Wisata di Banda Neira kepada Menteri Susi  (1)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Pesta Rakyat Banda 2017 (foto: Kamaruddin Azis)
Banda Neira? Iya, sebab di sana, pesona pantai, kandungan dan keindahan lautnya, khazanah kebudayaan, peninggalan sejarah di daratan adalah ceruk bisnis wisata yang belum optimal dikelola hingga saat ini.
Kesan tersebut saya rasakan saat berkunjung ke Banda Neira beberapa waktu lalu dan bertemu beberapa pelaku pariwisata, Reza Tuasikal salah satunya. Ia getol memperjuangkan agar citra dan daya tarik Banda Neira terus terkerek dan diperhatikan Pemerintah.
ADVERTISEMENT
Reza adalah operator wisata bahari yang juga mengelola penginapan eksotis bernama The Nutmeg Tree Hotel and Dive dan menjadi salah satu pilar kala digelar Pesta Rakyat Banda 2017 yang digelar sejak 11 Oktober hingga 11 November 2017.
Reza terlihat akrab ketika bersama Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Dia bahkan mengajak Menteri istimewa itu melihat suasana hotelnya yang cozy karena berbatas tepi pantai itu.
Mengapa Banda Neira? Mengapa dia amat menjanjikan sebagai bagi masa depan pariwisata Indonesia sebab di Banda Neira terdapat rumah pengasingan Bung Hatta, Sjahrir. Juga ada Benteng Belgica yang eksotik, ada rumah-rumah peninggalan pembesar VOC kala itu.
Curhat Operator Wisata di Banda Neira kepada Menteri Susi  (2)
zoom-in-whitePerbesar
Eksotisme Gunung Banda Api dilihat dari Pantai Lonthoir (foto: Kamaruddin Azis)
ADVERTISEMENT
Pemandangan Gunung Api Banda Besar adalah salah satu magnet wisata yang dapat membius hasrat pelancong akan keindahan pepulau di Maluku. Lumeran lava yang sudah mengering terlihat memukau di sisi gunung yang dapat dilihat dari jauh. Demikian pula pulau-pulau di sekitarnya seperti Lonthoir, Run atau Pulau Hatta.
Banda Neira memiliki eksotisme pantai serta kondisi terumbu karang yang masih sangat bagus. Pilar budaya seperti tradisi Sasi menjadi tameng dari kegiatan-kegiatan destruktif seperti yang banyak terjadi di lokasi lain di Indonesia.
“Hingga kini, persoalan kita adalah jumlah penerbangan yang sangat, sangat terbatas,” ungkap Reza saat bersua Susi Pudjiastuti di pertengahan Oktober itu.
Susi datang ke Neira saat itu dengan menaiki Susi Air miliknya yang tahun ini tak lagi melayani rute itu karena dapat lokasi lain.
ADVERTISEMENT
Selama ini, pesawat udara tidak melayani Ambon-Banda Neira tiap hari sebagaimana lokasi wisata lain seperti Wakatobi atau Saumlaki. Pesawat Susi Air sebagai misal, tahun lalu hanya melayani 2 kali seminggu. Kapal Pelni hanya bisa 2 minggu sekali.
Transportasi di Banda Neira, Maluku (Foto: ANTARA FOTO/Embong Salampessy)
zoom-in-whitePerbesar
Transportasi di Banda Neira, Maluku (Foto: ANTARA FOTO/Embong Salampessy)
Curhat operator
Selama ini pengunjung menggunakan penerbangan dari Jakarta pada tengah malam. Tiba antara pukul 06.00 atau 07.00 WIT. Ini penting agar tidak kelamaan menunggu di Ambon. Bergegaslah ke Pelabuhan Tulehu karena kapal akan berangkat pukul 09.00-10.00 WIT. Butuh waktu 6 jam untuk sampai ke Banda Neira. Harga tiket Rp. 410.000.
“Untuk ke Banda Neira, pesawat ada tapi beberapa kali terganggu juga. Operator masih perlu subsidi. Pesawat kadang jadi kendala, kapal laut menjadi alternatif untuk ke Banda Neira,” ungkap Reza saat menikmati senja bersama Menteri Susi di tepian Neira, (22/10).
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu Merpati pernah melayani rute Ambon - Neira. Pun Susi Air dengan harga Rp. 300-an ribu sekali jalan. Tapi sekarang, seperti keluhan Reza, frekuensinya sungguhlah sangat kurang dibanding antusiasme pemerintah dan para wisatawan.
Pemerintah terutama Kementerian Perhubungan nampaknya harus bersungguh-sungguh memikirkan dan memberi solusi penyediaan penerbangan yang tepat dan cepat untuk Banda Neira. Setidaknya menambah jumlah penerbangan. Swasta pun harus diajak oleh pemerintah agar 'mengeroyok' kawasan eksotis dan potensial ini.
“Sekarang kita hopeless, susah betul Bu,” kata Reza kepada Susi di beranda Hotel Maulana, milik keluarga tokoh Des Alwi di Neira. Hotel Maulana bersebelahan dengan The Nutmeg Tree Hotel, keduanya punya bonus Gunung Api Banda Besar di seberangnya. Dari depan hotel kita bisa melihat denyut pagi hingga malam di kaki Gunung Api Banda Besar.
ADVERTISEMENT
“Jika penerbangan lancar, saya yakin Banda Neira akan maju,” ujar pengelola The Nutmeg Tree Hotel and Dive yang terletak di Jalan Pelabuhan, Desa Nusantara, Banda Neira ini dengan optimis.
Ini pula yang harus diperhatikan oleh pemerintah pusat, termasuk Wapres Jusuf Kalla, yang sangat ingin melihat pariwisata Indonesia berkembang. "Hingga kini Ambon - Neira masih tiap Rabu. Terakhir (operasi) di Januari 2018," tambahnya via Whatsapp pagi ini, (03/12). Dia tidak ingat persis nama operator penerbangannya.
"Penerbangan, setelah Januari 2018?" Masih seng jelas.