Dukung Program Budidaya Perikanan Nasional, Peneliti BRSDM-KP Promosikan SIPETAK

Kamaruddin Azis
Blogger di www.denun.id. Cinta pesisir dan laut Indonesia.
Konten dari Pengguna
24 Juni 2020 11:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kamaruddin Azis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dr Tarunamulia saat membawakan 'sharing sesion' tentang SIPETAK (dok: K. Azis)
zoom-in-whitePerbesar
Dr Tarunamulia saat membawakan 'sharing sesion' tentang SIPETAK (dok: K. Azis)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
24 Juni 2020, Maros - Dr Tarunamulia, S.T, M.Sc menjadi pembicara pada ‘sharing session’ Pemanfaatan WEBGIS Sistem Informasi Pengelolaan Tambak (SIPETAK) untuk Pengelolaan Budidaya Tambak Berbasis Klaster yang digelar oleh BRSDM-KKP, Rabu, 24 Juni 2020. Acara ini tayang di BRSDM TV.
ADVERTISEMENT
Dr Tarunamulia adalah peneliti madya pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluh Perikanan (BRPBAP3) Maros, Sulawesi Selatan.
Berdasarkan pengalamannya dalam 20 tahun terakhir meriset hulu hilir pertambakan di Indonesia baik saat menjadi mahasiswa doktoral di Australia dan sepulang ke tanah air, Dr Tarunamulia pun membagikan temuan, inspirasi, sintesa dan analisisnya terhadap dinamika pertambakan di Indonesia.
Dia mempromosikan kenapa perlu ada aplikasi untuk budidaya pertambakan, bagaimana pandangannya atas plus minus pertambakan di Indonesia, membicarakan tahapan dan substansi dari aplikasi SIPETAK sebagai ‘jurus’ baru membenahi sub-sektor budidaya perikanan nasional.
Dia menyebut sekurangnya terdapat empat keunggulan atau manfaat SIPETAK. Pertama, dapat menjadi dasar dalam pengelolaan tambak berbasis klaster.
ADVERTISEMENT
“Dengan SIPETAK, ini berbasis farm level atau hamparan. Berdasarkan pengalaman dari Aceh hingga Maluku, Utara, kami belum mendapatkan adanya aplikasi seperti, aplikasi SIPETAK. Kami yakin ini terobosan untuk pengelolaan tambak berbasis klaster. Kita bisa menambahkan informasi dan mengantisipasi faktor lingkungan, sosial, legal terkait tambak kita secara berkala,” sebutnya.
Manfaat kedua yang disebutkannya adalah bisa menjadi dasar dalam perencanaan pengelolaan lahan, berdasarkan pembatas-pembatas yang sudah ada pada kawasan atau areal tambak.
“Ketiga, pembudidaya dapat menyesuaikan untuk budidaya yang lebih efektif untuk keberlanjutan budidaya dan keempat, dapat dimanfaatkan untuk manajemen kelompok budidaya, utamanya penyuluh, kewajiban penyuluh kan menaikkan kelas kelompok dampingannya,” imbuhnya.
“SIPETAK ini relevan dan dapat juga untuk memonitor, mengevaluasi kelompok yang penyuluh bentuk. Setelah melihat kelompok selama ini, nampaknya belum banyak yang berbasis pada hamparan, masih terpencar dan belum menyatu pada kawasan spesifik. Saran pun akan sulit diberikan karena tidak sesuai klaster yang tepat,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Dr Taruna, aplikasi SIPETAK ini masih bersifat prototype dan ke depan akan diperbanyak. “Sedang dikembangkan di Sulsel. Kita mulainya dari data atau informasi data pertambakan di Sulsel dan ke depan bahkan dapat dipakai skala dunia,” katanya.
Dukung SIPETAK
Pada sesi tanya jawab, Dr Taruna memberikan tanggapan atas pertanyaan beberapa peserta di antaranya dari Basir Daud dari Yayasan Konservasli Alam Nusantara (YKAN) di Berau yang menanyakan tahapan untuk model tambak klaster lingkungan untuk satu kabupaten.
Menurut Dr Taruna, hal tersebut paling mudah dimulai dari asal sumber air. Ini dilakukan berdasarkan saluran, setelah itu masuk di subklaster seperti kualitas lahan dan teknologi yang sudah diadopsi. Menurutnya, sejauh ini KKP sudah ada niat baik untuk memajuka budidaya. Sudah CBIB atau cara berbudidaya ikan yang baik.
ADVERTISEMENT
“Tetapi masih ada yang missed, misalnya ada informasi yang sangat dibutuhkan tetapi tidak tersedia. Di Subang, kelompok pembudidaya ingin bentuk koperasi dengan data apa adanya. Nah, bagaimana SIPETAK ini sesuai dengan program satu data KKP,” katanya.
“Kami bisa berkontribusi di sana, bagaimana minat sudah ada tapi belum terwujud makanya kami buat online supaya bsa berkontribusi dalam terwujudnya data tersebut. Dengan WEB GIS akan menjadi repository bagi big data. Ada data-data kualitas, lahan, sehingga menjadi warehouse atau gudang data,” jelasnya.
Dia juga memberikan tanggapan pada peserta yang menanyakan manfaat SIPETAK pada penyebaran virus udang.
“Virus berkaitan dengan banyak faktor, faktor lingkungan, inang, urgensi SIPETAK adalah tentang kualitas lingkungan, karena pada lingkungan, ini bisa membantu kita mengantisipasi penyakit viral, white spot disease. Jadi ini pada aspek yang luas, teknis, patogen, inang dan lingkungan,” sebutnya.
ADVERTISEMENT
Dia berharap SIPETAK dapat menjadi wahana bagi semua kalangan untuk membangun sektor budidaya perikanan. Jika selama ini sudah banyak aplikasi yang dibikin atau diproyekkan namun berakhir pilu, Taruna berharap SIPETAK dapat menjadi wahana untuk semua berkontribusi.
“Jangan membuat museum aplikasi. Kita ada cinta-cita satu data KKP. Ada pembudidaya kita yang sangat haus data informasi. para cendekiawan, peneliti univeristas, LSM, balai penelitian bisa berbagi data di sini. Untuk manaejemen budidaya tambak, aplikasi ini harus didukung untuk bekontribusi bagi pengambl kebjakan, untuk mengambil kebijakan yang tepat,” tutupnya.