Konten dari Pengguna

Pelepah Sagu, Alternatif Anti Jamur Dan Rayap Yang Ramah Lingkungan

Kamera Sembiring
Pranata Humas Ahli Madya, BRIN
2 Oktober 2023 13:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kamera Sembiring tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sagu dikenal sebagai salah satu produk pertanian yang tumbuh di sebagian besar wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia, tanaman ini banyak ditemukan di Kepulauan Maluku, Papua, Sulawesi, Kalimantan Tengah, Sumatera Barat, Riau, dan Aceh. Pabrik pangan jenis ini menyediakan sumber pangan utama bagi masyarakat di daerah tersebut. Di antara produsen sagu dunia, Indonesia rupanya menyumbang 60% pemasok sagu dunia. Hal ini membawa potensi besar bagi Indonesia di sektor pertanian. Siapa sangka tanaman yang tumbuh di lahan basah dengan sumber air melimpah ini ternyata punya potensi lain yang bisa dimanfaatkan. Pemanfaatannya dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia. Selama ini masyarakat hanya memanfaatkan pati saja, namun ternyata kita juga bisa memanfaatkan limbahnya yaitu batangnya.
Tim Peneliti Turun Ke lapangan Di Maluku Untuk Survey Tanaman Sagu Yang Akan Dijadikan Inovasi alternatif anti jamur dan rayap yang ramah lingkungan
zoom-in-whitePerbesar
Tim Peneliti Turun Ke lapangan Di Maluku Untuk Survey Tanaman Sagu Yang Akan Dijadikan Inovasi alternatif anti jamur dan rayap yang ramah lingkungan
peneliti dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menawarkan alternatif berupa inovasi ramah lingkungan. Sukma Surya Kusumah telah melakukan penelitian dengan mengubah limbah pelepah sagu menjadi papan komposit yang tahan terhadap jamur dan rayap.berawal dari pengamatannya terhadap kebutuhan papan kayu sebagai bahan bangunan yang terus meningkat. Namun di sisi lain, terdapat regulasi pemerintah yaitu Undang-Undang RI nomor 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Artinya, ada larangan keras bagi manusia agar tidak mengekspolitasi secara besar – besaran hasil hutan, yaitu tanaman. Untuk itu, perlu solusi guna mengurangi pemanfaatan kayu untuk papan bangunan. Sementara, tanaman sagu atau biasa disebut pohon rumbia di masa pertumbuhannya menghasilkan pelepah yang makin lama lepas dari pohonnya karena dorongan pelepah yang baru tumbuh. Pelepah yang lepas tersebut selama ini hanya menjadi limbah yang terbuang.
ADVERTISEMENT
Pelepah Daun sagu Yang Digunakan Sebagai alternatif anti jamur dan rayap yang ramah lingkungan
Kusumah melakukan penelitian dengan menggunakan perekat Phenol formaldehyde (PF) dan Poly Urethane (PU) pada limbah pelepah sagu tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelepah sagu yang menggunakan perekat PF memiliki daya tahan lebih baik terhadap serangan jamur pelapuk putih dan jamur pelapuk coklat dibandingkan dengan perekat PU. Meskipun perekat PU menunjukkan hasil yang lebih baik dalam hal sifat-sifat fisik dan mekanis papan komposit, perekat PF lebih unggul dalam hal ketahanan terhadap jamur dan rayap.Berdasarkan penelitian limbah pelepah sagu dapat dijadikan komponen struktur bangunan ataupun aplikasi interior dan eksterior seperti papan partikel, Oriented Strand Board (OSB), High Density Fiberboard (HDF), Medium Density Fiberboard (MDF) yang tahan jamur dan anti rayap, serta mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Pohon Sagu Yang Bisa Menjadi Sumber Pangan Dan Inovasi alternatif anti jamur dan rayap yang ramah lingkungan
Mudah Dilakukan Dan Bahan Ekonomis
ADVERTISEMENT
Kusumah menjelaskan bagaimana proses risetnya dilakukan. Ia mengaku melakukan risetnya tersebut selama 2 (dua) bulan. Bulan pertama, dipersiapkannya bahan dan prototipe produk panel komposit pelepah sagu. Untuk kebutuhan ini, ia membuat mesin tepat guna yang bertujuan agar siap diaplikasikan oleh masyarakat lokal. Pada bulan kedua, Kusumah menguji kekuatan mekanis, untuk mengetahui ketahanan terhadap air dan kelembaban serta dilakukan pengujian ketahanan terhadap serangan organisme perusak, seperti rayap tanah dan jamur. Secara garis besar, proses dimulai dengan pengujian membuat papan komposit dengan pemisahan dalam dua proses kempa (dingin dan panas) terhadap bahan pelepah sagu tersebut. Dengan tekanan suhu tertentu, papan komposit diuji sampai mencapai proses sterilisasi dengan tujuan mencegah terjadinya kontaminasi oleh mikro-orgnisme lain. Demikian juga proses serupa untuk pengujian jamur melalui proses inoculum jamur, yaitu percampuran bakteri dan jamur yang diisolasi dari limbah.
ADVERTISEMENT
Sampel yang digunakan kali ini yaitu rayap tanah. Dari pengujian sampel papan komposit yang sudah selesai tahapannya tadi, maka disterilisasi kemudian dimasukkan ke dalam media pengujian yang telah diinokulasi jamur secara aseptis. Sampel papan komposit tersebut diinkubasi selama 12 minggu. Di akhir inkubasi, sampel kayu dibersihkan dari sisa-sisa miselium jamur. Proses selanjutnya, dikeringkan dan ditimbang untuk mengetahui berat kering setelah pengujian, dinamakan dengan istilah ODW2. Dari hasil pengujian yang Kusumah lakukan itu, diketahui kehilangan berat padat pada kayu sample. Proses ini yang menentukan keberhasilan dari proses pengujian tersebut.
Pengujian papan komposit terhadap rayap dilakukan untuk mengetahui ketahanan sampel papan komposit terhadap serangan rayap tanah. Metode yang digunakan yaitu metode forced-feeding test (metode umpan paksa) menggunakan sampel 150 rayap pekerja dan 15 ekor rayap prajurit dengan proses tertentu. Dalam tahap ini, Kusumah menggunakan bahan seperti kertas tisu untuk menjaga kelembaban. Tahapan pengujian ini memakan waktu 21 hari dengan pengamatan tiap minggu. Harapannya, selama 3 minggu terdapat presentase kehilangan berat dan moralitas.
Pengujian Papan Pelepah Sagu sebagai komposit terhadap rayap untuk mengetahui ketahanan sampel papan komposit terhadap serangan rayap tanah
pelepah dipilih sebagai bahan baku karena dari segi teknis memiliki serat selulosa yang bisa memperkuat panel. Pelepah sagu juga dianggapnya merupakan limbah yang melimpah ketersediaannya serta belum dimanfaatkan secara optimal. Alat dan bahan yang digunakan untuk menguji adalah mesin universal testing untuk uji kekuatan mekanis, uji perendaman dalam air untuk ketahanan terhadap air, serta rayap tanah dan jamur pelapuk yang mudah ditemukan di manapun.
ADVERTISEMENT
Sebagai bahan uji coba kali ini yaitu rayap tanah yang kerap hadir di sekitar lingkungan rumah. Menurutnya, rayap ini sangat mudah ditemukan dengan menelusuri jejak berupa kotoran yang dikeluarkan oleh rayap setelah merusak bahan yang disukai rayap. Rayap yang digunakan dalam pengujian adalah rayap pekerja dan rayap prajurit dengan komposisi sesuai dengan standar SNI pengujian serangan rayap. Cara mengujinya, rayap dimasukkan ke dalam chamber yang berisi sampel papan komposot pelepah sagu dengan ukuran sampel papan pelepah sesuaistandar SNI dan diamati selama 3 bulan. Fungsinya untuk melihat kerusakan sampel dengan melihat perubahan berat sampel dan kematian rayap.
Yang menantang selama proses pengujian, yaitu ketika melapiskan bahan perekat untuk mengikatkan pelepah sagu satu dengan yang lainnya. Sementara, dalam waktu singkat perekat menjadi kering lantaran prosesnya masih manual sehingga banyak perekat yang terbuang.
ADVERTISEMENT
Biaya pengembangan papan komposit dari pelepah sagu ini, dikatakannya, sangatlah ekonomis. Sebab, pelepah sagu bisa diperoleh dengan gratis dari perkebunan pohon sagu yang ada di masyarakat. Jadi biaya yang dibutuhkan dalam riset ini hanya untuk pembelian perekat isocyanate, pengujian, dan penggunaan listrik untuk mesin kempa panas kurang lebih 1 papan berukuran panjang 1 m dengan lebar 40 cm dan tebal 1 cm, yang perkiraannya dibutuhkan biaya sekitar 10.000 ribu rupiah. Pembuatan papan komposit pelepah sagu ini sangat mudah diaplikasikan di masyarakat karena hanya dibutuhkan mesin celup plepah sagu ke dalam larutan perekat, pemipih pelepah sagu, mesin kempa, dan mesin pemotong.
Satu hal yang menarik, bahwa proses pengujian ini paling mudah karena hanya dengan mengumpankan papan komposit kepada rayap dengan cara ditanam di dalam tanah. Umpan tersebut dibiarkan selama 3 bulan untuk melihat serangan rayap tanah. Rayap tanah pun mudah diperoleh karena banyak ditemukan di bagian bahan bangunan maupun barang di rumah yang sering rusak karena serangan rayap tanah yang umumnya terbuat dari kayu.
ADVERTISEMENT
Kusumah berharap, pemanfaatan limbah pelepah sagu sebagai papan komposit ini akan dipakai di kemudian hari sebagai papan bangunan pengganti bahan kayu dari pohon di hutan. Keunggulannya, bahan ini tahan terhadap serangan jamur dan rayap. Dari temuan risetnya itu, Kusumah akan terus mengembangkan penelitian limbah lainnya yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal tersebut menjadi wujud dukungannya ke pemerintah dalam hal berkontribusi terhadap pembangunan melalui pemanfaatan hasil riset. (KS)