Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kehidupan Glamour Kota dan Konsep 'Seimbang' dalam Perspektif Al-Qur'an
27 Mei 2024 10:40 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kamilah Rahmasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kota menjadi alasan orang berbondong-bondong datang. Mengadu nasib katanya. Namun, tak satupun mengetahui polemik di dalamnya sebelum benar-benar menjadi salah satu bagiannya. Harta menjadi salah satu alasan untuk tinggal. Mengejar kekayaan demi mencukupi gaya hidup dan kian melupakan tujuan utamanya dalam hidup. Masihkah ada keseimbangan itu di kehidupan perkotaan yang kian padat?
ADVERTISEMENT
Kesadaran akan kehidupan setelah dunia semakin menipis. Hari akhir dan kehidupan setelahnya bahkan terdengar bagai dongeng di tengah culture era dimana manusia rela bermaksiat demi menghilangkan stress yang berkecambuk di kepala. Gaya hidup glamour, pergaulan bebas, dan minuman keras menjadi hal yang tak terlepas dengan kehidupan kota.
Hal ini tentu saja dapat dilihat sebagai konsep yang berlawanan dengan nilai-nilai spiritualitas dan konsep keseimbangan orientasi dunia dan akhirat dalam agama Islam. Al-qur'an mengajarkan tentang mengelola kehidupan dengan cara sederhana dan adil.
Keseimbangan Orientasi Dunia dan Akhirat
Dalam Islam, keseimbangan orientasi dunia dan akhirat dipahami sebagai bagian dari tujuan penciptaan manusia. Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya dan memanfaatkan kehidupan di dunia sebagai persiapan untuk kehidupan di akhirat. Keseimbangan ini juga diwujudkan dalam berbagai ajaran Islam, seperti tawakkal (bergantung sepenuhnya pada Allah) yang membantu menjaga keseimbangan antara usaha di dunia dan kepercayaan pada Allah.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga bekesinambungan dengan konsep hidup seimbang yang melibatkan aspek materi dan spiritualitas. Islam mengajarkan bahwa hidup seimbang ini penting untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Keseimbangan ini dimaksudkan bahwa kehidupan dapat dijalani seperti tidak berlebihan pada dunia dan tidak berlebihan pada akhirat.
Tidak berlebihan pada dunia berarti tidak hanya fokus pada kepentingan material dan materi, tetapi juga mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat. Sebaliknya, tidak berlebihan pada akhirat berarti tidak hanya berfokus pada kehidupan spiritual dan beribadah, tetapi juga memanfaatkan kehidupan di dunia sebagai persiapan untuk kehidupan di akhirat.
Manusia perlu mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat dengan cara menjalani kehidupan di dunia dengan sebaik-baiknya, serta tidak berbuat kerusakan di muka bumi.
ADVERTISEMENT
Konsep 'Seimbang" dalam Perspektif Al-Qur'an
Saat ini kekayaan tidak ayal jadi hal yang sangat dibanggakan. Namun, dalam konsep 'seimbang' dalam perspektif Al-Qur'an, kekayaan adalah pemberian Allah. Seperti dalam Q.S Al-Qashash/28:76-77, perbuatan kufur atas harta yang diberikan Allah kepadanya merupakan hal yang tidak disuka Allah dan orang kaya yang angkuh dan zalim akan berakhir dengan kebinasaan. Kebanggaan akan harta akan menjadikan seseorang melupakan Allah yang menganugerahkan nikmat itu sehingga tidak bersyukur kepada-Nya.
Berusahalah sekuat tenaga dan pikiran untuk memperoleh harta dengan bekal akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah di dunia, berupa kekayaan dan karunia lainnya, dengan menginfakkan dan menggunakannya di jalan Allah. Akan tetapi pada saat yang sama janganlah melupakan bagian dari kenikmatan di dunia yang dihalalkan oleh Allah seperti diantaranya, makanan, minuman, pakaian, rumah dan perkawinan.
ADVERTISEMENT
Dan berbuat baiklah kepada semua orang dengan bersedekah sebagaimana karena Allah telah berbuat baik dengan mengaruniakan nikmat-Nya, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dalam bentuk apa pun di bagian mana pun di bumi ini, dengan melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan dan akan memberikan balasan atas kejahatan tersebut.
Dosen Pengampu:
Dr. Hamidullah Mahmud, Lc., M.A.