Konten dari Pengguna

Praktik Baik TPN 2019: Melawan Kebiasaan dengan Membiasakan

Kampus Guru Cikal
Lembaga pengembangan karier guru dan inisiator 150 Komunitas Guru Belajar
14 Januari 2020 10:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kampus Guru Cikal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di TPN 2019 beda dengan TPN tahun-tahun sebelumnya, jika TPN 2017 dan 2018 kita bisa memesan 4 kelas sekaligus (kemerdekaan, kompetensi, kolaborasi, dan karir), sehingga bisa lebih santai karena bersantai ini adalah kebiasaan yang kadang jadi bumerang menutupi kemalasan. Tetapi di TPN 2019 tiap peserta hanya bisa memesan kelas kompetensinya saja, sedangkan untuk kelas kemerdekaan, kolaborasi dan karir dipilih on the spot dengan catatat siapa cepat dia dapat. Dari proses ini kita diajak untukmembiasakan agar apa yang harus kita kerjakan harus segera dilakukan.
ADVERTISEMENT
Cukup menarik dengan strategi panitia tahun ini, karena jelas dengan strategi demikian akan membuat peserta membuat rencana belajar lebih menantang. Kenapa menantang? Meski peserta TPN sudah membuat rencana belajar dari rumah, saat di acara TPN mereka masih harus melengkapi rencana belajarnya dengan mencari posisi ruang dan tentunya dengan kecepatan dan kesigapan peserta untuk memperoleh kelas pilihannya tersebut, karena tiap kelas maksimal hanya bisa diisi 20-25 peserta. Kebayang kan perjuangannya harus berebut dengan ribuan peserta lainnya? 😂🤪
Dari proses ini ada dua impak yang unik menurut aku, yakni konsekuensi alamiah dan usaha mendobrak budaya saling tunggu. Kalau menurut teman-teman ada yang lain, silakan bisa ikut tambahkan di kolom komentar.
Pertama tentang konsekuesi alamiah, pada tahap ini panitia tak lagi harus terus mengingatkan peserta untuk segera masuk ke kelas yang ingin peserta ikuti, karena secara otomasi pesertalah yang berinsiatif untuk mencari kelaskelas pilihan mereka. Dari proses ini panitia memberikan konsekuensi alamiah atas usaha yang dilakukan peserta. Jika peserta merasa hal itu bagian dari kebutuhan dan penting, maka dia akan bersungguh-sungguh dan berusaha mendapatkan pilihan kelas itu. Sedangkan peserta yang menganggap santai proses ini, tentu mereka akan terlambat dan konsekuensi alamiahnya mereka tidak dapat memilih kelas pilihannnya. Hal itu sungguh terjadi di TPN 2019. Beberapa waktu lalu ,aku lihat status FB Pak Andrie Firdaus yang menyertakan tangkapan layar kondisi kelas kemerdekaan di TPN 2019 seperti yang terlampir di status ini. Bagaimana kelas-kelas itu dengan cepat terisi penuh. Entah pakai program apa hingga pantuan
ADVERTISEMENT
kelas tak luput dari bidikan panitia, mungkin pak firdaus bisa berbagi cerita mengenai ide acara on the spot ini dan hasil pantaunnya. Bisa dipastikan tidak sedikit peserta yang harus tiba-tiba menganti pilihan kelasnya karena kelas sudah penuh. Aku menyaksikan langsung di kelas kolaborasi Keluarga Kita yang hanya mampu menampung 20 orang itu terisi penuh, kemudian masih ada yang ingin ikut bergabung tapi harus terpaksa pilih kelas lain.
Yang kedua, tentang budaya menunggu. Sudah jadi rahasia publik, jika ada pelatihan atau sejenisnya sudah barang pasti acara mundur, atau yang lebih parahnya pemateri harus menunggu peserta, karena memang peserta yang datang belajar bukan atas kemauan sendiri. Tetapi atas instruksi, jadi tak heran kalau mereka datang semaunya atau mana suka. Lain ceritanya di TPN 2019, panita TPN 2019 berhasil memaksimalkan strategi on the spot ini. Aku yang menyaksikan sempat geleng-geleng, karena 20 menit
ADVERTISEMENT
sebelum acara mulai seluruh peserta sudah stanby di kelas pilihannya masing-masing. Tidak ada yang namanya pemateri menunggu peserta, di TPN 2019 justru peserta yang menunggu Pemateri, ini sungguh penghormatan luar biasa untuk pemateri, menurut aku.
Terima kasih panitia TPN, sudah membantu kami melawan kebiasaan dengan membiasakan.
Oleh Ratno Kumar Jaya KGB Pemalang - dikutip dari SKGB 23