Pengertian Aktiva Berisiko dalam Dunia Ekonomi

Kamus Bisnis
Menyajikan informasi seputar dunia bisnis, investasi dan finansial.
Konten dari Pengguna
11 Juli 2022 13:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kamus Bisnis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Transaksi atau Uang Rupiah. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Transaksi atau Uang Rupiah. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Definisi aktiva berisiko : Semua aset bank, kecuali kas dan surat berharga pemerintah, dan untuk menentukan rasio atau nisbah kecukupan modal, Bank Indonesia menetapkan batasan terkait Aktiva Tertimbang Tenurut Risiko (ATMR).
ADVERTISEMENT

Apa itu aktiva berisiko?

Aktiva berisiko adalah aset yang mengandung unsur risiko. Istilah ini umumnya mengacu pada sekuritas keuangan seperti ekuitas, komoditas, obligasi dengan tingkat pengembalian yang tinggi dan instrumen keuangan lainnya yang cenderung mengalami fluktuasi harga. Properti (aset real estat) dan mata uang yang digerakkan oleh volatilitas harga juga dikategorikan sebagai aset berbahaya. Untuk teori ekonomi dan investor, ekonom menyatakan bahwa setiap bidang pendapatan tetap, kecuali obligasi dengan hasil tinggi, dianggap sebagai aset berisiko.
Salah satu aset yang berisiko tinggi adalah mata uang digital, yang biasanya dikenal dengan kriptokurensi seperti bitcoin. Nilai bitcoin yang telah mengalami periode kenaikan dan penurunan yang pertumbuhannya cukup cepat menjadikannya sebagai aset berisiko. Otoritas pembiayaan konvensional, seperti bank atau entitas keuangan lainnya, telah berusaha lebih jauh untuk memahami teknologi Blockchain yang mendasari transaksi kriptokurensi, dan memusatkan perhatian pada aset digital.
ADVERTISEMENT
Investor pemula dalam kriptokurensi melihat manfaat dan potensi untuk membangun kekayaan melalui investasi dalam kriptokurensi. Namun, karena faktor tertentu yang menyebabkan fluktuasi yang cukup besar pada kriptokurensi, itu menciptakan penurunan nilai aset risiko, yang dapat berdampak pada portofolio investasi. Hal ini juga berlaku untuk aset berisiko lebih lanjut seperti saham, obligasi, dan instrumen keuangan lain, yang cenderung mengalami fluktuasi harga.