Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
120 Puskesmas di Bali Bakal Dilengkapi Layanan Berhenti Merokok
1 Februari 2023 13:58 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Jumlahnya secara keseluruhan ada 120 Puskesmas ,” kata Gusti Ngurah Sri Dana SKM MKes, Pejabat Fungsional Epidemiologi Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Rabu (1/2/2023) pada Media Gathering Center for NCDs, Tobacco Control and Lung Health (Udayana CENTRAL) di Denpasar.
Menurutnya, setiap Puskesmas akan dijatah 2 petugas yang menangani terdiri dari dokter dan perawat. Pada tahun 2022 sudah dilakukan pelatihan terhadap 90 orang petugas dan akan ditambah 60 orang lagi pada tahun 2023.
Adapun dalam konseling, petugas akan mengawalinya dengan pemeriksaan kesehatan terkait resiko kecanduan merokok seperti tes terhadap fungsi paru, kadar nikotin dalam darah, serta tes lain yang terkait. Setelah itu barulah dilakukan konseling untuk mengurangi perilaku merokok.
Menanggapi kritik mengenai minimnya kunjungan setelah program itu diuji coba setahun terakhir, Sri Dana menyatakan pihaknya akan mendorong agar petugas lebih aktif melakukan penjangkauan sasaran.
ADVERTISEMENT
“Khususnya, untuk perokok pemula dimana petugas akan mengunjungi sekolah dan kelompok anak muda lainnya,” katanya.
Langkah pelayanan itu, kata dia, untuk memutus kebiasaaan merokok yang diduga terkait dengan penyakit-penyakit tidak menular sperti jantung, darah tinggi dan diabetes. Dari data Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Bali, penyakit-penyakit itu pula yang menyedot pembiayaan dan besarnya empat kali lipat lebih besar daripada penanganan penyakit menular.
Ketua Udayana CENTRAL, Putu Ayu Swandewi mengatakan, upaya penghentian kebiasaan merokok perlu dilakukan, khususnya di kalangan remaja. Dari survei yang pernah dilakukan 81 % remaja rokok sebenarnya memiliki keinginan untuk berhenti merokok.
Sekarang ini, kata dia, perlu dilakukan sosialisasi cara berhenti dengan benar. “Tidak benar bila melakukan penggantian ke rokok elektrik seperti dipromosikan karena justru menimbulkan bahaya baru,” katanya. (kanalbali/WIB)
ADVERTISEMENT