15 Tahun Berdiri, Konservasi Penyu di Sanur Denpasar Kian Jadi Daya Tarik Wisata

Konten Media Partner
10 Agustus 2022 8:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyu hijau di fasilitas Konservasi Penyu Dwarawati, Pantai Sindu, Sanur, Denpasar, Bali - IST
zoom-in-whitePerbesar
Penyu hijau di fasilitas Konservasi Penyu Dwarawati, Pantai Sindu, Sanur, Denpasar, Bali - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR, Kanalbali.com - Merawat ratusan penyu dan tukik yang berada di Konservasi Penyu Dwarawati, Pantai Sindu, Sanur telah menjadi aktivitas sehari-hari I Made Winarta (47). Aktivitas itu pun kini menjadi daya tarik tersendiri di kawasan wisata ini.
ADVERTISEMENT
Sejak 15 tahun lalu ketika konservasi ini dibangun bersama komunitasnya, Winarta memilih untuk berhenti bekerja dari salah satu Villa di Bali, dan mengabdikan hidup sepenuhnya untuk melestarikan penyu.
"Saya berada di konservasi ini setiap hari, mengurus penyu, dan itu biasanya dari jam 5 pagi sampai 10 malam," kata dia, Selasa, (9/8/2022).
Laki-laki asal Denpasar ini mengungkapkan awal mula muncul keinginan melestarikan penyu, yakni saat ia dan beberapa orang lainnya berada di pinggir pantai, kemudian melihat dua ekor penyu naik untuk bertelur. Seketika itu muncul ide untuk membangun sebuah tempat konservasi.
I Made Winarta dan penyu hijau di fasilitas Konservasi Penyu Dwarawati, Pantai Sindu, Sanur, Denpasar, Bali - IST
"Saat itu saya dan teman-teman langsung ingin buat tempat konservasi, tapi sekarang saya tinggal sendiri mengurus tempat ini. Karena yang lain sudah punya kesibukan sendiri," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Penyu di lokasi konservasi ini juga dapat dijadikan sebagai sesajen Umat Hindu untuk keperluan upacara agama. Syaratnya, warga harus membawa surat izin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
"Hal ini untuk menghindari perburuan penyu di alamnya untuk keperluan agama, karena BKSDA sudah mengijinkan menggunakan penyu untuk sarana upacara. Tapi penyu tersebut berasal dari hasil pembesaran di tempat konservasi," tuturnya.
Adapun di tempat konservasi ini terdapat 3 jenis penyu yang dirawat, yakni penyu lekang, penyu sisik, dan penyu hijau. Dari ketiga jenis tersebut, penyu lekang yang paling banyak jumlahnya di wilayah pantai Sanur.
Menurut Winarta, tujuan dibangunnya konservasi karena ada banyak wisatawan yang menginjak pasir pantai, hal ini akan menyebabkan pasir menjadi padat dan telur penyu yang berada di bawah pasir sulit untuk menetas. Ia kemudian mengambil telur penyu untuk dirawat sampai menetas, dan siap untuk kembali dilepas ke alam.
ADVERTISEMENT
Selain itu, karena di sepanjang wilayah pantai terdapat banyak hotel dan restoran dengan cahaya yang terang, menyebabkan penyu salah navigasi dan masuk ke wilayah hotel. Akibatnya sering kali penyu dimakan oleh anjing.
"Karena kedua masalah itu, konservasi penyu ini tetap ada sampai sekarang," sebutnya.
Pada tempat konservasi, penyu yang berumur sampai 2 tahun akan diberi pakan berupa ikan cincang. Selanjutnya, insting penyu untuk memilih makan akan diuji dengan memberikan daun yang dikonsumsi dan tidak dikonsumsi manusia.
"Misalnya ada daun pohon yang manusia tidak makan, penyu pun tidak mau makan. Kalau manusia makan, penyu juga mau makan. Dia tahu mana yang bisa dimakan, itu yang kita uji disini sebelum nanti dilepaskan ke alam," kata dia.
ADVERTISEMENT
Setelah belasan tahun mengabdikan hidup melestarikan penyu di konservasi ini, Winarta juga ingin menjadi bagian dari perhelatan presidensi G20. Sebab, ia telah menyiapkan 24 ekor penyu berusia 1,5 - 2 tahun sebagai hasil pembesaran dikonservasi yang selanjutnya dapat dirilis ke laut oleh Presiden Jokowi dan kepala negara lainnya.
"Harapannya dengan melakukan perilisan penyu hasil konservasi, Presiden Jokowi dapat menunjukan pada dunia bahwa Indonesia telah melakukan upaya untuk melestarikan penyu," tuturnya. (Kanalbali/LSU)