3 Ekor Siamang Dipindahkan dari Bali ke Sumatera Barat

Konten Media Partner
18 Oktober 2018 2:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 3 Ekor Siamang  Dipindahkan dari Bali ke Sumatera Barat
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SATU dari tiga ekor satwa jenis Siamang yang dipindahkan dari Bali ke Sumatera Barat. Rabu (17/10)- kanalbali/IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com - Tiga ekor Siamang hasil penyitaan yang dilakukan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSAD) Bali akhirnya dipindahkan ke habitat aslinya di Sumatera Barat.
Pemindahan pada Rabu (17/10) itu bekerjasama dengan Yayasan Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dan Yayasan FNPF.
"Ketiga satwa tersebut, bernama Joko, Josh dan Hugo semuanya jantan," kata Amank Raga, Amank Raga yang merupakan aktivis dari JAAN sekaligus Koordinator Penyelamatan Perdaganan Satwa di Bali.
Sebelumnya, ketiga Siamang tersebut dititip dan dirawa di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Bali di Tabanan Bali, dan selanjutanya satwa-satwa tersebut akan dilatih dan direhabilitasi lebih lanjut di Yayasan Kalaweit Konservasi Siamang dan Owa di Supayang, Solok, Sumatera Barat.
Ia menjelaskan, bahwa Siamang tersebut adalah hasil tangkapan kerjasama dengam Mabes Polri, saat itu Siamang yang bernama Jhos dan Hugo pada tahun 2014 akan diselundupkan ke Rusia.  "Kalau aslinya dari Lampung kemudian dibawa ke Bali untuk dikirim ke Rusia, tapi keburu ditangkap oleh Polda Bali dan tersangkanya sudah diamankan," ucapnya.
ADVERTISEMENT
 3 Ekor Siamang  Dipindahkan dari Bali ke Sumatera Barat (1)
zoom-in-whitePerbesar
PEMERIKSAAN dilakukan pada sebelum dilakukantranslokasi tiga ekor satwa jenis Siamang ke Sumatera Barat. Rabu (17/10)- kanalbali/IST
Sementara, untuk Siamang bernama Joko adalah hasil serahan dari masyarakat di Denpasar Bali. Translokasi baru dilakukan saat ini, karena harus mengikuti proses yang harus melalui beberapa tahapan diantaranya yaitu pemilihan maupun kesiapan lokasi pelepasliaran dan pemeriksaan medis, sehingga baru tahun ini translokasi dapat dilaksanakan.
"Kenapa menunggu 4 tahun karena waktu itu kondisinya stress sampai disini masih kecil-kecil. Kemungkinan untuk pemulihan itu ada tes kesehatan dan segalah macam baru terlaksana tahun ini," ujarnya.
Dia berharap, penangkapan itu akan membuat jera para pelaku perdagangan primata. Karena hal itu sangat berbahaya termasuk bagi manusianya. "Karena primata bisa menularkan penyakitnya ke manusia dan manusia bisa menularkan penyakitnya kepada mereka. Penyakit primata sama dengan penyakit manusia mulai dari TBC, paru-paru, Hepatitis dan lainnya," tegas Amank. (Kanalbali/KAD)
ADVERTISEMENT