Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Aduh, Kapolri Pun Soroti Kemacetan di Bali
15 November 2018 16:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Kapolri Jenderal Tito Karnavian (kanalbali/KR4)
KUTA, kanalbali.com - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengajak kepala daerah membangun infrastruktur jalan dan memperbanyak tranpostrasi umum untuk mengurangi kemacetan.
ADVERTISEMENT
“Kita lihat Bali. Maaf Pak Koster (Gubernur Bali-red), dimana-mana Bali mulai macet. Jalannya tetap segitu, lebar jalan juga tetap segitu," ungkapnya saat membuka rapat koordinasi Pembina Samsat Nasional 2018 sekaligus penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan 30 bank di Hotel Kartika Plaza Kuta, Kamis (15/11).
Hal itu disampaikan Tito terkait program dimana sudah 24 provinsi yang menerapkan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) secara online (E-Samsat). Kemudahan administrasi itu demi meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta sebagai sumber PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) bagi pusat maupun daerah.
“Seiring dengan kemudahan itu, tentunya akan dibarengi dengan minat masyarakat memiliki kendaraan baru. Apabila infrastruktur tidak dipersiapkan, akan berdampak terjadinya kemacetan,”ujar mantan Kapolda Papua ini.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, kata Tito Karnavian, ada 130 juta kendaraan dan setiap tahunnya bertambah enam juta kendaraan baru. Dengan kondisi ini, Kapolri mengajak kepala daerah mencari terobosan untuk membatasi kepemilikan kendaraan pribadi dan mengintensifkan transportasi publik terutama di daerah-daerah yang sudah mulai macet seperti Jawa, luar Jawa dan jakarta.
Kapolri mencontoh Singapura yang mengintensifkan transportasi umum ketimbang kendaraan pribadi. “Di Singapura kendaraan pribadi dipersulit dan parkir kena Rp 100 ribu. Kalau di Indonesia justru sebaliknya. Kendaraan pribadi banyak dan mengakibatkan macet di mana mana dan kendaraan publik tidak banyak bahkan pembebasannya juga sulit,”tandasnya. (kanalbali/KR4)
ADVERTISEMENT