Ahli Bahasa di Sidang Jerinx: Kata 'Kacung' Tak Otomatis Berkonotasi Buruk

Konten Media Partner
22 Oktober 2020 11:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ahli bahasa dari Universitas Udayana, Ketut Jiwa Atmadja tampil dalam sidang Jerinx - WIB
zoom-in-whitePerbesar
Ahli bahasa dari Universitas Udayana, Ketut Jiwa Atmadja tampil dalam sidang Jerinx - WIB
ADVERTISEMENT
Ahli bahasa dari Universitas Udayana, Ketut Jiwa Atmaja dihadirkan pada sidang Jerinx, Kamis (22/10/2020). Salah-satu kesimpulannya, kata 'kacung' dalam postingan Jerinx tidak bisa langsung disimpulkan berkonotasi buruk.
ADVERTISEMENT
Dia menyatakan, untuk memahami bahasa, haruslah sampai kepada dimensi komponen mental, yakni bagaimana maksud dari pengguna bahasa.
"Perkara bahasa itu tidak bisa dibentuk leksikal (arti berdasarkan kamus-red) saja, karena bahasa terdiri dari dua bentuk aksutik dan komponen mental,"terangnya.
Menurut penuturannya, setiap upaya pengkajian bahasa harus ke komponen mental (maksud-red). "Jadi adakah niat Jerinx melakukan ujaran kebencian atau tidak, maka kita harus lihat posisi Jerinx sebagai penyair dan penulis lirik, yang punya ragam diksi khusus yang berbeda dengan yang lain,"jelasnya.
Ketut Jiwa Atmadja - IST
"Hal ini yang tidak dilihat oleh jaksa dan lainnya, bahwa seorang penulis lirik atau penyair punya diksi yang berbeda dari orang lain, diksi yang digunakan menyebabkan adanya arti kata yang berbeda dari arti leksikal kamus,"terangnya lagi.
ADVERTISEMENT
Jika kata 'kacung' dan 'menyerang' yang digunakan Jerinx dalam postingannya punya konotasi buruk di kamus, tetapi bagi diksi penyair, tidak.
"Kata 'saya tidak akan berhenti menyerang sampai ada penjelasan tentang ini' itu tidak punya kekuatan punya menyerang, kata menyerang maksudnya tidak akan berhenti bertanya hingga pertanyaannya dijawab,"tegasnya. "Maknanya kan baik, hanya diksinya berbeda dari orang biasa," tandasnya
Toh, kata dia, seorang penyair ataupun penulis lirik sengaja menggunakan pilihan kata kusus dengan harapan kata itu punya tenaga untuk menarik perharian umum. "Sehingga ada konspirasi busuk, kacung atau saya tidak akan berhenti menyerang,"jelasnya.
Pada keterangan ahli bahasa pada sidang sebelumnya, Atmaja mengemukakan, saat itu ahli hanya berkutat dalam bentuk kata saja, tidak sampai pada penyair dengan penggunaan diksinya.
ADVERTISEMENT
"Itu (komponen mental-red) harus dihargai statusnya, paling tidak sampai pada apakah bermaksud buruk atau tidak,"tegasnya. (kanalbali/WIB)