Alumni Unud bagi Kunci Tembus Kerja di Jepang: Saring Hoaks, Jangan Terburu-buru

Konten Media Partner
9 Januari 2023 8:39 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wahyu Ning Tyas saat berada di tempat kerjanya di Jepang - IST
zoom-in-whitePerbesar
Wahyu Ning Tyas saat berada di tempat kerjanya di Jepang - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com - Wahyu Ning Tyas kini menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Kota Sera, Hiroshima Jepang dalam bidang pertanian sayuran organik.
ADVERTISEMENT
Alumni Fakultas Pariwisata Universitas Udayana (Unud) Bali angkatan 2017 berangkat ke negeri Matahari terbit itu pada Juli 2022.
“Saya bekerja di bagian pengemasan sayuran, dan kadang-kadang ikut melakukan panen,” kata gadis kelahiran Palu, 13 Oktober 1994 dalam wawancara Senin (9/1/2023).
Gaji bersihnya mencapai Rp 20 juta per bulan berbagai fasilitas pun bisa dinikmatinya. Ayu kini bisa hidup mandiri, mengirim uang setiap bulan untuk orang tua dan membiayai kuliah satu orang adiknya.
Ia berencana akan tinggal di Jepang dalam waktu 5 tahun, atau sampai masa berlaku visanya berakhir. “Sambil mengumpulkan modal untuk usaha di Indonesia nanti,” sebutnya.
Untuk sampai di posisinya saat ini, dia sudah menempuh proses panjang tak kurang selama 1,5 tahun.
ADVERTISEMENT

Proses Panjang ke Jepang

Awalnya, Ayu mengikuti program pemagangan ke Jepang yang diadakan oleh Kementerian Pertanian pada Februari 2021.
Setelah dinyatakan lulus seleksi, Ayu bersama 29 orang lainnya mengikuti pembekalan Bahasa Jepang dan materi terkait pertanian di Makassar selama 75 hari.
Pada Oktober 2021, Ayu dan rekan lainnya mengambil ujian kemampuan Bahasa Jepang dan sertifikat keterampilan khusus dalam bidang pertanian.
Nantinya, sertifikat kemampuan Bahasa Jepang berupa sertifikat JFT A2, dan SSW Pertanian ini digunakan sebagai syarat untuk dapat bekerja ke Jepang.
Namun hingga awal 2022, karena terdampak situasi pandemi, dia tak mendapatkan kejelasan untuk berangkat magang ke Jepang.
Berbekal sertifikat yang dimiliki, ia pun memutuskan untuk berangkat kerja ke Jepang secara mandiri.

Memperjelas Informasi dan Menghindari Hoaks

Ia pun mencari informasi terkait lowongan pekerjaan melalui media sosial instagram dan YouTube.
ADVERTISEMENT
Selama proses itu, belasan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK), dan lembaga pendukung tenaga kerja berkerampilan khusus di Jepang Tooroku Shien Kikan (TSK) telah dihubungi. lembaga pendukung tenaga kerja berkerampilan khusus
Secara detail ia menanyakan mengenai biaya untuk bekerja ke Jepang dengan visa Tokutei Ginou (visa pekerja berketrampilan khusus-red), prosedur keberangkatan, dan apakah ada pelatihan yang harus ia ikuti.
Pada tahap ini, Ayu membandingkan semua informasi yang diperoleh antara satu lembaga dengan lembaga lainnya.
Di tengah kebingungan itu, ayu melihat youtube majimajitv yang memberikan informasi tentang interview kerja dalam bahasa jepang, dan berbagai hal tentang jepang.
Kemudian seorang teman memberi informasi bahwa ia akan mengikuti proses interview melalui TSK Marimo Holdings (majimajitv-youtube).
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya ia menemukan informasi adanya lowongan pertanian untuk perusahaan di Jepang pada April 2022.
Proses pertama yang Ayu lakukan setelah melihat informasi lowongan pekerjaan di Instagram, yakni langsung menghubungi staff TSK Marimo Holdings untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut.
Kemudian, ia diminta untuk mengikuti sosialisasi mengenai alur keberangkatan melalui TSK Marimo Holdings secara online.
Saat mendengarkan sosialisasi itu, Ayu langsung yakin untuk mencoba berangkat melalui lembaga ini.
Di antaranya karena memiliki izin resmi, tidak ada biaya keberangkatan yang harus dikeluarkannya, telah banyak berhasil memberangkatkan kandidat ke Jepang, dan tidak ada pemotongan gaji.
"Setelah sosialisasi, pihak TSK ini menjelaskan bahwa tempat jauh dari kota, jadi saya diminta baca profil perusahaannya dulu. Mereka memberikan kita waktu berpikir,” katanya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, dia sempat pula menghubungi beberapa LPK dan sering mendapat jawaban dengan kalimat yang judes kalau ditanya lowonga.
“Mereka langsung minta CV dan mengatakan soal biaya, tanpa memberi kejelasan pekerjaan, proses, dan lainnya," kata dia.
Atas pertimbangan itu, meski mendapatkan panggilan untuk mengikuti interview dari 3 lembaga sekaligus, Ayu memilih TSK Marimo Holdings untuk membantu proses keberangkatannya.
Sampai akhirnya ia dinyatakan lolos interview, dan berangkat ke Jepang pada Juli 2022 itu.
Atas pengalaman ini, Ayu berpesan kepada calon PMI agar lebih bersabar, teliti, lebih banyak mencari tahu informasi melalui berbagai sumber.
"Di awal jangan tergesa-gesa, tidak apa-apa agak lama cari tahu informasi, lihat track record lembaganya. Biaya yang ditawarkan apakah sesuai dengan apa yang kita dapatkan, apakah janjinya dia sesuai kontrak, itu harus jelas," sebutnya.

Nyaris Jadi Korban Penipuan

Ayu sendiri sempat nyaris menjadi korban penipuan. Yakni, ketika mendaftar untuk sebuah pekerjaan di Australia.
ADVERTISEMENT
Ia mengikuti proses itu di salah satu agen penyalur di Jakarta, dan untuk ikut persiapan tes bahasa Inggris, ia harus membayar sebesar Rp 3 juta.
Dalam proses ini, Ayu menjadi orang yang beruntung. Karena baru membayar biaya untuk ikut kelas, sedangkan belasan rekan lainnya sudah membayar biaya pelatihan dan keberangkatan senilai Rp25 juta.
Adapun hal yang dijanjikan, seperti akan dibantu saat proses tes IELTS, dan bisa segera berangkat. Namun hingga saat ini, belum ada satupun yang berhasil diberangkatkan oleh agen penyalur.
Ada dugaan biaya untuk keberangkatan telah dibawa kabur. “Ketika uang diminta kembali, tetap tak dberikan,"tuturnya.
"Saat itu ada juga teman mau perpanjang paspor karena paspor mati, dia bilang ke agen untuk dibuatkan surat ke Imigrasi,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Tapi agen kemudian meminta tambahan uang Rp 5 juta hanya untuk membuat surat pengantar saja. (kanalbali/LSU)
Tulisan ini merupakan bagian dari program Fellowship Pre Bunking Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) bersama kanalbali.com.