Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Asia Traditional Orchestra Concert; Dialog Budaya Lewat Seni
13 November 2019 13:01 WIB

ADVERTISEMENT
Alunan bunyi-bunyi khas dari alat musik tradisonal Korea memenuhi gedung Ksirarnawarma, Art Center Selasa (12/11) malam. Sesekali terdengar pula hentakan yang memekikan telinga berasal dari Kwaenggwari (alat musik tradisional korea, sejenis gong kecil-red)) dan Pungmul Janggo (genderang).
ADVERTISEMENT
Manuver-manuver tempo yang tak biasa namun secara keseluruhan dibungkus dalam arasemen yang riang memberikan kesan menyenangkan. Tepuk tangan dan sorak-sorai penonton kegirangan melihat sajian berkualitas ini. Wakil gubenur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati juga tampak asyik menyaksikan pertunjukan ini.
Acara ini diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) bersama Korea Foundation, Mission of the Republic of Korea to ASEAN. Ini adalah sebuah pagelaran orkestra musik tradisional Korea yang bertajuk “2019 Korea Festival in ASEAN: Asia Traditional Orchestra Concert”.
"Pagelaran ini bertujuan untuk menyatukan Asia melalui sebuah pertunjukan musik," ujar presiden Korea Foundation, Lee jhun sik
Seirama dengan dengan tujuan konser, para musisi yang terlibat dalam orkestra berasal dari 10 negara anggota Asean, memainkan instrumen musik dan pakaian tradisional dari negara masing-masing.
ADVERTISEMENT
Setelah sukses tampil di Jakarta minggu lalu, kini Bali menjadi pemberhentian selanjutnya. "Namun konsep pertunjukan di Bali agak berbeda dari penampilan sebelumnya, disini kita berkolaborasi dengan tabuh Bali," ungkap Vonty Nagan, salah satu konduktor.
Selain lagu korea, pada orkestra ini turut pula memainkan lagu-lagu Nusantara. Lebih lanjut Vonty Nagan memaparkan, pihaknya membawakan lima lagu tradisional yang terbagi dalama dua medley (lagu yang disambung). Pada medley pertama, Alusia, Cublak-cublak Suweng, Paris Barantai, sedangkan medley kedua kita bawakan Janger, Yamko Rambe Yamko, dan satu lagu Asean dengan judul One Asia.
Orkestra ini dibawakan dalam empat babak. Setelah medely lagu daerah, baru masuk ke bagian pertama orkestra, membawakan pembukaan lagu rakyat Layarkan Kapal yang penggambaran simbol harapan dalam budaya Korea. Lagu kedua, di bagian ini Kekasihku Mongryong dengan alunan musik versi modern pansori ( dongeng musikal Korea)
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, gubahan Shinmodeum, sebuah bentuk seni Salmunori (musik perkusi tradisional ) yang dinamis, dan gugak (musik orkestrasi tradisional Korea ) yang begitu memacu jantung penonton.
Alunan musik pun kembali beralih ke irama lagu tradisional Indonesia Yamko Rambe Yako yang dinamis, dari instrumen perkusi, gayageum dan seruling. Dilanjutkan dengan lagu Janger, yang musiknya didominasi suara instrumen gamelan Bali, menjadi bagian ketiga orkestra.
Di bagian empat orkestra membawakan komposisi 'One Asia' yang berkonsep kebhinekaan. Karya ini menggabungkan sebelas frasa musik yang mewakili 10 negara Asean plus Korea. (kanalbali/KR14)