Ayu Saraswati: Biro Perjalanan Wisata Harus Beradaptasi dengan Era Internet

Konten Media Partner
22 Agustus 2021 9:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 CEO Toya Yatra Travel,  Putu Ayu Astuti Saraswati, dalam diskusi Sabtu (21/8/2021) - IST
zoom-in-whitePerbesar
CEO Toya Yatra Travel, Putu Ayu Astuti Saraswati, dalam diskusi Sabtu (21/8/2021) - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR - Situasi pandemi telah membuat Biro Perjalanan Wisata (BPW) Bali menjalani istirahat panjang. Situasi ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan konsolidasi guna beradaptasi dengan era internet yang semakin penting usai pandemi.
ADVERTISEMENT
Hal itu ditekankan CEO Toya Yatra Travel, Putu Ayu Astuti Saraswati, dalam diskusi dengan kalangan pariwisata dan wartawan, Sabtu (21/8/2021). “Pandemi ini mempercepat tuntutan untuk bergeser ke era internet agar otomatisasi dan efisiensi marketing serta layanan bisa terjadi,” tegasnya yang akan mencalonkan diri sebagai Ketua Asosiasi Travel Indonesia (Asita) Bali itu.
Sinyal internet menjadi infrastruktur yang sangat penting. Sementara transportasi dan akomodasi menyusul kemudian. “Asal ada sinyal, daerah yang terpencil akan bisa dipromosikan dan orang juga akan tertarik untuk datang,” tegasnya.
Hal itu pun sejalan dengan trend travelling pasca pandemi dimana orang tak akan datang dalam grup besar tetapi bisa jadi adalah turis individual atau keluarga. “Mungkin hanya wisatawan MICE saja yang masih bisa datang dalam kelompok besar,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pandemi COVID-19 juga banyak melahirkan segmen market baru seperti lahirnya wisata edukasi, dan aktivitas yoga. Misalnya, saat ini banyak pelaku pariwisata yang berkeinginan untuk beralih bidang, seperti dari travel agent yang melirik bidang agrowisata.
Diskusi peran Biro Perjalanan Wisata Pascapandemi di Bali, Sabtu (21/8/2021) - IST
Lebih dari itu, dia berharap, BPW di Bali bisa bekerja bersama untuk kebangkitan pascapandemi. Sebelum pandemi, kata dia, BPW cenderung asyik dengan bisnis sendiri dan melupakan pembenahan secara makro yang menjadi kepentingan bersama.
Mengenai adanya usulan agar BPW terjun langsung melakukan pemberdayaan Desa Wisata, Ayu menyambut baik usulan tersebut. Travel yang dimilikinya bahkan sudah membina satu desa wisata di wilayah Bangli.
Usulan itu sebelumnya disampaikan akademisi UNUD, Sukma Arida. Menurut Sukma, desa wisata lebih menarik minat wisatawan karena banyak menyajikan makanan sehat yang diperoleh langsung dari alam, serta terdapat lokasi untuk melakukan aktivitas seperti olah fisik tanpa adanya kerumunan. "Paket wisata seperti ini akan lebih menarik minat wisatawan setelah pandemi," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Kedepannya, Ia berharap satu travel agent akan membina satu desa wisata atau dikenal dengan ‘One Travel, One Village’. Dengan program ini, masyarakat di pedesaan akan dapat merasakan manfaat ekonomi dari adanya sektor pariwisata di Bali.
"Saya tegaskan, masyarakat pedesaan menjadikan pariwisata sebagai bonus saja, bukan sumber pendapatan utama. Sehingga jika terjadi situasi yang sama seperti pandemi, masyarakat tetap dapat bertahan hidup," jelasnya. (kanalbali/IST/LSU)