Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.0
Konten Media Partner
Bali Organik Park, Jurus Petani Melawan Pencemaran di Danau Batur
4 April 2019 15:00 WIB
ADVERTISEMENT
Pertanian yang mengandalkan pupuk kimia dan pestisida menjadi sumber utama pencemaran danau, tak terkecuali di danau batur di Kintamani, Bangli. Danau ini pun masuk dalam kategori Bappenas sebagai 1 dari 15 danau di Indonesia yang kritis dan harus diselamatkan.
ADVERTISEMENT
Tak mau berpangku tangan, petani di sekitar danau pun menyadari hal itu. Salah-satunya melalui pendirian Batur Organik Park (BOP) oleh I Wayan Badan. "Kita kembangkan pertanian tanpa pupuk kimia," katanya, Kamis (4/4). Pada tahun 2016, BOP mendapatkan sertifikat organik untuk 1, 53 hekater lahan pertanian dengan sistem pertanian terpadu berkelanjutan.
Sistem ini menganut konsep Zero Waster atau tanpa ada limbah yang terbuang. Pertama, dari kolam ikan yang ada. Airnya akan digunakan untuk kebutuhan tanaman, sedangkan ikan akan dapat memperoleh makanan dari cacing yang juga bertindah sebagai pembuat pupuk organik.
Hasil dari limbah pertanian digunakan untuk pakan sapi dan hasil dari urine sapi akan digunakan sebagai bioga. sedangkan kotoranya juga dimanfaatkan sebagai pakan cacing.
ADVERTISEMENT
"Hama penyakit tidak disemprot. Kami tahu alam ini sudah punya siklus pengendalianya sendiri", tandasnya.
Ia konsisten mengembangkan pupuk organik dari kotoran cacing (kascing) jenis Lumbricus Rubellus. Bersama anggota dari kelompok tani lainya, badan mampu menghasilkan omset lebih dari Rp. 100 Juta per tahun.
Awal ide ini muncul, karena di Desa Yeh Mampeh, Kabupaten Bangli, sebagian besar berprofesi sebagai petani.
"Saya kasihan melihat lahan pertanian yang menurun kualitasnya hanya karena petani kurang memahami tentang penggunaan pupuk organik. Disini dapat dijadikan sebagai demplot untuk petani lainya", tuturnya.
Menurut Badan, banyak yang didapatkan dari pembuatan pupuk organik Kascing, dari hasil percobaan yang ia lakukan terhadap berbagai jenis tanaman. Seperti bawang merah, diperoleh kualitas yang lebih baik dan lebih tahan lama dengan aplikasi Kascing.
ADVERTISEMENT
"Sampai saat ini Kascing milik Badan sudah dijual ke sembilan Kabupaten di Bali dengan harga Rp. 2.500 per Kg. Ini harga yang murah, karena pupuk kimia bisa mencapai Rp. 10.000 per Kg", ungkap Badan.
Badan menceritakan akan siap datang ke daerah lainya di Bali untuk mensosialisasikan tentang kunci suksesnya menjalankan usaha Kascing dan Pertanian organik lainya. "Cacing juga merupakan ATM berjalan untuk saya, dia bekerja saya tinggal duduk dan menunggu hasil. 1 Kg cacing akan mengasilkan 1 Kg pupuk organik per hari, disini saya punya lebih dari 800 Kg Cacing", katanya.
Cara pembuatan Kascing sangatlah sederhana, diawali dengan memberi makan cacing berupa buah-buahan dan kotoran sapi, lalu menunggu hingga satu minggu Kascing siap untuk digunakan. Tempat pembuatan Kascing milik Badan tidak beraroma busuk dan juga tidak dihinggapi lalat. Badan percaya hal tersebut hasil kerja dari cacing-cacing milikinya. (kanalbali/LSU)
ADVERTISEMENT