Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
![Peralatan yang digunakan untuk pemantauan gerhana (IST)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1577339908/fujgsnqit04jfm7taabm.jpg)
ADVERTISEMENT
Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, melakukanukan pemantuan terhadap fenomena gerhana matahari cincin dengan menggunakan teropong di Rooftop Kantor BMKG, Kamis (26/12).
ADVERTISEMENT
Ikhsan Kepala Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar menerangkan, untuk kontak pertama atau terlihatnya gerhana cincin di wilayah Denpasar pada pukul 12:15 Wita.
"Kemudian gerhana totalnya terjadi pada pukul 14:03 Wita dan berakhir pada 15:36 Wita. Gerhana cincin sendiri berlangsung 3 jam 22 menit," kata Ikhsan.
Ia juga mengatakan, untuk di Bali fenomena gerhana matahari cincin hanya terlihat sebagian atau sekitar 68,4 persen magnetudo. Namun untuk melihat secara utuh penampakan gerhana matahari cincin itu di 7 Provinsi di Indonesia, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
"Kalau kita ingin lihat betul-betul dengan magnetudo 100 persen itu ada 7 Provinsi. Itulah daerah-daerah yang secara langsung bisa melihat full atau melihat gerhana matahari secara utuh," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengatakan, gerhana matahari cincin adalah fenomena alam yang terjadi ketika matahari, bulan, bumi berada pada satu garis lurus. Dimana cahaya matahari yang menyinari bumi terhalangi oleh bulan sehingga kondisi bumi akan gelap seperti malam hari meskipun masih siang atau sore hari.
"Fenomena ini terjadi, akibat dinamisnya pergerakan matahari, bumi dan bulan, yang terjadi pada fase bulan baru. Disebut gerhana matahari cincin karena cahaya matahari yang menuju ke bumi ditutup sepenuhnya oleh permukaan bulan, sehingga tampak seperti cincin," jelasnya.
Fenomena gerhana matahari cincin tidak bisa ditentukan kapan terjadi. Hal itu, tergantung pada siklus dinamisnya bulan, matahari dan juga bumi. "Untuk masyarakat dihimbau tidak boleh melihat secara langsung (Gerhana Matahari Cincin). Karena, kalau secara langsung bisa mengakibatkan kerusakan pada retina, berakibat kepada kebutaan sementara sampai dengan kebutaan total. Jadi harus menggunakan filter optik atau kaca mata optik yang digunakan melihat gerhana matahari," ujar Ikhsan. (kanalbali/KAD)
ADVERTISEMENT