Bocah Penjual Tisu Marak di Denpasar, Satpol PP Gelar Operasi Khusus

Konten Media Partner
13 Desember 2020 14:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Satpol PP Denpasar berusaha melakukan pendekatan humanis menangani bocah penjual tisu - IST
zoom-in-whitePerbesar
Satpol PP Denpasar berusaha melakukan pendekatan humanis menangani bocah penjual tisu - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR - Keberadaan bocah penjual tisu di sejumlah lokasi di Denpasar kian marak saja. Mereka berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat keramaian untuk mengais rejeki.
ADVERTISEMENT
MS (9) salah-satunya. Dia menjajakan tisu di lampu merah jalanan seputaran Denpasar. "Saya jualan tisu disuruh ibu," ungkapnya di sela-sela aktivitasnu di perempatan Jl Sunset Road, Minggu (13/12/20).
Saat ditanya dimana ia tinggal, MS menjawab ia bermukim di kawasan Pemogan. "Setiap hari saya di sini (mangkal di jalan untuk berjualan di tisu-red) bersama teman-teman," ujarnya.
"Kadang aktivitas itu mengganggu ketertiban di lalu lalu lintas dan berbahaya, kami dari pol PP setiap hari melakukan patroli secara mandiri ataupun gabungan untuk menertibkan pengemis, penjual asongan ataupun anak punk yang sering berada di lampu merah," ungkap Kasatpol PP Kota Denpasar, I Dewa Gede Anom Sayoga, saat diwawancarai.
Namun persoalanya, kata Anom saat melakukan penertiban, Satpol PP sering kali melakukan kucing-kucingan dengan pedagang asongan, anak-anak penjual tisu ataupun pengemis.
ADVERTISEMENT
"Saat menertibkan, itu menertibkan orang yang bergerak kadang ketika mereka lihat mobil Pol PP langsung kabar, setelah sudah tak ada mereka kembali lagi," ungkapnya.
Satpol PP menangkap boah penjual tisu dengan pelaku yag lebih dewasa - IST
Saat penertiban pun cukup beresiko, jika pas mereka kabur terus terjadi kecelakaan kami juga tentu repot.
"Memang ini jadi perhatian kami, sebisa mungkin kami mencoba melaksanakan tugas tanpa menimbulkan persoalan baru, sehingga saat di lapangan kami tekankan nilai humanis dan persuasif tidak srudak sruduk," ungkap Anom.
Ia menjelaskan, Satpol PP membentuk sebuah divisi khusus untuk penertiban aktivitas itu. "Divisi ini memakai pakaian yang casual agar lebih humanis di lapangan saat penertiban," ungkapnya lagi.
Kata Anom, sering kali saat satpol PP berhasil menertibkan anak penjual tisu orangtuanya nangis-nangis meminta dilepaskan. "Terus sudah dilepas, besoknya lagi begitu. Kami mau sidang tidak bisa karena masih di bawah umur,” ungkapnya. “Kalau kami cuma bertugas menertibkan saja dan membina. Setelah dibina, kami kembalikan ke keluarganya,” tandasnya. (Kanalbali/WIB)
ADVERTISEMENT