Konten Media Partner

'Borobudur : Under The Full Moon', Persembahan Bruce Carpenter untuk Sejarah Indonesia

27 Oktober 2018 14:18 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 'Borobudur : Under The Full Moon',  Persembahan Bruce Carpenter untuk Sejarah Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PAMERAN Foto serangkaian peluncuran buku " "Borobudur: Under The Full Moon" dibuka Jum'at (26/10) di Ubud-kanalbali/GAN
ADVERTISEMENT
UBUD , kanalbali.com --- "Borobudur: Under The Full Moon" menjadi buku ke 24 yang diterbitkan oleh Bruce W. Carpenter , seorang warga Amerika yang mendedikasikan diri sebagai penulis dan mengabadikan sejarah Indonesia melalui buku.
Buku setebal 196 halaman ini berukuran 42x30 cm yang memuat sebanyak 160 foto dan dikerjakan selama 3 tahun bersama pasangan photographer Caroline dan Hughes Dubois.
"Ini fantastis keindahan Borobudur dibasah indahnya cahaya purnama menjadi inspirasi dalam karya ini,"ucapnya saat ditemui dalam sesi book launch di Oracle Gallery, Ubud. Jumat, (26/10) dalam rangkaian Ubud Writers and Readers Festival.
 'Borobudur : Under The Full Moon',  Persembahan Bruce Carpenter untuk Sejarah Indonesia (1)
zoom-in-whitePerbesar
BRUCE Carpenter membubuhkan tanda-tangannya di atas buku - kanalbali/GAN
ADVERTISEMENT
Peluncuran buku tersebut berbarengan dengan pembukaan pameran foto yang termuat dalam buku tersebut. Pria berambut panjang ini menjelaskan dipilihnya Borobudur sebagai objek sebagai upaya pelestarian dari sisi lain, tidak sekedar mengabadikan sebuah moment ataupun menceritakan sejarah melainkan sebagai bentuk pelestarian.
"Setiap gambar memiliki resolusi 450 juta pixel sehingga saat dicetak memiliki sangat sesuai dengan bentuk serta situsi aslinya,"ucapnya.
Setelah peluncuran buku, pameran pun dibuka dan disambut antusias oleh pengunjung yang didominasi oleh wisatawan asing. Terkait harga, Bruce mengatakan jika buku tersebut dicetak secara terbatas yakni hanya 350 eksemplar saja dan tingkat kerumitan saat memotret menjadi alasan lainnya. "Selain itu proses penerbitan juga menjadi alasan kenapa buku ini mahal,"terangnya.
ADVERTISEMENT
Bruce juga mengatakan akan tetap mendedikasikan diri sebagai seorang penulis dan membukukan sejarah atau hal unik yang ada di Indonesia. "Saya juga sedang menggarap dua buah buku tentang Bali bersama Prof. Bandem, namun ini masih rahasia dulu,"tegasnya. (kanalbali/GAN)