Konten Media Partner

Boven Digoel Dirancang Jadi Destinasi Wisata Sejarah

9 Agustus 2019 16:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bupati Bpven Digoel Benediktus Tambonop dan Bupati Banyuwangi Azwar Anas saat tampil di sela-sela acara Kongres V di Bali, Jum'at (9/8) - kanalbali/KAD
zoom-in-whitePerbesar
Bupati Bpven Digoel Benediktus Tambonop dan Bupati Banyuwangi Azwar Anas saat tampil di sela-sela acara Kongres V di Bali, Jum'at (9/8) - kanalbali/KAD
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali - Boven Digoel tercatat dalam sejarahnya sebagai daerah pembuangan tokoh-tokoh kemerdekaan. Namun hal itu cenderung dilupakan dan dihapus dari ingatan.
ADVERTISEMENT
"Memang ini daerah hutan rimba dulunya tapi kami ingin menjadikannya sebagai daerah tuuan wisata," kata Benediktus Tambonop, Bupati daerah itu, Jum'at (9/8) di sela -sela Kongres V PDIP di Bali.
Dia juga menceritakan, saat itu Boven Digoel dibuka oleh Belanda sebagai tempat pembuangan pejuang kemerdekaan Indonesia seperti Sutan Shahrir dan Bung Hatta. Sebagai situs sejarah, tempat pembuangan tersebut dahulu tidak dikembangkang. Namun, sejak kepemimpinannya situs tersebut didorong untuk dikembangkan menjadi tempat wisata.
"Sehingga saat kami diberikan kepercayaan menjabat kita diberi kesempatan bagaimana mengembangkan Boven Digoel sebagai situs wisata sejarah. Kini sedang dibangun dan saya belum bisa cerita lebih banyak, tapi yakin ini langkah yang tepat," katanya.
Dia juga menjelaskan, saat ini akses transportasi di Boven Digoel lebih mudah dijangkau. Karena, sebelumnya butuh waktu 2 hari untuk ke Jakarta kini hanya dibutuhkan waktu satu hari Digoel-Jakarta.
ADVERTISEMENT
"Hari ini Bovem Digoel setiap hari ada pesawat. Dahulu lima hari baru sampai Jakarta. Sekarang hanya sehari bisa ke Kakarta. Baik dari Jayapura dan Merauke sudah masuk ke Digoel," ujarnya.
Terkait pesan PDIP untuk kadernya yang menjadi kepala daerah, ia menyampaikan medapat pesan dari Megawati agar selalu memperhatikan rakyat dan akar rumput.
"Perintah Ibu Mega untuk selalu turun ke akar rumput kampung-kampung ditempuh jalan kaki sampai tiga hari. Itu kampung pas perbatasan," kata dia.
Sementara Azwar Anas Bupati Banyuwangi, Jawa Timur, menyampaikan sebagai kader PDIP ia selalu diminta oleh Ketum Megawati Soekarnoputri untuk memperhatikan warga miskin. Untuk itu kebijakan yang ia ambil adalah dengan mengerem izin-izin pembangunan modal besar.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak pernah dimintain uang oleh Ketua Umum PDIP Bu Megawati. Tapi Bu Mega selalu berpesan saya diminta untuk memperhatikan warga miskin. Banyuwangi boleh maju dan berkembang, tapi rakyat atau wong cilik tidak boleh digusur oleh perkembangan itu. Ini sesuai pesan Bu Mega untuk membela hak wong cilik,” ujarnya.
Anas juga menuturkan bahwa PDIP selalu memberikan ruang kepada kadernya yang menjadi kepala daerah berbagi pengalaman dan ilmu untuk mengembagkan daerhanya masing-masing. Menurutnya PDIP, melahirkan pemimpin-pemimpin daerah yang hebat dan memajukan daerahnya.
Anas mencontohkan adalah Walikota Surabaya, Tri Rismaharini dan Gubernut Jawa Tengah, Ganjar Prabowo serta bupati Boven Digoel Benediktus.
"PDIP memberikan ruang kepada kami untuk presentasi kepada teman-teman bupati lain. Dari sana saya melihat PDIP memberikan ruang yang terbuka bagi kepala daerah seperti bu Risma pak Ganjar, dan kepala-kepala daerah lain seperti dari Boven Digoel," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah kepala daerah yang dilahirkan dari PDIP dengan dukungan luar biasa sehingga memberikan inovasi dan upayanya sesuai harapan partai," imbuhnya.(kanalbali/KAD)