Caleg di Bali Belum Serius Garap Milenials

Konten Media Partner
4 Maret 2019 15:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi para milenial bali mengenai Pemilu Legistatif 2017 (kanalbali/LSU
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi para milenial bali mengenai Pemilu Legistatif 2017 (kanalbali/LSU
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com - Pemilu 2019 tinggal beberapa hari lagi. Selain Pemilihan Presiden, ada juga Pemilu Legistatif. Sayang untuk jenis Pemilu yang kedua ini, para Caleg dinilai belum serius menggarap kaum milenial.
ADVERTISEMENT
Hal itu terungkap dalam diskusi Isu "Pemilu di Kalangan Millenials" yang dirangkaikan dengan kegiatan Literasi Digital oleh Komunitas Siber Kreasi, Minggu (3/3) malam.
"Pingin enggak Golput tapi bingung dalam mengakses informasi mengenai para Caleg yang harus mereka pilih," kata Made Wiprah, salah-satu peserta diskusi.
Wiprah mengungkapkan, Caleg yang ada di Bali kurang mengerti anak muda dan teknologi. “Apa visi misinya, apa programnya, dan kenapa mereka harus kami pilih. Itu tidak ada dalam baliho dan kami tidak tahu ada dimana”, tandasnya. Seharusnya, kata dia, mereka lebih gencar melakukan sosialisasi dengan media internet dan media sosial sehinga gampang diakses oleh anak muda.
Wakil ketua Siber Kreasi, Banyumurti menyampaikan, kegiatan ini bertujuan untuk menyehatkan media sosial menjelang pemilu 2019 dengan menjadikan kaum millenials sebagai fokus sasaranya.
ADVERTISEMENT
“Anak muda mengambil peranan penting dalam pemilu dan mereka memiliki jumlah yang sangat besar di Indonesia”, ungkapnya.
Banyu menambahkan, media sosial merupakan tempat interaksi digital. Seharusnya interaksi yang berkembang adalah interaksi yang sehat. Interaksi yang mendorong adanya nilai kebangsaan dan persatuan.
Namun menjelang pemilu, interaksi tersebut lebih condong kearah perpecahan. “Malahan ada istilah cebong dan kampret, yang tidak tahu awal mulanya dari mana”, kata Banyu.
Pegiat Jurnalisme Warga, Luh De Suryani dari Balebengong menuturkan, di media sosial tengah berkembang isu-isu yang tidak terlalu substentif untuk dibicarakan, dan isu yang seharusnya menjadi fokus anak muda, seperti isu politik menjadi seakan tidak penting untuk dibahas.
Saat ini, anak muda tidak terlalu tertarik dengan isu pemilu, sehingga cenderung mudah para Caleg dan Capres untuk maju. Karena mereka tidak terlalu banyak mendapat perlawanan, dalam artian tidak ada yang memberi kritik dan tidak ada adu argument bersama anak muda yang akan menjadi pemilih nanti.
ADVERTISEMENT
“Kalau anak muda dianggap hanya akan ikut dengan pilihan orang tua atau banjar. Maka harus mereka tunjukan tentang peranan besar yang mereka miliki. Jangan terkesan ikut-ikutan, harus punya prinsip sendiri”, tegasnya.
Menurut Luh De, bukan saja anak muda yang dijadikan fokus. Sebab, orang tua seharusnya ikut mendorong putra-putrinya menjadi peduli dengan isu-isu politik yang sedang beredar. “Sebab nanti, anak muda yang akan memegang masa depan bangsa ini, bukan orang tua. Orang tua hanya memiliki masa lalu”, tegasnya. (kanalbali/LSU)