Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Catatan Hari Arak Bali: Perjuangan Agar Setara dengan Soju, Sake dan Miras Impor
29 Januari 2023 11:37 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Adanya legalisasi peredaran arak Bali dalam Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi Dan/atau Destilasi Khas Bali menjadi payung pelindung untuk memproduksinya.
Gubernur Bali Wayan Koster pun gencar mempromosikannya, Bahkan dalam perhelatan KTT G20 di Nusa Dua, arak menjadi jamuan yang disajikan untuk para delegasi. Panitia event dunia itu lalu memasukkannya sebagai suvenir.
Hari ini tanggal 29 Januari ditetapkan sebagai Hari Arak Bali. "Itu mengacu pada penetapan Pergub Bali tentang arak," kata I Wayan Jarta, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali.
Pergub ini dikeluarkan karena investasi Mikol masih berada dalam daftar negatif investasi sehingga tidak mungkin dikeluarkan izin baru. Karena itu, Gubernur mengatur agar produksi arak tetap bisa dilakukan petani tetapi pemasaran diarahkan ke koperasi yang bekerja sama dengan pemilik izin yang sudah ada.
ADVERTISEMENT
Arak merupakan minuman beralkohol yang masuk golongan C sama seperti Whisky, dan Vodka. "Data menunjukkan bahwa hampir 80 persen minuman beralkohol di industri pariwisata Bali itu diimpor, jadi sekarang kita coba tawaran arak sebagai minuman beralkohol lokal Bali," tutur dia.
Berada sejajar dengan minuman impor di bar restoran dan hotel pun menambah optimisme Pemerintah Provinsi Bali untuk menjadikan arak sebagai minuman tradisional yang mendunia, dan mampu bersaing dengan Soju Korea serta Sake Jepang.
Saat ini teridentifikasi 32 brand yang meracik arak dan telah dilengkapi dengan izin edar dari Badan POM. Adanya kebijakan progresif Gubernur Bali dalam melindungi arak Bali juga memberi kemudahan bagi para pengrajin untuk mendapatkan perizinan, dan mendapatkan pita cukai.
ADVERTISEMENT
Para pengrajin arak ini membuat arak dengan varian yang berbeda-beda, mulai dari arak dari buah salak, arak dengan rasa rempah, hingga arak dengan rasa kopi.
Pemasarannya pun telah merambah industri perhotelan, bandara, dan restoran yang jumlahnya mencapai 50 sampai 60 lokasi. Bahkan beberapa brand mulai melebarkan pangsa pasarnya sampai ke luar Pulau Bali, seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang.
Semakin banyaknya pengrajin arak yang memiliki izin edar. Semakin banyak produk arak dari petani yang terserap pasar. Berdasarkan data Disperindag Provinsi Bali, jumlah petani arak mencapai 1.700 orang yang tersebar di Kabupaten Karangasem, Buleleng, dan Jembrana.
Jika petani memproduksi arak dengan cara yang benar dengan bahan baku lokal, atau tanpa menambahkan bahan berbahaya seperti metanol, akan diperoleh harga arak yang tinggi mulai dari Rp25 ribu sampai Rp40 ribu per liter.
ADVERTISEMENT
"Kalau sekarang arak dari petani dijual dengan harga yang pantas sesuai biaya produksi, kalau dulu kan dipermainkan oleh tengkulak. Karena jualannya sembunyi-sembunyi," jelas Jarta.
Meningkatnya peluang bisnis industri arak di Bali juga memberi peluang bagi petani arak untuk mendapat akses Permodalan dari perbankan.
Menurutnya, modal yang dibutuhkan oleh petani arak untuk memulai usaha mencapai Rp20 juta sampai Rp30 juta. Jumlah ini digunakan untuk membangun tempat destilasi arak, membeli alat destilasi, dan wadah penyimpanan arak.
"Saat ini pihak bank banyak yang sudah membantu beberapa pengrajin arak dalam hak pembiayaan untuk bisa melakukan proses produksi," jelasnya.
Fakta bahwa arak menjadi minuman favorit wisatawan mancanegara dibenarkan oleh salah satu beach club di daerah Nusa Dua yang juga menggunakan arak sebagai campuran cocktail.
ADVERTISEMENT
"Arak jadi minuman alkohol favorit dari para tamu asal Australia, bahkan menyaingi produk luar seperti Vodka," kata Kiki Utara, Direktur Marketing dan PRA Canna Bali.
Kiki menjelaskan bahwa minuman khas Bali dengan kadar alkohol 40-45 persen ini digemari oleh wisatawan karena memiliki rasa yang soft atau tidak menyengat saat dikonsumsi.
Meski diproduksi oleh para pengrajin lokal, ia mengungkapkan arak yang menjadi campuran cocktail cari produk yang paling dicari oleh pengunjung di beach club.
"Arak yang kami digunakan diambil dari produsen Kabupaten Karangasem, kami pilih khusus arak yang dibuat dari buah salak. Karena penjualannya bagus, dan saya mau cari arak yang berbeda dengan yang lain. Rasa arak ini juga seimbang, ada rasanya sepet, dan pahit," tuturnya.
Senada dengan Kiki, Ida Bagus Gede Sidhartha Putra, Director Griya Santrian mengungkapkan wisatawan yang berkunjung di hotelnya memiliki sebutan khas untuk arak, yakni medicine. Setelah menyantap hidangan malam, mereka akan mendatangi bar, dan langsung memesan satu sloki arak untuk menghangatkan badan.
ADVERTISEMENT
Tamu bebas memilih rasa arak yang diinginkan, kebanyakan tamu perempuan akan mencampur arak dengan buah yang mereka suka untuk mendapatkan rasa yang lebih tidak terlalu keras.
"Karena begitu positifnya respon wisatawan disini dengan adanya arak, saya melihat arak memiliki potensi yang besar untuk merambah pasar ekspor, menjadi sejajar dengan soju dan sake. Sekarang tinggal dipikirkan saja mengenai kemasan yang cocok," jelasnya.
Pria yang akrab disapa Gusde ini menyebutkan, arak Bali telah bertransformasi dari segi kualitas yang semakin baik. Seperti proses produksi yang dipikirkan secara matang, dan konsistensi rasa yang menjadikannya memiliki nilai komersial tinggi.
Bahkan dengan hilangnya bau menyengat dari nira sebagai bahan dasar pembuatan arak kelapa, saat arak digunakan sebagai campuran cocktail dengan harga yang lebih murah.
ADVERTISEMENT
"Arak ini jauh lebih murah dibandingkan minuman impor lain yang sebelumnya digunakan sebagai bahan campuran cocktail. Saya rasa semua bar di hotel sudah memasukan arak sebagai campuran cocktail, karena dari segi bisnis cocktail yang menghasilkan keuntungan bagi pihak hotel itu sendiri," katanya.
Dengan arak, konsumen bisa membayar harga cocktail lebih murah dengan kualitas dan rasa yang tidak kalah dengan cocktail yang menggunakan campuran minuman impor.
Permintaan arak sebagai komoditas ekspor telah dirasakan oleh brand Iwak. Ida Ayu Puspa Eni, pemilik brand ini mengatakan permintaan ekspor arak telah datang dari berbagai negara di Eropa. Namun karena produknya baru berusia 7 bulan, ia masih ingin menyempurnakan Iwak Arak agar mendapatkan sambutan baik pasar mancanegara.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin benar benar memastikan komposisi arak saya memang sudah pas, dan siap dipasarkan di luar negeri saya tidak mau saat arak sudah beredar malah harus ada hal yang perlu diperbaiki lagi," ungkapnya. (kanalbali/LSU)