Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten Media Partner
Cegah Corona, Caru Khusus Ditambahkan saat Tawur Kesanga Jelang Nyepi di Bali
24 Maret 2020 15:15 WIB
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan upacara Tawur Kesanga menjelang Nyepi di Lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung Denpasar, Selasa (24/4) berlangsung khidmat. Kendati pun jumlah peserta yang biasanya mencapai ribuan orang dibatasi hanya ratusan saja yang merupakan perwakilan dari Desa Adat di Denpasar.
ADVERTISEMENT
Enam orang Sulinggih (pendeta-red) didampingi para sarati (pembuat banten/persembahan) memimpin gelaran upacara ini. Seusai upacara orang-orang tampak antri untuk meminta Tirta (air suci-red).
Dijelaskan oleh seksi upacara, Cokorda Putra Wisnu Wardana pada pelaksanaan kali ini ada penambahan caru atau sesaji (persembahan-red) untuk menetralisir musibah. "Kali ini ada penambahan Caru Nawa Gempang. Caru ini untuk menghilangkan atau menetralisir segala penyakit yang disebut Sasab Mrana Gering Tetumpur,"ujarnya.
Ia menerangkan, "Sasab berarti virus, mrana adalah hama, gering yaitu sakit dan tetumpur artinya menular. Tentu dengan melihat wabah Corona ini menjadi perhatian pemerintah dalam mengupayakan tindakan nyata atau religius,"jelasnya.
"Dalam lontar kuno dijelaskan Banten (persembahan-red) ini digunakan untuk menetralisir penyakit dan hawa negatif,"ungkapnya.
"Kami telah memulai prosesi upacara ini sejak tanggal 15 Maret lalu. Dimulai dari Nyukat Karang, tanggal 19 nusun peranda dan tanggal 20 nuwun Tirta. Dan sekarang adalah puncak prosesinya,"jelasnya.
Lebih lanjut, ia juga menerangkan di tengah wabah virus Corona dan himbauan untuk menghindari acara keramaian, pemerintah kota Denpasar mengalami dilematis. "Di satu sisi kita harus mengikuti himbauan itu dan juga bagaimanapun, kita tidak hidup dengan beragama saja tetapi juga spiritual religius,"ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Maka dari itu dalam pelaksanaan tawur ini kami batasi, pesertanya adalah Jero Bendesa, UPD dan pengiringnya serta masyarakat sekitar. Itupun kami tetapkan SOP, diantaranya menyemprotkan disinfektan dan memberikan hand sanitizer, selain itu juga duduknya berjarak sekitar satu meter,"jelasnya.
Memang dibandingkan tahun lalu yang mencapai ribuan peserta, pada kali ini tampak cenderung lebih sedikit. Namun hal itu tidak mengurangi makna pelaksanaan tawur kesanga. Sebagai salah satu jenis upacara Butha Yadnya (upacara yang ditujukan kepada alam semesta-red), upacara ini selalu dilaksanakan sehari sebelum Nyepi.
Biasanya, setelah gelaran ini selesai pada sore hingga malam hari digelar Pengerupukan dengan arak-arakan ogoh-ogoh. Namun karena situasi wabah Corona yang kian mengkhawatirkan pawai ogoh-ogoh tidak dilaksanakan. ( kanalbali/KR14)
ADVERTISEMENT