Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Demo Kepala Sekolah di SMP 5 Denpasar, Sejumlah Siswa Alami Kesurupan
20 Oktober 2022 17:48 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Salah-satu siswa mengungkapkan, demo dimulai sejak pukul 09.30 WITA. Saat itu semua siswa dari kelas VII sampai kelas IX menyanyikan lagu tolak Lause dalam bahasa Mandarin yang berarti guru.
"Saat demo juga ada yang kerauhan (kesurupan-red). Itu sekitar jam 11 siangan. Pertama ada guru yang kerauhan, terus teman-teman ikut juga kerauhan. Sampai pulang juga ada yang kerauhan," tuturnya.
Sementara itu Wali Kelas IX, Sagung Made Warsiki (57) menuturkan, alasan demo karena merasa kepemimpinan Kepsek ini dianggap terlalu memaksakan kehendak sendiri. Bahkan beberapa guru menganggap telah dijadikan pembantu di sekolah dan sering mengambil pekerjaan yang bukan tugasnya.
"Kami mengepel setiap hari, dan bahkan kami pakai pakaian adat juga harus mengepel. Padahal disini sudah ada petugas kebersihan 3 orang," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, guru-guru juga mengeluhkan aturan yang dibuat sang Kepsek yang terlalu mendadak. Padahal menurutnya sekolah adalah lembaga yang memiliki aturan jelas.
"Bahkan dua orang Wakil Kepala Sekolah diberhentikan karena tidak mengangkat telpon, padahal beliau saat itu sedang ngayah di Banjar," ungkapnya.
Menanggapi pernyataan siswa dan para guru, Kepala Sekolah Putu Eka Juliana Jaya yang dikonfirmasi mengatakan, dia sendiri tak terlalu paham masalah yang melatarbelakangi aksi demo itu. "Saya ini baru menjabat kurang dari satu bulan," katanya.
Selama ini yang dijalankannya adalah kebijakan kepala sekolah sebelumnya yang sudah direncanakan sejak jauh hari,. "Kalau soal mengepel lantai itu, memang karena musim hujan supaya tak banyak genangan. Saya juga ikut mengepel kok," katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara Kadisdikpora Kota Denpasar, AA Gede Wiratama mengatakan bahwa kegiatan demo ini terjadi karena adanya miskomunikasi antara siswa, guru, dan kepala sekolah di SMP yang berlokasi di Denpasar Utara tersebut.
Disebutkannya, awal terjadinya demo saat para siswa akan berlomba dalam rangka Hari Raya S Saraswati. Namun sampai kegiatan selesai, belum ada guru yang melakukan penjurian karena sedang melakukan workshop. "Ini miskom saja, guru workshopnya belum selesai, jadi belum bisa melakukan penjurian, tapi keburu anak-anak emosi," sebutnya.
Wiratama menjelaskan bahwa pihaknya telah menyerap aspirasi dari para siswa, guru, dan kepala sekolah. Sehingga nantinya akan dilaporkan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Denpasar untuk segera mendapatkan solusi atas permasalahan tersebut. (Kanalbali/LSU)