Desa Belega, Gianyar Bangkit dengan Wisata Kampung Bambu

Konten Media Partner
19 Juni 2019 8:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pembuatan furniture dan aneka kerajinan dari bambu (kanalbali/KR11)
zoom-in-whitePerbesar
Proses pembuatan furniture dan aneka kerajinan dari bambu (kanalbali/KR11)
ADVERTISEMENT
GIANYAR, kanalbali.com - Desa Belega di Gianyar nyaris identik dengan kerajinan bambu. Dari mulai furniture, bed, kursi santai hingga pernak-pernik lainnya dihasilkan oleh perajin di desa ini. Sempat mengalami kejayaan, sejak peristiwa bom Bali 2002 sentra kerajinan ini seperti ditinggalkan pembeli.
ADVERTISEMENT
Salah satu pengusaha yang masih bertahan, Made Sujana Yasa, yang mewarisi kerajinan ini dari kakeknya sekitar sejak Tahun 1960-an, menyebut masih bertahan, walau pemintanya sedikit.
“Kami memilih bertahan di usaha ini. Usaha ini warisan dari kakek dan kami masih memiliki pelanggan dari Perancis,” ujarnya, pekan lalu. Saat masa jayanya, dirinya memperkerjakan tenaga sampai 25 orang, kini ia hanya mengajak 7 tenaga, itupun selang seling, tergantung adanya pesanan.
Untuk furniture satu set kursi-meja bamboo, harganya masih di RP 1,2 juta. Ini juga tergantung motif dan tambahannya seperti busa. Walau dengan harga semurah itu, furniture ini jarang dilirik baik warga lokal dan wisatawan.
Dari bambu, menurutnya bisa berinovasi dengan membuat apa saja, asal kreatif. Sedangkan saat ini, trend masyarakat membuat gazebo (bale bengong) dari bamboo dengan ukuran sekitar 3 X 3 meter. Harga gazebo ini paling rendah Rp 15 juta, dengan bangunan sederhana atap alang-alang. Untuk bamboo biasanya didatangkan dari Tabanan, Bangli atau dari Jawa.
ADVERTISEMENT
Sujana Yasa menyebutkan, Desa Belega sebagai sentra kerajinan bambu ingin dibangkitkan lagi. Belega sudah memiliki branding sebagai sentra kerajinan bambu dan memiliki SDM yang memadai. “Sehingga kami bersama pengusaha lain ingin membangkitkan kembali dengan membuat Wisata Kampung Bambu,” terangnya.
Aneka produk dari bambu (kanalbali 11)
Perbekel Belega, Ketut Trisna Jaya mengakui kalau kondisi kerajinan bambu di wilayahnya terpuruk. “Sudah hampir 20 tahun belakangan ini terpuruk, saat ini kami berusaha membangkitkannya,” terang Trisnu Jaya.
Sebelumnya di masa jaya, sebanyak 350 warganya sebagai perajin dan kini hanya 35 usaha saja yang masih bertahan. “Selebihnya sebagai buruh bangunan, nyakap pertanian atau bekerja di luar daerah menekuni kerajinan bamboo,” terangnya.
Salah satu gagasan untuk mengembalikan Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh sebagai sentra kerajinan bambu dengan membuat Desa Wisata Kampung Bambu. Rencana ini disebutnya sedang digodok dan Banjar Belega Kangin akan dijadikan pilot projek.
ADVERTISEMENT
“Ini dimulai dari wajah banjar yang mencerminkan bambu, warung menggunakan bahan bambu termasuk nanti ada semacam mosaik tanaman bambu,” terangnya lagi. Dirinya berharap dengan membuat desa wisata kampung bambu, kejayaan kerajinan bambu di wilayahnya bisa bangkit kembali. (kanalbali/KR11)