Konten Media Partner

Energi Terbarukan, Impian Bali yang Kian Pudar

3 Februari 2018 15:41 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Energi Terbarukan, Impian Bali yang Kian Pudar
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Geothermal Bedugul yang batal dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan (kanalbali/RFH)
ADVERTISEMENT
Denpasar, kanalbali.com—Wacana penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) kembali menyeruak di Bali. Pemicunya adalah rencana pembangunan jaringan listrik Jawa Bali Crossing (JBC) yang akan melintasi selat Bali. Aktivis lingkungan menilai, proyek itu akan makin memperlemah niat untuk benar-benar menerapkan EBT.
Tapi adakah jalan untuk menerapkan EBT di Bali?. Tahun lalu keinginan itu begitu kuat setelah diinisiasi oleh Menteri ESDM saat itu Sudirman Said. “Banyak rencana sudah disusun dan Pemprov Bali sudah mendukung,” kata Gung Kanyon, Sabtu, 3 Februari 2018. Ia adalah aktivis lingkungan yang dilibatkan dalam Tim bentukan kementerian untuk merealisasikan program itu.
Belakangan setelah Sudirman dilengserkan kebijakan pun diubah. Tim dibekukan dan rencana dipetieskan. Padahal rencana itu sempat dilaunching dalam sebuah Konferensi Internasional dimana Bali dijadikan Centre Of Excellent untuk penerapan EBT. Salah-satu langkah yang kongkrit adalah menjadikan gedung-gedung pemerintah sebagai tempat solar panel sehingga kebutuhan listriknya bisa dipenuhi secara mandiri.
ADVERTISEMENT
Jauh hari sebelumnya, langkah yang kongkrit juga telah dilakukan di masa Menteri ESDMI Jero Wacik dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yakni Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Bangli. Kapasitas PLTS tesebut 2 X 1 MW yang terkoneksi dengan jaringan PLN. Namun kini kondisi PLTS yang diresmikan pada 2013 dalam keadaan tak terawat dan PLN enggan membeli listrik yang dihasilkan karena dianggap terlalu mahal.
Sejatinya Bali sendiri memiliki potensi EBT dari Geothermal di Bedugul yang telah mulai dieksplorasi pada 2008. Namun pengembangannya hingga tahap pemanfaatan tak bisa dilakukan karena adanya penolakan warga yang khawatir akan masalah lingkungan dan keberadaan kawasan itu sebagai kawasan suci.
Lalu apa kaitannya dengan JBC? Paranai Suhasfa, Kadiv Perencanaan Regional PLN,menjelaskan bahwa Bali memerlukan listrik yang handal karena menjadi daerah pariwisata internasional. Adapun EBT belum bisa memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
ADVERTISEMENT
“PLN sudah mempersiapkan 100 MW tenaga surya, sedikit PLTA dan PLTBayu. Tetapi pada tahap awal ini kami tidak bisa memasang lebih dari 50MW dan ini sangat tidak mencukupi,” ujarnya. JBC yang merupakan SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) 500 kV JBC (Jawa Bali Crossing) untuk menjamin ketersediaan listrik Pulau Dewata dalam 10 tahun kedepan.
Bagi aktivis lingkungan Iwan Dewantama, sebenarnya lebih penting untuk mengefisienkan pasokan yang sudah ada daripada menambah jumlah pasokan hanya karena prediksi pertumbuhan ekonomi. Selain itu, hotel-hotel sebagai konsumen utama listrik bisa dipaksa untuk menerapkan mix energy sehingga tidak sepenuhnya tergantung pada PLN. “Jika terus dimanjakan dengan lsitrik murah, kapan mereka akan berubah,” tanyanya. (kanalbali/RFH)
ADVERTISEMENT