Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten Media Partner
Gara-gara Letupan Belerang Ribuan Ekor Ikan di Danau Batur, Bali, Mati
3 Maret 2021 12:58 WIB
ADVERTISEMENT
BANGLI- Petani pembudidaya ikan dengan Keramba Jaring Apung (KJA) di danau Batur, Kintamani, Bangli harus menelan pil pahit gara-gara matinya ribuan ekor ikan. Tercatat dari 22 orang pembudidaya ada sebanyak 11.950 kilogram ikan yang mati.
ADVERTISEMENT
"Harga per kilogram di lapangan untuk ukuran ikan konsumsi Rp 25 ribu, jadi total kerugian bisa ratusan juta," kata I Wayan Sarma selaku Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli, Bali, saat dihubungi Rabu (3/3).
Ia menerangkan, matinya ribuan ikan tersebut berawal dari perubahan warna air Danau Batur yang terjadi di beberapa titik sejak Minggu (28/2) pagi lalu. Hal itu terjadi seiring terjadinya hujan dan angin kencang di seputaran Danau Batur selama tiga hari berturut-turut, yang menyebabkan peristiwa letupan belerang atau up weiling.
Letupan belerang yang terjadi menyebabkan, bercampurnya semua polutan dan membahayakan kehidupan biota di danau serta sulfat dan phospor bersifat mengikat oksigen yang ada dalam air danau. Sehingga, menyebabkan kandungan oksigen dalam air danau di daerah sekitar letupan belerang menurun drastis.
ADVERTISEMENT
Kemudian, keadaan itu membuat ikan berusaha untuk mendapat oksigen yang lebih banyak dan muncul ke permukaan. Ikan yang dipelihara dalam keramba atau jaring tentunya akan dibatasi pergerakannya untuk mendapatkan kualitas air dengan kandungan oksigen yang lebih baik dibandingkan dengan ikan yang hidup bebas di danau.
"Penyebabnya adalah fenomena upwelling, pengadukan antara air permukaan dengan air bawah danau. Air bawah danau naik dan menimbulkan belerang yang menyebabkan ikan mati," imbuhnya.
Ia juga menyampaikan, bahwa fenomena itu terjadi setiap tahunnya di antara Bulan Januari dan Februari. Namun, tahun lalu 2020 tidak terjadi.
"Petani dan petambak ikan di sana mereka sudah familiar dengan kondisi seperti itu. Hanya sebelum (terjadi) kita terus mengingatkan kalau bulan Januari sampai Februari ini perkiraan fenomena itu. Sudah mereka hafal oleh karena itu mengatur penebaran," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah memberikan surat edaran bulan Januari yang lalu. Kalau memang perlu dilakukan panen lebih awal, iya lakukan panen lebih awal untuk mengurangi kerugian. Tapi, mereka spekulasi juga karena memang ini peristiwa tahunan tapi seperti tahun lalu tidak terjadi terlalu besar," sambungnya.
Ia juga menyampaikan, biasanya fenomena itu akan terjadi sekitar 4 hari. Namun, pada Senin (1/3) kemarin sudah tidak menyemburkan belerang. "Sudah mulai normal, karena hujan mulai berkurang dan hembusan angin kencang berkurang. Kemarin, kita sudah lakukan pendataan dan dua hari yang lalu kita melakukan pengukuran indikator air," ujarnya.
Ia juga menyebutkan, untuk petani atau pembudidaya di sana ada sekitar ratusan dan KJA ada sebanyak 9.300.
Ia juga menghimbau, bagi pembudidaya untuk mengikuti prosedur dalam antisipasi bencana letupan belerang atau up weiling. Sementara menunda menebar ikan dan memberikan pakan ikan secara terbatas atau secukupnya sampai dengan kondisi cuaca lebih baik.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, pihaknya melakukan koordinasi dengan instansi terkait termasuk dengan organisasi kelompok masyarakat serta Asosiasi Pelaku Perikanan (APP) untuk membantu menyebarluaskan informasi serta menginformasikan perkembangan di sekitar wilayah danau. (kanalbali/KAD)