Gung Tri : Pariwisata Berkualitas Bukan Soal Mahal dan Murah

Konten Media Partner
22 November 2018 15:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gung Tri : Pariwisata Berkualitas Bukan Soal Mahal dan Murah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
I Gusti Agung Putri Astrid Kartika saat menikmati wisata bawah air di Tanjung Benoa, pekan lalu (kanalbali/IST)
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com -- Polemik mengenai pariwisata Bali terkait dengan penanganan wisatawan Tiongkok ternyata banyak mendapat perhatian pula dari berbagai kalangan di luar Bali. Sebagai anggota DPR RI, I Gusti Agung Putri Astrid pun mendapat berbagai pertanyaan mengenai masalah tersebut.
"Rupanya ini menjadi perhatian nasional," kata politisi yang akrab disapa Gung Tri ini, Kamis, 22/11 di Denpasar.
Kepada pihak-pihak tersebut, dia selalu menegaskan, bawah langkah yang diambil Gubernur Bali Wayan Koster dengan melakukan penutupan sejumlah toko ilegal sudah merupakan langkah yang tepat. Hal itu merupakan bagian dari upaya penegakan hukum yang harus dilakukan.
Sedang mengenai masalah pariwisata murah atau mahal yang menjadi pilihan bagi Bali, menurut Gung Tri, persoalannya adalah masalah kualitas. "Kualitas tidak harus mahal . Tetapi indikatornya yang harus dipenuhi," katanya.yang kini kembali menjadi Caleg DPR RI Dapil Bali dengan nomor urut 3 dari PDI Perjuangan.
ADVERTISEMENT
Pertama, jelasnya, adalah soal legalitas yang memberi jaminan perlindungan bagi penyedia jasa wisata dan bagi wisatawan. Termasuk dalam soal asuransi dan perlindungan bila terjadi masalah yang tak diharapkan.
Kedua, pariwisata berkualitas harus memastikan adanya keadilan bagi siapapun untuk mengaksesnya bagi sebagai wisatawan maupun penyedia jasa wisata."Artinya, tidak boleh ada monopoli pihak tertentu," ujarnya.
Dalam hal ini, tegas mantan aktivis LSM ini, diperlukan adanya pemberdayaan masyarakat lokal sehingga mereka dapat ikut mengembangkan pariwisata. "Disini peran pemerintah diperlukan. Jangan menyerahkan semuanya ke investor," tegasnya.
Indikator ketiga, kata dia, pariwisata itu harus menghormati budaya setempat serta menjaga lingkungan. Jangan sampai, tegasnya, pariwisata dikembangkan dengan merusak kedua hal tersebut. Sebab, keajegan budaya dan lingkungan itulah yang menjadi jaminan bahwa wisatawan akan tetap datang ke Bali. (kanalbali/ADV)
ADVERTISEMENT