Konten Media Partner

Harga Sapi Bali Anjlok, Peternak di Nusa Penida Beralih ke Pariwisata

29 Juli 2019 13:40 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sapi Bali di Nusa Penida juga keras menjadi daya traik bagi turis asing dan mereka pun ikut memberi makan (IST)
zoom-in-whitePerbesar
Sapi Bali di Nusa Penida juga keras menjadi daya traik bagi turis asing dan mereka pun ikut memberi makan (IST)
ADVERTISEMENT
KLUNGKUNG, kanalbali - Siapa yang tidak kenal dengan keberadaan dan kualitas dari Sapi Bali dari Pulau Nusa Penida. Selain dikenal tidak berpenyakit, sapi di pulau ini juga dikenal berkualitas tinggi.
ADVERTISEMENT
Bahkan Nusa Penida menjado pusat pembibitan hingga saat ini. Ironisnya, semua itu belumlah cukup, karena saat ini harga jual sapi di tingkat petani anjlok dan harga pakanpun melambung.
Kondisi inipun diperparah dengan makin sulitnya mendapatkan rumput di pulau yang kerap dilanda kekeringan tersebut. Jika situasi tak kunjung menguntungkan, para peternak pasrah dan berencana beralih ke sektor pariwisata.
Ketua Kelompok Ternak Gelagah Mandiri, Nusa Penida, I Nengah Dharmawan, Senin (29/7) menceritakan kondisi tersebut sudah terjadi hampir satu bulan terakhir. Saat ini harga pakan sapi seperti dedak terus mengalami peningkatan. Semula hanya Rp200 per sak, kini sudah meningkat menjadi Rp235 ribu per sak.
Demikian juga dengan garam yang digunakan dalam campuran minuman sapi harganya juga meningkat. Biasanya Rp160 ribu per sak, sekarang melonjak dikisaran Rp200 ribu per sak. “Kami hanya gunakan pakan itu, rumput pun tidak ada, rata-rata, satu ekor sapi memerlukan asupan dedak 1 kg setiap harinya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, peningkatan harga pakan justru tidak dibarengi dengan peningkatan nilai jual Sapi Bali. Bahkan   sejak dua tahun terakhir harga sapi di Nusa Penida anjlok. Untuk sapi berusia dua tahun yang sebelumnya bisa dijual dengan harga Rp15 juta lebih per ekor, kini hanya berkisar Rp 8 juta saja.
Padahal untuk membeli bibit sapi berusia 6 bulan, peternak harus mengeluarkan modal Rp6 juta per ekor. Menyikapi kondisi ini, para peternakpun hanya bisa pasrah.
Apalagi selama ini mereka hanya mengandalkan penjualan sapi melalui pengepul. Lantaran, untuk menjual secara mandiri ke Pasar Beringkit, diyakini akan membutuhkan biaya transportasi yang lebih tinggi. Terlebih lagi para peternak juga harus memiliki relasi agar bisa menjual sapinya dengan harga yang pantas.
ADVERTISEMENT
Petani  berharap pemerintah turun tangan atas situasi yang sedang dihadapi para peternak sapi tersebut. Terlebih sebelumnya Kecamatan Nusa Penida sudah ditetapkan sebagai wilayah sumber pembibitan sapi Bali.
Jika tak kunjung ditangani, Nengah Dharmawan khawatir banyak peneternak yang beralih ke sektor pariwisata. Apalagi saat ini sektor pariwisata di Nusa Penida telah bangkit.
Ketut Santer bersama sapinya (kanalbali/KR7)
Sementara salah satu petani ternak sapi, I Ketut Santer di desa Kutampi mengaku walaupun harganya saat ini murah namun tetap bersyukur ada yang beli. "Sempat tidak ada saudagar yang datang, syukurnya saat ini sudah ada, untuk anak sapi jantan umur 6 bulan saya jual Rp 6 juta sedangkan bibit betina umur yang sama Rp 4 juta," terangnya. 
ADVERTISEMENT
Walaupun wisata sedang bangkit, namun yang tua-tua tetap andalkan pertanian sambil pelihara sapi. "Satu petani setidaknya punya 2 ekor betina," tandasnya. 
ADV - 1
Kemurnian dan kualitas sapi Nusa Penida sampai saat ini masih diakui paling unggul. Bahkan, terus menjadi incaran pengembang biak sapi asal Malaysia. Dari dulu, spesies sapi Nusa Penida juga merupakan sepsies sapi yang paling terbebas dari berbagai macam penyakit sapi. Berbeda dengan sapi di daerah lain, yang banyak diserang penyakit Jembrana dan lainnya.  
Cara pemeliharaan sapi di Nusa Penida selain perorangan juga ada yang berkelompok dengan tetap melestarikan system simantri yang dicetuskan mantan Gubernur Bali Made Mangku Pastika.  Dan populasi sapi di Nusa Penida saat ini sekitar 23 ribu ekor. (kanalbali/KR7)
ADVERTISEMENT