Heboh Soal Bikini Line WN Rusia Bugil di Bali, Anggota DPRD Bantah Bela Pelaku

Konten Media Partner
7 Mei 2022 13:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemeriksaan WN Rusia Alina Fazleeva yang melakukan aksi bugil di pohon sakral di Tabanan, Bali - foto : PC KMHDI Tabanan
zoom-in-whitePerbesar
Pemeriksaan WN Rusia Alina Fazleeva yang melakukan aksi bugil di pohon sakral di Tabanan, Bali - foto : PC KMHDI Tabanan
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com - Kasus WN Rusia Alina Fazleeva yang bugil di pohon sakral di Tabanan, Bali, masih menyisakan polemik di media sosial. Gara-garanya adalah unggahan dari politisi perempuan Ni Luh Jelantik yang pertama kali mengungkap kasus itu.
ADVERTISEMENT
Dalam akun instagramnya, dia membuat status yang menyindir pernyataan anggota DPRD Tabanan yang sempat mendampingi Alina Fazleeva saat pemeriksaan di kepolisian.
"Bikini Line dari Hongkong! Sini buk Anggota Dewan, aku tunjukkan, bikini line itu apa. Itu bukan bikini. Itu bagian yang ketutup baju renang sehingga lebih cerah dari kulit aslinya,".
Dihubungi mengenai unggahan itu, Sabtu (7/5/2022), Jelantik mengatakan, dirinya jengkel karena anggota Dewan itu sempat mengungkap pernyataan yang dikutip dari Alina bahwa saat berpose di pohon yang viral, Alina tak sepenuhnya bertelanjang bulat tapi mengenakan semacam bikini. "Ini khan seperti mementahkan proses yang sedang berjalan," katanya.
Dikonfirmasi mengenai hal itu, anggota DPRD Tabanan dari Fraksi PDIP, Putu Yuni Widnyadnyani yang dimaksud dalam unggahan itu membantah tegas kesan bahwa dia membela pelaku. "Saya hanya menyampaikan kembali pernyataan dia (Alina-red) saat pemeriksaan kepada wartawan," katanya.
WN Rusia Alina Fazleeva dan suaminya saat menyampaikan permohonan maaf di pohon sakral - IST
Pernyataan itu adalah saat Alina diperiksa di Polsek Marga dimana dia (Putu-red) diminta oleh warga untuk melakukan pemantauan karena kemampuannya dalam bahasa Inggris. Dalam pemeriksaan polisi, dia pun membantu proses penterjemahannya.
ADVERTISEMENT
"Kebetulan saat di polisi, Alina merasa ketakutan dan lebih nyaman kalau ada saya, mungkin karena sama-sama perempuan, jadi saya pun membantu memperlancar kerja polisi," katanya.
Dia menyatakan, pertemuan dengan Alina dan suaminya pun bukanlah hal yag direncanakan. Saat itu, sebagai anggota Dewan yang berasal dari daerah itu langsung turun ke lapangan setelah viralnya kejadian itu. Kemudian, tiba-tiba Alina dan suaminya yang saat itu belum dikenalnya datang ke lokasi.
Karena dimintai saran, dia bersama sejumlah aktivis Keluarga Mahasiswa Hindhu Dharma Indonesia (KMHDI) lalu menyarankan Alina untuk meminta maaf kepada warga. Selain itu, mengantarkan Alina untuk menyerahkan diri ke polisi. "Selanjutnya dia diproses di kepolisian dan instansi lain sampai prosesnya bisa selesai saat ini," katanya.
ADVERTISEMENT
Dia menegaskan, dalam kasus ini dirinya menjembatani permintaan dari pihak Alina ke masyarakat dan sebaliknya. "Misalnya, Alina menyampaikan permintaan maaf, lalu masyarakat bisa menerima tapi minta Alina untuk ikut upacara. Disitu saya yang mengkomunikasikan, itu sesuai fungsi dan tugas saya sebagai anggota dewan," tegasnya seraya menegaskan dukungannya pada langkah deportasi.

Desa Adat Anggap Persoalan Sudah Tuntas

Sementara itu suasana di Desa Adat Bayan, Marga, Tabanan yang menjadi lokasi pohon sakral dimana seorang WN Rusia berpose bugil sudah normal kembali. Pihak Desa Adat menilai, persoalan itu sudah tuntas setelah adanya upacara pembersihan dan pelakunya akan dideportasi.
"Kalau dari kami nanti masih akan ada upacara mecaru, mungkin 15 hari lagi menjelang Hari Raya Galungan," kata Bendesa Adat Bayan I Wayan Negeriawan, Sabtu (7/5/2022).
ADVERTISEMENT
Mengenai langkah-langkah pencegahan agar selanjutnya tak terjadi lagi, pihaknya telah menyarankan kepada pengelola obyek wisata itu untuk membuat papan pengumuman yang lebih jelas. Isinya, soal apa yang tak boleh dilakukan di area tersebut serta pengaturan lain misalnya soal cara berpakaian.
Menanggapi adanya polemik yang berkelanjutan atas kasus itu, dia meminta, agar hal itu bisa dihentikan. "Kita ambil hikmahnya untuk ke depannya saja, jangan sampai mencari perhatian atau keuntungan pribadi dengan adanya kasus ini," katanya. (kanalbali/RFH)