I Made Sukma Swacita, Kreator Uang Kepeng Jadi Seni yang Mendunia

Konten Media Partner
12 September 2019 9:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah-satu kreasi kerajinan dari uang kepeng (kanalbali/KR13)
zoom-in-whitePerbesar
Salah-satu kreasi kerajinan dari uang kepeng (kanalbali/KR13)
ADVERTISEMENT
DENPASAR, Kanalbali - Tiga orang tampak sibuk bekerja dirumah industri seni uang kepeng Kamasan Bali di desa Tojan Klungkung, Bali. Ada yang sedang melebur bahan baku logam, ada pula yang sedang mematri ukiran sesuai desain.
ADVERTISEMENT
Selain mereka, ada tiga orang lagi di depan rumah produksi yang sedang menganyam dan melakukan penjemuran agar hasil cetakan bisa lebih bernilai. Pemolesan itu merupakan tahap akhir dari rangkaian proses produksi.
Saat ditemui ditemui Rabu (12/9), I Made Sukma Swacita, sang pemilik rumah produksi, fokus memantau proses peleburan logam. Sesekali ia memperingatkan karyawannya agar hasil cetakan sesuai permintaan konsumen. "Ya kalau gagal , kita masukkan lagi ke tempat peleburan. Lalu kita cetak ulang," ucapnya dengan raut wajah yang sedikit kecewa.
I Made Sukma Swacita (kanalbali/KR13)
Rumah produksi miliknya mampu menghasilkan produksi dalam jumlah besar. Selain uang Kepeng Kamasan satuan dengan berbagai desain dan ukuran serta ornamen, ada pula yang disusun sehingga menjadi patung indah penari Bali, Ganesha, dan dewa -dewa lainnya.
ADVERTISEMENT
Ada pula hiasan dinding berbagai motif desain, pelinggih, hiasan meja, hiasan gantung, payung Bali. Tak ketinggalan produksinya juga mampu menghasilkan cendramata yang bernilai tinggi dan dijadikan pilihan pada acara-acara besar baik lokal dan nasional.
Banyak yang mengira Sukma sukses di bidang produksi seni dan uang kepeng tersebut karena sudah berpengalaman sebagai perajin. Padahal saat mendirikan usaha, dirinya belum sepenuhnya mengerti bagaimana membuat uang kepeng dengan berbagai bahan. Hanya bermodalkan tekad dan sedikit pengetahuan di bidang seni yang ia dapatkan dari orang tuanya, akhirnya ia putuskan untuk memulai.
Lumbung Arta, salah-satu desain kerajinan yang banyak diminati (kanalbali/KR13)
"Saya mulai saja, kebetulan pada 29 April 2004 (tanggal dimana dirinya memulai bisnis-red) memang hari baik," jelasnya. Industri uang kepeng Kamasan Bali miliknya berawal dari kepedulian Gubernur Bali (2003-2008) Dewa Made Beratha yang mengeluarkan SK Gubernur No. 68 Tahun 2003, agar dibentuk Bali Heritage Trust. Lembaga ini diberi tugas melakukan upaya-upaya melestarikan budaya Bali, salah satunya uang kepeng yang merupakan alat perdagangan di masa kerajaan-kerajaan Bali dan kemudian dijadikan bagian dari perlengkapan upacara adat.
ADVERTISEMENT
Gubernur kala itu mengundang para pelaku seni untuk mengikuti rangkaian seminar tentang bagaimana melestarikan industri seni uang kepeng karena dirasakan makin langka keberadaannya. "Setelah seminar itu, ternyata tidak ada yang berminat merealisasikan," kenang Sukma.
Pria kelahiran Klungkung, 28 November 1957 itu juga mengaku banyak tantangan yang dihadapi di awal-awal merintis bisnisnya. Tapi dukungan pemerintah dan desa adat sangat membantu. Setelah produksi pertamanya berhasil disosialisasikan kepada 1.417 bendesa adat di Pura Puncak Mangu tahun 2004, industri ini terus mengalami peningkatan.
Setelah satu tahun berjalan, Industri uang kepeng yang ia jalankan terus mengalami peningkatan. Bahkan Sukma Swacita juga menerima pesanan dari Singapura, Thailand, Prancis, Swedia, dan Belanda. “Sebagian ada yang memberi desain pada kami, sebagian membeli yang sudah ada,” ujarnya. Harga jual produknya bervariasi. Misalnya, pabuan dijual Rp 1 juta, lumbung arta dijual Rp 3,5 juta per buah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, menjalankan industri tersebut menurut Sukma sama halnya dengan menjaga lingkungan. “Sebagian bahan yang kami gunakan berasal dari barang bekas seperti pegangan pintu, keran, dinamo sepeda, velg sepeda motor atau mobil yang sudah tidak terpakai,” ungkapnya.
Beberapa pengepul barang bekas menjadi rekanannya. "Bahan pembuatan uang kepeng itu terdiri atas 25% tembaga, 50% kuningan, 15% timah, 9% alumunium, serta 1% emas, perak dan besi,” katanya
Kreasi patung dari uang kepeng (kanalbali/KR13)
Industri binaan Bank BPD Bali ini pun kerap mengikuti pameran. Salah satunya, pameran di Pesta Kesenian Bali (PKB). “Respons masyarakat sangat positif. Saat pameran, yang kami tekankan adalah promosi, tidak melulu penjualan. Apalagi, kebutuhan uang kepeng untuk kepentingan upacara selalu ada kapan saja,” katanya.
ADVERTISEMENT
Tahun 2007, UD Kamasan Bali mencetak rekor Muri dengan membuat uang kepeng terbesar. Diameternya 77 cm, tebal 1,5 cm, dengan berat 50 kg. Uang kepeng terbesar itu setara dengan 11.335 uang kepeng biasa atau 67.567 uang kepeng koci/jepun. Upaya pelestarian budaya Bali ini juga mendapat apresiasi dari Presiden RI yang memberikan penghargaan Upakarti Jasa Pelestarian tahun 2008 di Jakarta. “Kami akan terus berkreativitas dan berinovasi,” kata Sukma.
Selain prestasi-prestasi tersebut, Industri uang kepeng Kamasan Bali yang ia sudah jalankan selama 15 tahun, memberikan banyak pengalaman baginya bertemu dengan orang-orang penting di negeri ini. Yang terbaru industri miliknya dipercaya untuk membuat cendramata yang akan diberikan kepada presiden Joko Widodo pada kegiatan reuni akbar Keluarga besar alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) bulan NopMeber nanti. (kanalbali/KR13)
ADVERTISEMENT