Konten Media Partner

Ingin Ubah Nasib, 15 Remaja dari Bali Berjuang untuk Berangkat ke Jepang

30 Mei 2022 14:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 9 Juni 2022 8:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Arif MK dari Komunitas Anom Peduli (ujung kanan) bersama anak-anak dari alumni SMA Bali Mandara yang kini bersiap pergi ke Jepang - IST
zoom-in-whitePerbesar
Arif MK dari Komunitas Anom Peduli (ujung kanan) bersama anak-anak dari alumni SMA Bali Mandara yang kini bersiap pergi ke Jepang - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com Bali bagi banyak orang sering dianggap sebagai surga. Uang bisa didapat dengan gampang begitu pun dengan berbagai fasilitas yang serba gemerlap. Sayangnya, hal itu tak berlaku bagi 15 anak dari Bali yang keluarganya tergolong dalam kategori sangat kurang mampu.
ADVERTISEMENT
Mereka seluruhnya adalah alumni dari SMA Bali Mandara, sebuah sekolah yang awalnya dibangun oleh Pemprov Bali, untuk menampung anak-anak dari keluarga semacam itu tapi berpotensi untuk meraih prestasi.
“Disana kami digembleng untuk selalu berpikir positif dan optimis menghadapi masa depan,” kata I Ketut Juliadi (20), salah-satu alumni.
Nah, bagi 15 anak itu jalan untuk merubah nasib kini tersedia setelah mereka mendapatkan beasiswa ke sekolah kejuruan di Jepang bagi perawat lansia. Setelah dididik selama 1,5 tahun, mereka kemudian akan mendapat kontrak kerja di perusahaan pemberi beasiswa selama 5 tahun. Gaji mereka disana bisa mencapai puluhan juta.
Para alumni SMA Bali Mandara yang meraih bea siswa ke Jepang saat mengikuti kursus bahasa Jepang bersama peserta lainnya. - IST
Adapun program beasiswa ini disebut sebagai Nozomi Scholarship yang diberikan oleh Fukujuen Group dan Tahara Global College of Welfare, Prefektur Aichi, Jepang dan bekerjasama dengan Bali Japan International Collage (Bali Japanic).
ADVERTISEMENT
"Saat ini kami masih kursus bahasa hingga bulan Juni di Bali Japanic, hingga nanti bisa diberangkatkan di akhir 2022. Kami juga sudah mempunyai sertifikat bahasa Jepang setara N5," Ni Wayan Suliati (18), peserta lainnya.
Menurut Suli, melalui beasiswa ini perusahaan sudah menanggung biaya pengurusan dokumen, medical check up, hingga biaya sekolah. Sementara tiket pesawat dan biaya hidup ditanggung masing-masing anak, dengan disediakan dana talangan.
"Khusus tiket pesawat dan biaya hidup ada dana talangan, kalau kami tidak punya uang bisa ditalangi dulu. Nanti dibayar setelah lulus sekolah, dan bekerja di pertengahan tahun kedua," sebutnya.
Selama di lokasi kursus yang berada di Gianyar, Bali, anak-anak ini mendapatkan bantuan berupa sewa rumah dari seorang pengusaha asal Nusa Penida, Bali. Rumah itu berdekatan dengan tempat kursus supaya mereka cukup berjalan kaki.
ADVERTISEMENT
Sementara, konsumsi seperti sembako didapat dari beberapa donatur dan Yayasan Anom Peduli. “Kami gotong royong untuk membantu anak-anak ini. Ada yang menyumbang sembako, tempat tidur, uang saku, dan kebutuhan lain,” kata Putu Yudana dari Anom Peduli yang seminggu sekali menyalurkan nasi bungkus bantuan dari donatur.
“Kami sudah melihat kesungguhan mereka dalam belajar. Jadi kami pun sungguh-sungguh ingin membantu mereka berangkat ke Jepang,” katanya. (Kanalbali/LSU)