Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Inovasi Unik Start Up dari Ubud: Celana dalam Khusus Saat Menstruasi
10 Desember 2021 11:54 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Sekaligus sebagai produk yang ramah lingkungan karena mengurangi pemakaian pembalut sekali pakai oleh kaum perempuan ,” kata Co-Founder & CEO Perfect Fit, Tungga Dewi, Kamis (9/12/2021).
Ide ini awalnya diterapkan terbatas untuk sebuah komunitas perempuan yang mereka dampingi di Nusa Tenggara Timur. Namun, kini mereka kembangkan untuk menjangkau kelompok perempuan yang lebih luas. “Kami melihat ada kebutuhan yang lebih luas dan secara ekonomis lebih murah dibanding pemakaian pembalut sekali pakai,” katanya.
Mengutip data data BPS (2019), menurut dia, terdapat 80 juta perempuan Indonesia yang berada di usia reproduktif (10-49 tahun). Mayoritas perempuan Indonesia masih menggunakan pembalut sekali pakai ketika menstruasi.
Inovasi ini diinspirasi dari bentuk celana dalam kebanyakan dan menambahkan lapisan khusus di bagian tengah celana sebagai lapisan penyerap cairan dan lapisan anti bocor. Produk Perfect Fit dapat menyerap hingga 20 ml cairan atau setara dengan empat buah pembalut sekali pakai.
Inovasi Ramah Lingkungan
“Produk kami aman karena menggunakan material yang bebas bahan kimia berbahaya (OEKO Tex Certified) dan ramah lingkungan karena bisa digunakan 2-3 tahun sehingga mengurangi sampah” ujar Tungga.
ADVERTISEMENT
Start up ini juga menerapkan “Buy One Give One” model. Hal ini berarti setiap pembelian satu produk akan didonasikan untuk perempuan di daerah terpencil.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi kondisi period poverty atau kemiskinan menstruasi di Indonesia. Kemiskinan menstruasi adalah kondisi dimana perempuan tidak dapat memiliki akses untuk mendapatkan produk menstruasi dan pengetahuan terhadap menstruasinya. Kemiskinan menstruasi bisa menghambat remaja perempuan untuk datang ke sekolah dan perempuan dewasa untuk melakukan aktivitas sehari-hari. (Kanalbali/RFH)