Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Jadi Daerah Resapan Air, DAS Ayung Kintamani, Bali, Bakal Diselamatkan
19 Maret 2021 13:47 WIB
ADVERTISEMENT
DENPASAR - Kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ayung, Kintamani, Bangli, menjadi salah satu daerah tangkapan dan resapan air terbesar di Bali. Untuk menjaga keberlangsungan itu DAS akan dilakukan penghijauan dengan ditanami ribuan pohon pada Sabtu (20/3) besok.
ADVERTISEMENT
"Ini merupakan upaya kita untuk mewujudkan nilai-nilai kearifan tradisional. Dengan menanam sebanyak-banyaknya pohon, kita berperan aktif dalam memastikan kelangsungan hidup bagi tumbuh-tumbuhan serta binatang dan tentunya manusia," kata Kepala UPTD KPH Bali Timur, I Made Warta dalam jumpa pers di Kubu Kopi Denpasar, Jumat (19/3/2021).
Made menuturkan, luas wilayah tangkapan dan resapan air tersebut hampir 30 ribu hektar dan memiliki DAS mencapai 68,5 kilometer. Atas dasar itu, menurut Warta, DAS Ayung memiliki peranan sangat vital dalam konservasi serta distribusi air, baik untuk irigasi maupun sumber air bersih.
"Kintamani itu kan merupakan salah satu kawasan hulu DAS Ayung karena itu kegiatan penghijauan ini kita pusatkan di Kintamani, tepatnya di daerah yang dikelola KTH Puncak Peninjauan Lestari," kata dia.
ADVERTISEMENT
Kegiatan itu nantinya akan berlangsung selama sepekan hingga 27 Maret 2021 mendatang. Dengan melibatkan dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) Puncak Peninjauan Lestari dan Yayasan Bambu Lestari, kegiatan itu sejalan dengan implementasi dari visi Pemerintah Provinsi Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
"Ini merupakan realisasi dari visi Danu Kerthi, upaya nyata untuk menjaga kesucian dan kelestarian sumber-sumber air, seperti sungai, mata air dan danau, serta Wana Kerthi, menjaga kesucian dan kelestarian hutan" kata dia.
Pada kegiatan itu, akan ada setidaknya 3000 bibit bambu dan pohon-pohon lainnya akan ditanam selama kegiatan penghijauan ini. Bibit bambu sendiri disumbangkan oleh Yayasan Bambu Lestari (YBL) yang selama 28 tahun telah mengkampanyekan bambu sebagai solusi lingkungan dan ekonomi dalam memberdayakan masyarakat pedesaan.
ADVERTISEMENT
Di tempat yang sama, Manajer Program YBL, Wiwien Windrati mengatakan bambu sebagai tanaman yang sangat tepat untuk digunakan dalam upaya perlindungan air serta restorasi lahan kritis. Selain mampu tumbuh di lahan rusak, jaringan akar bambu juga mampu mencegah terjadinya longsor.
"Jaringan akarnya mampu menstabilkan tanah miring sehingga mencegah longsor dan erosi, dua masalah yang kerap menimpa DAS, dan yang terpenting, satu rumpun bambu mampu menyimpan hingga 5000 liter air per tahun," paparnya.
Selain itu, Wiwien menyampaikan bambu juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tanaman ini memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat sehingga bisa dipanen secara berkelanjutan. Saat ini telah diidentifikasi sekitar 1500 penggunaan komersial untuk bambu. Nilai pasar bambu global ditaksir telah mencapai 60 milyar
ADVERTISEMENT
Dollar.
"Bagi YBL, bambu adalah kunci menuju Ekonomi Restorasi, sebuah cara untuk mensejahterakan masyarakat pedesaan sekaligus melindungi lingkungan," tuturnya. (Kanalbali/ACH)