Konten Media Partner

Kain Tenun, Terancam Regenerasi dan Dijepit Teknologi

12 Februari 2018 7:29 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kain Tenun, Terancam Regenerasi dan Dijepit Teknologi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
TENUN- Peragaan pembuatan kain tenun di obyek wisata Taman Nusa, Gianyar (kanalbali/GAN)
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com -- Berbagi jenis kain tenun dengan kekhasannya dimiliki oleh masing-masing daerah di Indonesia. Begitu pun di Bali. Sayang keberadaannya saat ini dalam ancaman karena masalah regenerasi pembuatnya dan teknologi pembuatan kain yang kian mudah.
Bali yang dikenal dengan gringsing dan endek pun menjadi sorotan hangat dalam diskusi yang bertema "Katakan Dengan Tenun" yang di inisiasi oleh Yayasan Wisnu. Sabtu, 10 Februari 2018 di Geo Coffee, Kerobokan - Badung
Diskusi diawali dengan pemutaran dua film dokumenter tentang tradisi tenun di Nusa Tenggara Timur dan Tenun Pringgasela dari Nusa Tenggara Barat yang sampai sekarang masih bertahan.
Tenun mestinya bukan hanya sebagai mata pencarian para penduduk namun juga sebagai sebuah gaya busana yang sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Di kampung Laktutus misanya, tenun memiliki peran penting dalam upacara kematian dan ritual lainnya.
ADVERTISEMENT
“Dalam kain tenun terdapat motif-motif yang melambangkan filosofi tertentu. Kain tenun NTT misalnya memiliki pola angka yang dianggap sakral, yaitu angka 2, 4, 8, dan 16. Angka 2 misalnya adalah lambang cermin, dimana masyarakat mempercayai bahwa dalam kehidupan terdapat dua sisi yang berlainan,” ucap Purwadi, Dosen Antropologi Universitas Udayana.
Kain Tenun, Terancam Regenerasi dan Dijepit Teknologi  (1)
zoom-in-whitePerbesar
TENUN - Nonton bareng tradisi pembuatan kain tenun di Geo Coffe, Krobokan (kanalbali/GAN)
Selain Purwadi, dalam diskusi santai tersebut juga menghadirkan Tjok Ratna Cora (Dosen Desain Fashion ISI Denpasar) dan Ni Wayan Kusumawati (Kadisperindag Provinsi Bali) yang juga merupakan pemerhati tenun.
Mereka sepakat jika masalah regenerasi menjadi permasalahan utama yang perlu diperhatikan. Sulitnya bahan baku, semisal serat kapas pun turut membuat beberapa pengrajin memilih menggunakan benang pabrik, sehingga menurunkan kualitas karya mereka.
ADVERTISEMENT
Kecanggihan dan kemajuan teknologi saat ini menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia termasuk dalam proses pengerjaan tenun, dengan kemunculan mesin dan printing, seolah menjadi saingan berat penenun tradisional apalagi harga yang ditawarkan pun tak sebanding dengan hasil tenun tradisional.
"Kalau yang masih mengerjakan dengan tradisional harganya terbilang mahal dan itu hal wajar, namun banyak pembeli yang tidak paham tentang prosesnya,"ucap Tjok Ratna Cora.
Solusi menghadapi ancaman itu adalah mengkreasi tenun agar menjadi lebih kreatif dan adaptif terhadap perubahan. Utamanya adalah pada tren fashion yang memungkinkan tenun untuk diangkat kembali menjadi kain yang bernilai tinggi. Disini dibutuhkan ketrampilan desain serta promosi untuk menembus jalur-jalur industry fashion. Jika nilai ekonominya tinggi otomatis akan menarik minat anak muda untuk menekuni kembali. (KANALBALI/GAN)
ADVERTISEMENT