Konten Media Partner

Kala 964 Layangan Tradisional Menghiasi Langit Denpasar

23 Juni 2019 15:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejak pagi, Sekaha (komunitas) layangan mulai memadati Pantai Padanggalak, Minggu (21/6) - kanalbali/KAD
zoom-in-whitePerbesar
Sejak pagi, Sekaha (komunitas) layangan mulai memadati Pantai Padanggalak, Minggu (21/6) - kanalbali/KAD
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com - Lomba layang-layang tahunan di Lapangan Pantai Padanggalak, Sanur, Denpasar, Bali, kembali digelar pada Minggu (23/6) siang.
ADVERTISEMENT
Ribuan warga berkumpul sejak pagi membawa layang-layang besar dan gamelan bleganjur. Satu persatu, setiap kelompok mulai menarik layangan yang berukuran jumbo untuk diterbangkan.
Salah satu peserta bernama Wayan Mudarta yang merupakan Koordinator STT Dharma Bhakti dari Banjar Akta Lembeng, Kabupaten Gianyar, mengatakan mereka membuat layang-layang tradisional khas Bali bernama bebean atau layangan berbentuk ikan yang memiliki panjang 12 meter dengan lebar 7,7 meter.
Layang-layang Janggan, model layangan tradisional Bali (kanalbali/KAD)
"Dibuat selama satu bulan karena rangkaiannya sangat rumit dan butuh ketelitian," kata Mudarta.
Dibutuhkan, sekitar 30 orang untuk menerbangkan layangan tersebut. Talinya bahkan harus menggunakan tali tambang dengan ukuran satu jempol orang dewasa.
Meski membutuhkan usaha dan kerja keras, kegiatan ini sarat akan hiburan dan kebersamaan. Bagi Mudarta, menjadi juara adalah bonus.
ADVERTISEMENT
"Sudah sering ikut lomba, kemarin juga ikut. Harapannya tentu juara tapi yang penting hiburan dan kebersamaan," ujarnya.
Ada 10 kelompok yang diberi kesempatan pertama menerbangkan layangannya. Mereka berderet memegang tali kemudian menariknya secara bersama-sama.
Layang-layang raksasa saat menghiasi langit di Pantai Padanggalak, Sanur, Denpasar (kanalbali/KAD)
Namun, tak jarang ada layangan yang tak bisa diterbangkan karena angin yang kurang besar.
"Kekompakan dalam menarik layangan adalah kunci untuk menerbangkan layangan ini," ujar Mudarta.
Sementara Ida Bagus Sedawa, Ketua Harian Bali Kite Association (BKA), menyampaikan bahwa lomba layang-layang tahun ini adalah yang ke-41. Tujuannya, adalah untuk membangun kreativitas para remaja Bali.
"Tujuannya, dari tahun ke tahun event ini untuk membangun kreativitas dan kebersamaan para remaja agar terjadi regenerasi. Kalau masa-masa tahun 1990 masih kaum tua yang mau bergerak. Sekarang kita yang ada para remaja dan dewasa. Kita bikin kaderisasi agar terjadi regenerasi," ujar Sedawe.
Suasana lomba selalu sangat meriah dengan rtuasan layang-layang (kanalbali/KAD)
Tahun ini, sebanyak 964 layang-layang mengikuti lomba tersebut. Kategori layang-layang yang dilombakan bervariasi. Ada 3 kategori layangan tradisional Bali. Seperti layangan bebean yang berbentuk ikan, layangan janggan yang berekor panjang dengan kepala berbentuk naga dan layangan pecukan yang berbentuk bulan sabit.
ADVERTISEMENT
"Kemudian juga layangan kreativitas. Seperti layangan janggan yang tanpa buntut itu namanya layangan tanpa ekor dan itu berbentuk kreasi mulai dari 1 sampai 3 dimensi," papar Sedawa.
Untuk kriteria lomba layangan, pertama adalah ukuran besarnya layangan. Kemudian layangan bisa terbang atau tidak dan variasi warna Tridatu Bali yaitu hitam, putih dan merah serta suara pita (guwangan) layangan saat dinaikkan tidak boleh putus.
Anak-anak kecil pun bergembira menaikkan layangan raksasa (kanalBali/KAD)
"Setelah lulus dari seleksi juri, kemudian juri akan menilai ketika layangan naik jangan sampai jatuh. Kemudian, variasi warna karena warna kita di Bali itu warna Tridatu itu. Kemudian gerak-gerik saat layangan di atas dan suara guwangan (pita suara) jangan sampai terputus. Kombinasi itulah yang menjadi penilaian," ujar Sedawe.
ADVERTISEMENT
Sedawe menjelaskan, untuk lomba ini dari dana tidak dibantu oleh pemerintah. Namun, dikumpulkan dari sumbangan pendaftaran dari para peserta yang per satu layangan hanya membayar Rp 150 ribu. Sementara, untuk juara pertama nantinya akan mendapat uang sebesar Rp 5 juta dan trofi yang terbuat dari kayu.
"Jadi sumbangan dari peserta kita kumpulkan digunakan untuk hadiah dan 40 persennya untuk operasional. Kalau juara 1 itu mendapatkan Rp 5 juta," ujar Sedawa.(kanalbali/KAD)