Kerajinan Kaca di Gianyar, Bali Kian Diminati Turis

Konten Media Partner
29 Agustus 2019 12:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerajinan Kaca di Gianyar, Bali Kian Diminati Turis
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
GIANYAR, kanalbali - Aneka kerajinan kayu sempat menjadi primadona eksport dari Bali. Tapi belakangan terus merosot. Posisinya digantikan oleh ke luar negeri, kerajinan glass hand made (kerajinan kaca tuang manual).
ADVERTISEMENT
Kerajinan kaca tuang sangat diminati hotel-hotel di luar negeri di Eropa atau Asia. "Bahkan kerajinan kaca tuang berupa gelas untuk minum anggur, sesungguhnya di buat di Bali hanya diberi label di luar negeri," kata Ida Bagus Satria Utama (40), pemilik Satria Bali Glass, Desa Serongga Kaja, Gianyar, Bali.
Usaha ini dikelola bersama keluarga bermodalkan keterampilan dan ingin memiliki usaha sendiri. “Dulu saya sebagai kuli pada kerajinan kaca ini di Jimbaran, saya pelajari peralatan sampai cara kerja, akhirnya saya buka usaha sendiri,” terang IB Satria Utama, Kamis (29/8) .
Satria Utama menjelaskan di awal-awal, usahanya tidak berjalan mulus, selain belum memiliki langganan juga belum terkenal seperti usaha kaca tuang lain. Dirinya memperkerjakan 8 orang tenaga local, dididik dari awal sampai menguasai pekerjaan yang terbilang rumit. Selain kaca rawan pecah, juga bekerja pada suhu panas mencapai ribuan derajat.
ADVERTISEMENT
Usahanya mulai menampakkan hasil sejak empat bulan lalu. Bahkan dirinya kewalahan melayani pesanan kaca tuang cair tersebut. “Biasanya pemesan membawa disain, lalu kita buat. Kalau cocok tamu langsung pesan,” tuturnya senang. Kaca tuang cair tersebut dibuat menjadi gelas minum anggur, wine atau gelas model lain sesuai pesanan.
Dikatakannya, ada gelas anggur buatannya yang mencapai 500 pcs, setelah di luar negeri diberi label. Sehingga harganya menjadi mahal, “Kami tidak memiliki label, baru usaha kaca tuang cair,” tuturnya.Selain gelas minum, pesanan juga berupa pas bunga, tempat buah, atau pesanan lain sesuai disain yang diberikan pemesan.
Untuk kaca, biasanya dibeli dari pedagang kaca yang sudah pecah-pecah dengan harga 1 pick up Rp 1,5 juta. Sedangkan untuk akar kayu, seperti akar kayu Gamal, Jati satu truknnya bias mencapai Rp 50 juta. “Akar kayu Gamal atau jati sangat langka, semakin susah. Biasanya dating dari Buleleng atau Bangli,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Untuk pengerjaan, dirinya memiliki 3 mesin, mesin pencair, mesin blowing dan mesin lainnya untuk pekerjaan utama. Sedangkan untuk harga produksi kaca tuangnya variatif, tergantung besar kecil dan tingkat kerumitan pengerjaan.
Sebagai hambatan, selain terkait modal untuk mengembangkan usaha, dirinya memiliki hambatan berupa tenaga kerja. “Kadang-kadang pemesan meminta waktu penyelesaian mendesak, selain tenaga terbatas peralatan terbatas. Kami ingin mengembangkan usaha dengan meminjam dana dari bank,” terangnya.
Dirinya juga berharap agar pemerintah bias memberikan semacam sosialisasi, bagaimana cara mempatenkan label. “Dari beberapa disain pesanan, kami akhirnya memiliki disain gelas, kami ingin labelkan agar menjadi produk Bali,” harapnya.(kanalbali/KR8)