Khidmatnya Perayaan Hari Raya Galungan di Pura Agung Jagatnatha, Denpasar

Konten Media Partner
19 Februari 2020 10:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Umat Hindu melakukan persembahyangan bersama - ACH
zoom-in-whitePerbesar
Umat Hindu melakukan persembahyangan bersama - ACH
ADVERTISEMENT
Pura Agung Jagatnatha, Denpasar, terlihat ramai sejak Rabu (19/2) pagi hingga siang. Ratusan warga dari berbagai kalangan memadati areal pura untuk mengikuti serangkaian persembahyanganHari Raya Galungan. Selain dari warga sekitar, mereka adalah para perantau dari luar Denpasar yang tak bisa pulang kampung.
ADVERTISEMENT
Para pemadek (orang yang akan bersembahyang-red) itu berdatangan dengan pakaian adat lengkap di mana para pria menggunakan kain, baju safari dan udeng putih. Adapun wanitanya menggunakan kebaya lengkap dengan selendang yang senantiasa melingkar di pinggang.
Umat mendapat percikan air suci sebelum bersembahyang - ACH
Sebelum masuk ke areal Pura, mereka diperciki dengan air suci tirta pengiling. Setelah itu, mereka bersiap untuk melakukan persembahyangan yang diawali dengan menggelar sesajen untuk dihaturkan ke Ida Sang Hyang Widhi.
Suasana persembahyangan berlangsung Khidmat. Upacara kemudian dipimpin oleh Pemangku Pura yang melakukan prosesi Puja Tri Sandya sembari diringi bunyi lonceng sang pemangku.
Banten atau sesaji telah disiapkan sebelum persembahyangan - ACH
Tak ada batas usia, baik muda, dewasa, dan orang tua berbaur jadi satu dalam upacara. Apalagi makna Galungan pada prinsipnya adalah bagaimana masing-masing umat bisa membersihkan diri sendiri dari berbagai hal buruk yang telah dilakukan selama ini.
ADVERTISEMENT
“Hari Raya Galungan dimaknai sebagai hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan). Nah, upacara persembahyangan Galungan ada rangkaiannya. Dimulai dari sugian Jawa yang artinya pembersihan alam semesta sampai sugian Bali, yang berarti pembersihan diri sendiri," ujar Pemangku Pura Agung Jagatnatha, Jro Mangku I Made Langgeng Buana.
Pemangku Pura Agung Jagatnatha, Jro Mangku I Made Langgeng Buana, memberikan pelayanan pada umat - ACH
Made Langgeng menyampaikan, umat Hindu harus memiliki memiliki rasa toleransi kepada sesama dan berbakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Rasa toleransi pada saat persembahyangan bisa dilihat dari banyaknya umat hindu yang datang dari berbagai daerah di Bali.
"Umat Hindu kan banyak dari luar kota Denpasar yang bekerja di Denpasar, mereka yang tidak berkesempatan pulang berkumpul dan bersembahyang di sini dan mereka berbaur menjadi satu tanpa melihat asalnya dari mana," kata Made Langgeng.
Anak-anak pun turut serta dalam persembahyangan - ACH
Senada dengan Made Langgeng, salah satu Pemedak, yakni Gusti Ayu Marisa yang berasal dari Singaraja mengaku memanfaatkan waktu bersembahyang di Denpasar lantaran tak bisa pulang. Apalagi menurut Gusti, prosesi persembahyangan itu bisa dilakukan di mana saja.
ADVERTISEMENT
“Galungan kali ini tidak bisa pulang ke kampung. Jadinya bersembahyang di sini. Disini juga banyak dari daerah lain, jadi tidak pernah merasa asing, karena tujuan kita disini sama," tutur Marisa usai upacara persembahyangan.
Sejumlah turis asing turut menyaksikan prosesi persembahyangan - ACH
Rangkaian Hari Raya Galungan sendiri tidak hanya berlangsung sampai dengan hari ini. Selepas Hari Raya Galungan yang jatuh pada hari ini, keesokan harinya umat Hindu merayakan Umanis Galungan. Momen Umanis Galungan ini biasa digunakan masyarakat Bali untuk bersilaturahmi satu sama lain. (ACH)