news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Kopernik Selamatkan Petani dengan Irigasi Tetes Botol Bekas

Konten Media Partner
15 Februari 2019 6:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kisah Kopernik Selamatkan Petani dengan Irigasi Tetes Botol Bekas
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
UBUD, kanalbali.com - Berawal dari keprihatinan atas kondisi petani di Flores, Nusa Tenggara Timur yang tak bisa bercocok tanam saat musim kemarau tiba. Kopernik membuat inovasi agar petani disana dapat bertani dengan jumlah air yang minim.
ADVERTISEMENT
Nanis Sakti, Associate dari tim Solutions Lab Kopernik, menjelaskan, timnya berkeinginan untuk membuat sistem irigasi tetes air dengan memanfaatkan botol bekas. “Meski bukan sesuatu yang baru, tapi ini solusi untuk menggunakan irigasi tetes dengan biaya yang terjangkau”, katanya, Kamis (14/2) saat ditemui di acara ‘Kopernik Day 2019’.
Sistim ini menggunakan prinsip yang sederhana, yakni air jika disiramkan ketanah secara langsung maka akan terjadi transpirasi yang besar. Sedang irigasi tetes akan tetap akan melembabkan tanah dan tidak membuang air yang banyak.
Anak-anak mdua belajar membuat irigasi tetes botol bekas (kanalbali/LSU)
“Di sekitar kita, banyak material yang bisa dimanfaatkan untuk membuat irigasi tetes”, imbuhnya. Yakni dengan menggunakan botol plastik bekas yang dikombinasikan dengan sistem infus untuk pengatur tetesan air yang keluar.
ADVERTISEMENT
Sistem kerja dari irigasi tetes dengan botol plastik dan pipa infus yakni, ujung bawah botol dilubangi untuk memasukan air dan tutupnya yang dihubungkan dengan selang infus. Botol tersebut akan digantung, diatas tanaman dan pipa dimasukan kedalam tanah, pada daerah perakaran tanaman, dan tetes air bisa diatur seperti pengunaan infus pada umumnya.
Nanis menambahkan, Irigasi tetes ini sudah dibuatkan demplot, pada 10 Are tanah budidaya di Flores. Yang dikerjakan oleh dua orang petani disana, dan dibantu oleh pihak Kopernik.
“Demplot dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2008, dengan pengambilan data selama 3 bulan,” imbuhnya. Tanaman yang diuji cobakan, jagung, cabai lombok, dan kacang tanah. Tanaman yang berhasil baru tanaman kacang tanah saja. Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua metode, yakni irigasi tetes dan irigasi tradisional.
ADVERTISEMENT
Hasil yang didapat, perbandingan pengunaan air 18 : 49 Liter untuk irigasi tradisional. “Dengan menggunakan irigasi tetes kita bisa menghemat 75% air, hasil yang diperoleh tidak terlalu jauh daripada dengan menggunakan irigasi tradisional”, tuturnya.
Sejauh ini, masalah yang dihadapi olehnya, yakni petani yang masih enggan untuk menerapkan sistem irigasi tetes tersebut, karena dirasa susah untuk skala budidaya yang besar. “Untuk segi ide, mereka suka, sebab ada harapan untuk bisa bercocok tanaman musim kemarau”, tandasnya
Kedepan, inovasi yang akan dilakukan adalah mengganti pipa infus dengan regulator yang lebih ramah lingkungan, dan botol plastik akan ditutupi menggunakan pelapis. “Seperti sabuk kelapa, agar tidak terkena sinar matahari secara langsung dan menghindari tumbunya jamur”, paparnya. (kanalbali/LSU)
ADVERTISEMENT