Konten Media Partner

Komunitas Petani Muda Keren Ingin Luruskan Kesalahan Konsep Pertanian Bali

23 November 2020 12:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah produk pertanian yang dihasilkan Komunitas Petani Muda Keren dan dikemas secara menarik - IST
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah produk pertanian yang dihasilkan Komunitas Petani Muda Keren dan dikemas secara menarik - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR - Pandemi COVID-19 di Bali menjadi momentum meluruskan kesalahan pengembangan pertanian selama ini. Yakni, mengabdikan pertanian untuk keperluan pariwisata.
ADVERTISEMENT
"Padahal mestinya pariwisata itu adalah bonus, bonus dari aktifitas pertanian yang ada di Bali," kata Ketua Komunitas Petani Muda Keren Bali, A.A Gede Agung Wedhatama dalam Webinar yang digelar PB Kagama dan Pengda Kagama Bali, Minggu (22/11) malam.
“Misalnya sebelum pandemi, saat ada tamu, baru kita menanam padi, baru kita membajak sawah, jadi memang itu digunakan sebagai atraksi. Teman-teman banyak sekali membuat agro wisata, agro kopi, kopi luwak, untuk mendatangkan tamu. Saat ada tamu, baru dia buat kopi, akhirnya saat tamunya nggak ada ya akhirnya tutup seperti sekarang,” kata Agung.
Ketua Komunitas Petani Muda Keren Bali, A.A Gede Agung Wedhatama - IST
Sebagai lulusan S2 Master of Information and Technology Universitas Gajah Mada (UGM), Agung terdorong untuk menggabungkan unsur modern teknologi dengan elemen tradisional pertanian.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, pria berusia 35 tahun itu ingin mengembangkan pertanian dan membuka peluang lebih luas bagi anak muda dalam sektor itu. "Itu yang kami lakukan di Forum Petani Muda Bali, kita sering terjun ke desa-desa untuk mengembangkan kapasitas warga setempat dalam setor pertanian," tegasnya.
"Jadi sudah sejumlah desa untuk kita ajak masyarakatnya kembali bertani dengan cara baru memanfaatkan teknologi. Karena sekarang kan di masa pandemi ini banyak sekali reurbanisasi masyarakat yang terdampak pandemi, terkena PHK, kehilangan pekerjaan, terutama yang di sektor pariwisata mereka kembali ke desa, dan meraka malah punya beban saat di desa, padahal sebenarnya manpower ini semestinya menjadi kekuatan," tuturnya. (Kanalbali/ACH)