Konten Media Partner

Kongco Batur, Perpaduan Budaya Bali dan Tionghoa di Kintamani

5 Februari 2019 20:39 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak-anak Tionghoa bersembahyang di Kongco Batur, Selasa (5/2) - kanalbali/LSU
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak Tionghoa bersembahyang di Kongco Batur, Selasa (5/2) - kanalbali/LSU
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BANGLI, kanalbali.com – Di saat perayaan Imlek, warga Tionghoa di Bali selalu ramai mengunjungi Kongco Batur. Menariknya, tempat peribadatan ini berada di area Pura Batur Kintamani yang merupakan tempat persembahyangan Umat Hindu. Seperti pada Selasa (5/2), mereka datang mengenakan pakaian yang berwarna merah terang dan membawa buah-buahan, sebagai sarana memohon keselamatan dan kesejahteraan. Namun, selain mereka terlihat juga umat Hindu yang hadir, membawa sesajen dan berpakian dengan warna dominan putih. Jero Mangku (pengurus) di Pura Batur, Mangku Budar Sana menjelaskan, Kongco batur sudah ada dari zaman dulu, ini dinyatakan dalam catatan Raja Purana dan Babad Batur. Antara lain disebutkan, Kongco ini adalah tempat berstananya manifestasi Sang Hyang Widhi dalam wujud Ida Ratu Gede Ngurah Subandar. Yang kemudian diyakini sebagai Siwa Budha.
‘Siwanya adalah Permujudan Wisnu dan Budha adalah perwujudan dewi Danu, yang kemudian disebut Ida Ratu Gede Ngurah Subandar’, jelasnya. Selain itu, didalam Kongco juga berstana (bersemayam) Dewi Kwan Im, Dewa Kwang Ong atau Dewa Kebijaksanaan, juga Dewa Bumi. Selanjutnya, umat Hindu dan umat Tionghoa bersama-sama dalam mengadakan upacara persembahyangan kepada beliau. ‘Satu contoh pada hari saya imlek saat ini, bersama melakukan persembahyangan secara Hindu dan Budha’, tutur pria 32 tahun tersebut. Pada pukul 15.00 Wita merupakan puncak acara dihari raya imlek ini. Upacara yang dilaksanakan seperti pada umumnya, umat Hindu akan melaksanakan seperti upacara Pujawali, yakni dengan adanya tari-tarian sakral dan nyanyian suci. ‘Jika kita menggunakan tarian baris, mereka akan menggunakan tarian barongsai’, tandasnya. Lebih lanjut, Kongco batur selain dipuja oleh umat tionghoa juga dipuja oleh umat Hindu, sebab kongco ini berbeda dengan klenteng-klenteng pada umumnya. Mereka tetap bersembahyang bersama dan berbaur, hanya saja dilakukan sesuai dengan keyakinan masing-masing.
ADVERTISEMENT
Kongco ini memiliki hubungan dengan kongco yang ada di pura Dalem Balingkang. “Namun kami belum mendapatkan dokumen yang jelas. Mengapa di pura Dalem Balingkang beliau disebut Ratu Ayu Subandar, sedangkang di Batur disebut Ratu Gede Subandar,”jelasnya.
I Ketut Arta Budiawan atau T Siang Yuan dalam nama Tionghoa, mengatakan dirinya memang setiap tahun bersembahyang di Kongco, sebab dari lahir sudah tinggal di Kintamani. Sampai saat ini sudah mempunyai 3 orang anak dan mereka selalu di ikutan untuk bersembahyang d Kongco ini. Ketut Arta, menyampaikan rasa senangnya melihat umat Budha dan Hindu yang terlihat sangat akur dan dapat membaur. ‘Meski memiliki keyakinan yang berbeda, tapi tetap hidup rukun dan berdampingan’tutupnya. (kanalbali/LSU)
ADVERTISEMENT